Di acara ini, Jokowi bersama istrinya, Iriana, mengajak para pemimpin ASEAN naik kapal bertamasya di perairan Manggarai Barat, Nusa TenggaraTimur, Rabu 10 Mei 2023.
Pada hari yang sama dengan munculnya tulisan tentang KTT ASEAN dan acara naik kapal itu, dimuat pula berita utama halaman satu, berjudul “Perdagangan Bayi Berkedok Adopsi Melibatkan Dokter". Tulisan di bawah judul berbunyi seperti berikut:
“Bayi yang baru lahir diperjualbelikan melalui proses ilegal. Praktik dengan kedok pengangkatan anak atau adopsi ini terjadi di klinik kesehatan dan rumah sakit”.
Tidak kalah seramnya dengan berita utama sebelumnya, di bawah judul “Bayi-bayi Dijual Sejak Dalam Kandungan Ibunya” dituliskan pula kalimat pengantar berita selengkapnya berbunyi seperti berikut:
“Transaksi pengalihan bayi terjadi sejak dalam kandungan. Praktik ini terjadi karena orangtua kandung ingin mendapat imbalan uang dari calon orangtua angkatnya.”
Berdiri bulu roma kita bukan, membaca berita semacam ini. Ini tercatat dalam sejarah Mei 2023. Mei 1998 dan 2023 punya catatan seram dan menggembirakan.
Bulan Mei 2023, Indonesia bisa bergembira dan berpesta karena para atletnya bisa menggondol 86 medali emas dari pesta olahraga Asia Tenggara, SEA Games Kamboja 2023.
Lebih menggembirakan Tim Sepak Bola Indonesia berhasil menumbangkan tim sepak bola Thailand yang sebelumnya merupakan tim paling ditakuti dalam dunia sepakbola Asia Tenggara. Kita bergembira pada Mei 2023.
Lain dengan berita sepak bola pada Mei 1998. Di bawah judul “Pendukung Persebaya Mengamuk di Tangerang” (halaman 1, Senin 4 Mei 1998), para wartawan surat kabar ini antara lain memberitakan sebagai berikut:
“Pendukung Persebaya Surabaya kembali berbuat onar, ketika kesebelasannya bertanding melawan Persita Tangerang di Stadion Benteng, Tangerang, Minggu 3 Mei 1998".
“Petugas keamanan dari Komando Distrik Militer (Kodim) 0506 BS Tangerang dan Kepolisian Resor (Polres) Tangerang terpaksa melepaskan tembakan peringatan untuk menghentikan kebrutalan pendukung Surabaya. Dalam keributan itu 20 orang penonton – hampir semuanya pendukung Persita – dan dua orang polisi luka-luka terkena lemparan batu pendukung Persebaya.”
Dua hari kemudian, yakni Kamis 7 Mei 1998, di Kompas muncul berita halaman satu dengan judul seperti demikian: “Bal-balan di Solo Rusuh – di Medan, Penonton Masuk Lapangan”.
“Kebrutalan penonton sepak bola terus berlanjut, kali ini terjadi di kota Solo saat pertandingan tuan rumah Arseto menghadapi Pelita Jakarta, Rabu 6 Mei 1998 malam, di Stadion Sriwedari. Ribuan penonton menyerbu ke dalam lapangan melempari petugas serta penonton lainnya di tribun utama yang menyebabkan kepanikan massa. Akibatnya “bal-balan” (Jawa, sepakbola) itu terpaksa ditunda.”
Pada hari yang sama kerusuhan meledak di Stadion Teladan, Medan, menyusul kekalahan tim “Ayam Kinantan” PSMS atas PSIS Semarang.
Sembilan menit sebelum pertandingan usai, tiba-tiba ratusan penonton mendobrak pagar tribun. Kemudian dengan beringas mereka masuk ke lapangan, melempari pemain tamu dan pemain tuan rumah.
Begitulah berita sepak bola bulan Mei 1998 di Tangerang, Medan, dan Solo.
Menjelang berakhirnya bulan Mei 1998, yakni Jumat 29 Mei 1998, di Kampus Universitas Indonesia (UI) Depok, Ikatan Alumni Universitas Indonesia (Iluni- UI) mengadakan malam renungan tentang gerakan reformasi dan kelanjutannya.
Acara ini dihadiri 10.000 orang. Antara lain nampak ekonom Dr Sri Mulyani Indrawati (sekarang menjadi Menteri Keuangan), pakar hukum T Mulya Lubis, sosiolog kawakan Prof Selo Soemardjan (kini almarhum), pakar ilmu politik Arbi Sanit, politisi Sri Bintang Pamungkas, pemusik Iwan Fals, Jaduk Ferianto, Harry Roesly dan budayawan WS Rendra.
Dalam dialog malam itu, Selo Soemardjan mengatakan, walau reformasi telah berjalan sejauh ini, tapi masyarakat belum merasa “merdeka”.
“Mahasiswa harus waspada terhadap tokoh-tokoh yang tidak memiliki pendirian alias bunglon. Mahasiswa harus menyadari reformasi belum selesai dan perjalanan masih panjang,” demikian Selo Soemardjan 25 tahun lalu.