Alhasil penduduk yang diancam dengan senjata api pun ketakutan dan menunjuk secara asal-asalan supaya mereka selamat. Orang yang ditunjuk itu kemudian dieksekusi di tempat.
Bahkan terkadang Westerling mempertunjukkan kemahirannya dalam menembak. Caranya adalah memberikan kesempatan kepada orang yang disebut sebagai pejuang buat lari menjauh.
Kemudian Westerling mencabut senjata api dan membidik orang itu, kemudian menembaknya tepat di kepala.
Westerling dan pasukannya juga sering berkeliling kota buat patroli menggunakan jip. Saat itu dia juga menembaki orang yang dia curigai sebagai pejuang dari jip yang sedang berjalan.
Baca juga: Cerita Abdul Halik Saksikan Langsung Ayahnya Dibunuh Anak Buah Westerling
Menurut sejumlah saksi, Westerling memang penembak ulung karena kerap menembak sasaran yang berada di kerumunan tanpa melukai orang lain.
Westerling juga menghabisi 2 orang bangsawan Bugis yang dituduh menjadi pendukung pejuang kemerdekaan. Kedua bangsawan itu adalah Raja Suppa Muda dan pamannya, Raja Suppa Tua.
Akan tetapi, masyarakat setempat memperingatkan Westerling supaya tidak membunuh keduanya karena mereka memegang teguh ajaran adat yakni darah bangsawan tidak boleh mengalir. Alhasil Westerling memilih menenggelamkan keduanya.
Setelah itu, Westerling lalu ditarik dari Sulawesi Selatan ke Jakarta dan ditugaskan memimpin korps pasukan khusus Depot Speciale Tropen (DST) antara 1947 sampai 1948.
Baca juga: Kisah Amin Daud Korban Pembantaian Westerling: Tahanan Diikat, Diberondong Tembakan
Akan tetapi, dia menolak untuk memimpin pasukan payung buat menguasai Yogyakarta yang saat itu menjadi Ibu Kota Republik Indonesia.
Menurut Westerling, dengan penyerbuan ke Yogyakarta memang Belanda akan mendapat kemenangan militer, tetapi secara politik justru merugikan. Akibat perbedaan pendapat itu, dia berdebat keras dengan Panglima Angkatan Perang Kerajaan Belanda untuk Hindia-Belanda, Letjen Hendrik Simon Spoor.
Alhasil, Westerling yang saat itu berpangkat Kapten memilih mengundurkan diri dan pimpinan pasukan diserahkan kepada Letkol van Beek pada 11 November 1948.
Akan tetapi, akibat taktiknya yang kejam selama melakukan kampanye militer di Sulawesi Selatan, kalangan politikus dan pers di Negeri Kincir Angin mengecam perbuatan Westerling.
Baca juga: Kontroversi De Oost, Film Belanda yang Berani Mengorek Kekejaman Westerling
Mereka juga mendesak Angkatan Perang Kerajaan Belanda memecat Westerling dari dinas militer. Akhirnya permintaan itu dituruti dan Westerling dicopot dari dinas militer di markas pasukan khusus Kerajaan Belanda di Batujajar, Jawa Barat, pada tahun itu juga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.