Kemudian pilihan secara sadar membawa seseorang untuk memimpin dengan cara menempatkan kebutuhan bawahan sebagai prioritas, mengenal kehormatan dan pentingnya nilai bagi setiap individu, dan membantu orang lain dalam mencapai suatu tujuan bersama.
Kepemimpinan yang melayani (Servant Leadership), tidak hanya menggunakan otoritas (power) yang dimiliki, tetapi juga menggunakan pengaruh untuk menggerakkan orang lain.
Dalam menjalankan perannya, seorang pemimpin akan berhadapan dengan segala macam karakter, perilaku dan tingkat kematangan kepribadian bawahannya.
Servant leadership menjadi model kepemimpinan yang muncul untuk mengatasi krisis kepemimpinan sebagaimana yang terjadi dalam banyak kasus, ketika oknum polisi meminta “lebih dilayani” daripada memberi pelayanan kepada rakyat.
Para pemimpin-pelayan berkecenderungan lebih mengutamakan kebutuhan, kepentingan dan aspirasi orang-orang yang dipimpinnya di atas dirinya. Orientasinya adalah untuk melayani, cara pandangnya holistik dan beroperasi dengan standar moral spiritual.
Hal-hal yang telah lama terkikis dari institusi Polri meskipun dilengkapi dengan Tribrata dan Pancasila sebagai dasar sikap dan moral etisnya.
Menurut Spears, pemimpin yang mengutamakan pelayanan, dimulai dengan perasaan alami seseorang yang ingin melayani dan untuk mendahulukan pelayanan. Selanjutnya secara sadar, pilihan ini membawa aspirasi dan dorongan dalam memimpin orang lain.
Selain memengaruhi bagaimana perilaku bawahan, seorang pemimpin juga harus menguasai hal-hal seperti manajemen yang biasa dibutuhkan untuk mengatasi kerumitan dengan cara membuat tata tertib dengan menyusun rencana-rencana formal, merancang struktur organisasi yang ketat, setelah itu memantau hasil yang sudah dilakukan dengan cara membandingkannya dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Bagi seorang servant leader yang memiliki keyakinan kuat untuk melayani dan memimpin, yang terpenting adalah mampu menggabungkan keduanya untuk saling memperkuat secara positif (Trompenaars dan Voerman).
Setidaknya akan ada sepuluh karakteristik servant leadership (Spears, 2002) yaitu; mendengarkan (listening) dan mengidentifikasi aspirasi orang lain, empati (empathy), penyembuhan (healing) karena hubungan adalah kekuatan untuk tranformasi dan integrasi, kesadaran (awareness), persuasi (persuasion), konseptualisasi (conceptualization) dengan berpikir visioner, kejelian (foresight) atas keputusan di masa nanti, keterbukaan (stewardship) untuk membangun kepercayaan dari orang lain; komitmen untuk pertumbuhan (commitment to the growth of people), dan membangun komunitas (building community).
Dengan demikian, karakteristik utama yang membedakan antara kepemimpinan pelayan dengan model kepemimpinan lainnya adalah keinginan untuk melayani hadir sebelum adanya keinginan untuk memimpin.
Prioritas kepemimpinan pelayan adalah bagaimana menghasilkan nilai tambah bagi bawahan dan implementasi ketika bekerja menjadi pelayan masyarakat.
Ini menjadi pekerjaan rumah atas perbaikan kerja dan kinerja institusi Polri pada ulang tahunnya yang ke-77, apalagi dengan tema besar,"Polri Presisi untuk Negeri, Menuju Indonesia Maju”.
Apakah hal itu masih mungkin diraih, dalam situasi dan kondisi ketika prestige institusi Polri begitu terpuruk saat ini?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.