Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ren Muhammad

Pendiri Khatulistiwamuda yang bergerak pada tiga matra kerja: pendidikan, sosial budaya, dan spiritualitas. Selain membidani kelahiran buku-buku, juga turut membesut Yayasan Pendidikan Islam Terpadu al-Amin di Pelabuhan Ratu, sebagai Direktur Eksekutif.

Sukarno dan Nasib Tatanan Dunia Barunya

Kompas.com - 06/06/2023, 15:55 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Sejatinya, Sukarno berkomitmen untuk mencapai perdamaian global dan menentang perang serta kekuasaan militer yang dominan.

Ia memperjuangkan pemerintahan dunia yang adil dan berdasarkan persatuan dan kerjasama antara negara-negara, yang dikenal dengan konsep “Moralitas Kemanusiaan.”

Perdamaian global itulah yang kemudian diidamkan Sukarno bakal menciptakan Kesetaraan dan Keadilan Sosial. Ia sangat vokal dalam memperjuangkan dua konsep itu, sejak sebelum menjadi presiden pertama Indonesia.

Guna mewujudkannya, ia mengusulkan konsep “Trisakti” yang berfokus pada kesetaraan ekonomi, politik, dan budaya. Sukarno juga memperjuangkan nasionalisasi sumber daya alam dan redistribusi kekayaan untuk mengurangi kesenjangan sosial dan ekonomi.

“Bagaimana mungkin sebuah negara hidup berdampingan dalam damai saat pangkalan-pangkalan militer dan benteng-benteng ekonomi di sekelilingnya digunakan untuk menumbangkan atau memanipulasi aktivitas domestik negara itu? Bagaimana bisa sebuah negara dapat hidup berdampingan dalam damai ketika kekuatan asing mendominasi kebijakannya? Bagaimana bisa sebuah negara bertetangga dalam damai dengan negara-negara yang mencegah penegakan sistem sosial dan ekonomi yang sesuai dengan identitas nasional negara itu sendiri?” ujar Sukarno pada Konferensi ke-2 Gerakan Non-Blok (GNB) di Kairo, Mesir, pada 6 Oktober 1964.

Hadirin yang terdiri dari perwakilan 47 negara tersentak. Sukarno tegas menolak pandangan Josip Broz Tito, pemimpin Yugoslavia dan salah satu pencetus GNB, yang menginginkan GNB menempuh langkah moderat dalam menghadapi Blok Barat dan Timur dengan mencoba politik hidup berdampingan dalam damai.

Menurut Sukarno, sikap pasif seperti itu justru membuat negara-negara Non-Blok yang secara politik dan ekonomi lemah, hanya akan menjadi bulan-bulanan dua blok besar tersebut.

Guna mewujudkan perdamaian sejati, pertama, GNB harus memiliki kekuatan politik setara dengan blok lain. Caranya, dengan konfrontasi.

The New York Times yang meliput konferensi melaporkan bagaimana pandangan ekstrem Sukarno mengagetkan Tito.

Pemimpin Yugoslavia itu bahkan mengolok-olok Sukarno sebagai “Goldwater dari Asia”, merujuk pada Barry Goldwater, calon presiden Amerika Serikat dalam Pemilu 1964 yang terkenal bersikap militan, provokatif, dan kerap mengadvokasi perang dalam kampanyenya.

Alhasil, delegasi Indonesia dan Yugoslavia saling berdebat hebat kala merumuskan hasil konferensi.

Namun, Sukarno punya dasar yang kuat atas seluruh argumentasinya. Indonesia tengah bersitegang langsung dengan apa yang ia sebut dengan neokolonialisme, kolonialisme, dan imperialisme (Nekolim) Inggris di Malaysia.

Pandangan di Kairo tersebut begitu menggambarkan kepribadian politik Sukarno pada tahun terakhir ia berkuasa: ekstrem, paranoid, dan nekat.

Karakter inilah yang kemudian menyetir Demokrasi Terpimpin dan menjadikan sejarahnya begitu romantik untuk dibahas.

Tak puas dengan GNB dan geliat PBB yang melempem, Sukarno coba membentuk institusi penegak perdamaian dunianya sendiri melalui the Conference of the New Emerging Forces (Conefo), pada 7 Januari 1965.

