JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Menteri Kehakiman dan HAM, Yusril Ihza Mahendra menceritakan alasan Presiden ke-3 RI Bacharuddin Jusuf Habibie (BJ Habibie) tidak kembali maju sebagai calon presiden setelah pidato pertanggungjawabannya ditolak oleh MPR RI.
Kepemimpinan BJ Habibie sebagai presiden berakhir setelah MPR RI menolak pidato pertanggungjawabannya dalam Sidang Istimewa MPR pada 13 November 1999.
Asisten Menteri Sekretaris Negara sekaligus penulis naskah-naskah pidato kepresidenan Era BJ Habibie itu mengungkapkan, setelah MPR menolak pidato tersebut, ada rapat yang digelar di rumah BJ Habibie.
Yusril yang hadir dalam rapat itu mengaku ada sejumlah peserta rapat yang mendesaknya untuk kembali maju sebagai calon presiden RI saat itu, namun BJ Habibie menolak usulan tersebut.
Baca juga: Kilas Balik 25 Tahun Reformasi, Potret Mahasiswa Kuasai Gedung DPR RI
“Pak Habibie bersikeras mengatakan dia tidak akan pernah maju karena dia merasa dipermalukan dan ditolak pidatonya oleh MPR,” kata Yusril dalam wawancara dengan Kompas.com, Senin (15/5/2023).
Lebih lanjut, Yusril juga mengaku kaget saat MPR RI menolak pidato pertanggungjawaban presiden BJ Habibie.
Terlebih, menurutnya, BJ Habibie telah melakukan langkah-langkah demokratisasi yang sangat besar, yang sebelumnya tidak dilakukan di era kepemimpinan Presiden ke-2 RI, Soeharto.
Menurut Yusril, sejak awal menjadi Presiden ke-3 RI, BJ Habibie sangat bersemangat untuk menuntaskan permasalahan yang terjadi pada saat itu.
Yusril menyebut tidak semua kebijakan yang dilakukan Soeharto diteruskan Habibie, meski pria yang dijuluki Bapak Tekonologi Indonesia itu pernah beberapa kali diangkat Menteri Riset dan Teknologi saat era Orde Lama.
Baca juga: 25 Tahun yang Lalu, 6 Mahasiswa Trisakti Tewas Ditembak
BJ Habibie, lanjutnya, juga melakukan pemulihan krisis secara cepat di Indonesia, khususnya krisis moneter pada awal Era Reformasi.
“Zamannya Pak Habibie ini dia bisa atasi (krisis di Indonesia). Keadaan itu menurun sampai setengahnya ya, dan berkat hubungannya cukup baik dengan negara-negara Eropa pada saat itu walaupun tidak dengan Amerika Serikat ya, tapi dengan Eropa terutama Jerman dan Perancis itu sangat di-support Pak Habibie,” tambahnya.
Sebagai informasi, BJ Habibie merupakan Presiden Indonesia dengan masa kepemimpinan yang paling singkat. Dia menjabat sejak 21 Mei 1998 hingga 13 November 1999.
Meski singkat, masa pemerintahan Habibie krusial. Dia menjadi kunci masa transisi Indonesia dari rezim Orde Baru ke era Reformasi.
Baca juga: Kekecewaan Keluarga Korban Kerusuhan Mei 1998: Dilempar Sana-sini seperti Bola Pingpong...
Beberapa peninggalan Habibie yang berhasil membuat reformasi besar-besaran di antaranya diterbitkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.
UU itu menjadi ujung tonggak kebebasan pers di Indonesia yang pada masa pemerintahan sebelumnya sering dibredel dan dibungkam.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.