Kasus ini juga pernah masuk menjadi laporan PMI ke BP2MI (Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia) pada masa pandemi.
Seorang PMI bernama Wati (inisial) bekerja di Taiwan jadi korban sekitar Rp 683 juta oleh praktik skim online tersebut.
Dia tertipu seorang pemuda mengaku seorang anggota TNI. Mereka berkenalan melalui Facebook kemudian berlanjut menjalin hubungan asmara. Pemuda itu berjanji akan menikahi dia.
Dari hubungan asmara itu, pemuda tersebut meminjam uang buat modal usaha properti yang lagi dia rintis.
Wati yang lagi mabuk asmara, langsung percaya saja dan mengirim semua uang tabungan yang dia kumpulkan selama 3 tahun sebanyak Rp 200 juta. Tidak cukup itu saja, Wati diminta meminjam uang majikanya 1 juta NT (setara Rp 483.073.136).
Kejahatan skim ini seperti "jeruk makan jeruk". Pelakunya PMI dan korbannya PMI juga yang berada di negara lain.
PMI pelaku skim online di Kamboja dan Myanmar ini juga tak luput memangsa korban orang Indonesia dan orang-orang negara lain.
Selain sex scams atau love scams, mereka bekerja untuk melakukan penipuan investasi bodong dengan mengunakan aplikasi yang sudah disiapkan.
Dari penelusuran Migrant Watch, perekrutan kepada PMI diperkerjakan di dunia skimmer online dengan bujuk rayu bekerja sebagai customer service e-commerce atau gaming online. Ada juga merekrut mereka sebagai operator judi online.
Perekrutan banyak dilakukan melalui media sosial Facebook. Ada juga melalui antarteman.
Biasanya target sasarannya pada orang-orang baru lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang berusia antara 18-35 tahun, baik laki-laki maupun perempuan. Mereka ditawarkan gaji berkisar Rp 12 juta - Rp 20 juta per bulan.
Setelah dikumpulkan, mereka diterbangkan ke Phnom Penh. Biasanya mereka dibawa ke Bavet, yaitu daerah perbatasan antara Kamboja - Vietnam. Ada juga dibawa ke beberapa kota di negara Myanmar dan Vietnam.
Mereka kemudian dipekerjakan sebagai skimmer online dengan modus Sex Scams atau Love Scams.
Mereka yang awalnya tidak sadar dipekerjakan sebagai skiming online sudah masuk perangkap dunia kejahatan. Di bawah kekuasaan sindikat, PMI tersebut mau tidak mau melakukan kejahatan Skimming Online.
Alasan sindikat Skimming Online merekrut pemuda-pemudi Indonesia untuk melakukan kejahatan tersebut, selain kekurangan tenaga kerja dari negarnya, juga karena target sasaran mangsanya adalah orang-orang Indonesia.