Tiga belas hari berselang, Sukarno kembali menorehkan sejarah. Hingga kini, ia jadi satu-satunya presiden yang memerintahkan negaranya angkat kaki dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada 20 Januari 1965.

Maka menjadi mudah dipahami bila Sukarno dikenal sebagai kritikus keras imperialisme dan kapitalisme.

Ia percaya bahwa dominasi dan eksploitasi ekonomi oleh negara-negara Barat harus diakhiri dan digantikan dengan sistem yang lebih adil dan berkeadilan. Ia menjelma jadi pendukung utama gerakan anti-imperialisme dan gerakan sosialis di seantero dunia.

Keadaan dan kenyataan Kita

Sukarno jelas akan tertohok menyaksikan penerus Paman Mao yang ia kagumi, melancarkan neokapitalisme di Afrika.

Halaman Selanjutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Realisasi Anggaran 2023 Belum 100 Persen, Jokowi: Artinya 3 Minggu Ini Keluar Uang Triliunan Rupiah

Realisasi Anggaran 2023 Belum 100 Persen, Jokowi: Artinya 3 Minggu Ini Keluar Uang Triliunan Rupiah

Nasional
Data Pemilih Diduga Bocor, KPU Didesak Segera Investigasi Internal

Data Pemilih Diduga Bocor, KPU Didesak Segera Investigasi Internal

Nasional
Data Pemilih Diduga Bocor, Menkominfo: KPU Bilang Datanya Diambil

Data Pemilih Diduga Bocor, Menkominfo: KPU Bilang Datanya Diambil

Nasional
Data Pemilih Diduga Bocor, Ketua KPU: Sedang Dicek Kebenarannya

Data Pemilih Diduga Bocor, Ketua KPU: Sedang Dicek Kebenarannya

Nasional
Anies Kampanye Temui Petani di Pangalengan, Sebut Persediaan Pupuk Jadi Keluhan Utama

Anies Kampanye Temui Petani di Pangalengan, Sebut Persediaan Pupuk Jadi Keluhan Utama

Nasional
Kemungkinan Krisis dan Resesi Menguat, Jokowi: Kita Harus Waspada

Kemungkinan Krisis dan Resesi Menguat, Jokowi: Kita Harus Waspada

Nasional
Diduga Diretas, KPU: Data DPT Juga Ada di Parpol dan Bawaslu

Diduga Diretas, KPU: Data DPT Juga Ada di Parpol dan Bawaslu

Nasional
Stefanus Roy Rening Tolak Keterangan Lukas Enembe Dibacakan dalam Sidang

Stefanus Roy Rening Tolak Keterangan Lukas Enembe Dibacakan dalam Sidang

Nasional
KPU Harap Capres-Cawapres Bicara Realistis Saat Debat, Tak Muluk-muluk atau Terlalu Tinggi

KPU Harap Capres-Cawapres Bicara Realistis Saat Debat, Tak Muluk-muluk atau Terlalu Tinggi

Nasional
Sudah Berstatus Tersangka, Firli Bahuri Masih Pimpin Ekspose Penetapan Tersangka Kasus DJKA

Sudah Berstatus Tersangka, Firli Bahuri Masih Pimpin Ekspose Penetapan Tersangka Kasus DJKA

Nasional
Sakit, Lukas Enembe Tak Hadir Jadi Saksi di Sidang Stefanus Roy Rening

Sakit, Lukas Enembe Tak Hadir Jadi Saksi di Sidang Stefanus Roy Rening

Nasional
Jokowi Soroti Realisasi Anggaran yang Menumpuk di Akhir Tahun

Jokowi Soroti Realisasi Anggaran yang Menumpuk di Akhir Tahun

Nasional
Perludem: Pemilih Hanya Ramai soal Pilpres, padahal Ada 5 Pemilihan

Perludem: Pemilih Hanya Ramai soal Pilpres, padahal Ada 5 Pemilihan

Nasional
Isi Seminar Kebangsaan, Mahfud: Enggak Usah Kampanye, Sudah Tahulah Mau Pilih Siapa

Isi Seminar Kebangsaan, Mahfud: Enggak Usah Kampanye, Sudah Tahulah Mau Pilih Siapa

Nasional
Ganjar-Mahfud Dinilai Galau Tentukan 'Branding' Kampanye

Ganjar-Mahfud Dinilai Galau Tentukan "Branding" Kampanye

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com