Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Isyarat yang Diterima Megawati, Dua Hari Sebelum Pecahnya Kerusuhan 27 Juli 1996...

Kompas.com - 27/07/2023, 13:40 WIB
Fitria Chusna Farisa

Penulis

"Tidak, dan sekarang saya masih merasa sebagai ketua umum partai," tegas Mega.

Baca juga: Soeharto, Pembubaran PKI, dan Murkanya Presiden Soekarno

Mendengar itu, hakim mengalihkan pertanyaannya ke hal lain. Hakim bertanya, kapan Mega menerima informasi terjadinya kerusuhan 27 Juli 1996. Sebab, saat kurusuhan terjadi, Mega tak berada di lokasi.

Mega mengaku, dirinya menerima informasi terjadinya kerusuhan pada Sabtu, 27 Juli 1996 pagi dari seorang pembantu rumah tangganya.

Setelah itu, putri Proklamator Soekarno tersebut mengaku menerima telepon dari Kapolres Jakarta Pusat saat itu, Letkol Abubakar yang meminta dia memerintahkan pengosongan kantor DPP PDI karena gedung akan jadi status quo. Namun Mega menolak permintaan itu.

Detik-detik

Kerusuhan yang terjadi pada 27 Juli 1996 memang tak main-main. Harian Kompas edisi 29 Juli 1996 mencatatkan, Sabtu, 27 Juli 1996 pagi sekitar pukul 06.20 WIB, massa pendukung Soerjadi berdatangan ke Kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro Nomor 58, Menteng, Jakarta Pusat menggunakan delapan kendaraan truk mini bercat kuning.

Sempat terjadi dialog antara delegasi massa PDI pendukung Soerjadi dan massa PDI pendukung Megawati. Massa kubu Megawati meminta agar kantor dinyatakan sebagai status quo, namun kesepakatan tak tercapai.

Selang 15 menit setelahnya, kedua kubu bentrok. Massa pendukung Soerjadi yang mengenakan kaos warna merah bertuliskan "DPP PDI Pendukung Kongres Medan" serta mengenakan ikat kepala melempari kantor DPP PDI dengan batu dan paving block.

 

Sementara, massa pendukung Megawati membalas dengan melempar benda seadanya yang terdapat di sekitar halaman kantor.

Massa pendukung Megawati juga sempat berlindung di dalam gedung sebelum kemudian diduduki massa pendukung Soerjadi.

Situasi itu berlangsung selama kurang lebih 1,5 jam hingga pada pukul 08.00 WIB aparat keamanan mengambil alih dan menguasai kantor DPP PDI sepenuhnya. Kantor DPP PDI lantas dinyatakan sebagai area tertutup.

Polisi memberi tanda police line berwarna kuning hingga ruas Jalan Diponegoro tidak dapat dilewati. Demikian pula dengan halaman kantor yang porak-poranda, dijaga ketat pasukan antihuru-hara.

Baca juga: Ucok Aktivis 98 Mulai Prihatin dengan Gejolak Politik Indonesia Usai Soeharto Dilantik 11 Maret 1998

Tak berapa lama, aparat keamanan mengangkut sekitar 50 warga PDI pro Megawati yang tertahan di kantor itu dengan menggunakan tiga truk. Beberapa di antaranya luka-luka akibat perang batu antara kedua kelompok tersebut.

Sementara, sembilan orang lain diangkut menggunakan dua mobil ambulans. Spanduk dan poster-poster di DPP PDI pun dibersihkan.

Meski aparat sudah turun tangan, bukan berarti kerusuhan berakhir. Menjelang siang sekitar pukul 11.00 WIB, massa yang memadati ruas Jalan Diponegoro dan sekitarnya justru terus membengkak jumlahnya menjadi ribuan.

Pada saat bersamaan, sejumlah aktivis LSM dan mahasiswa menggelar aksi mimbar bebas di bawah jembatan layang kereta api, dekat Stasiun Cikini, yang lantas beralih ke Jalan Diponegoro.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com