Salin Artikel

Bencana Mei 1998 dan 2023 dalam Berita Kompas

Mari kita buka kembali lembaran Kompas Mei 1998. Pada Jumat 1 Mei 1998, dua orang wartawan Kompas dari Kotabumi, Lampung melaporkan hasil liputan mereka yang kemudian diberi judul “Jutaan Belalang Gempur Lampung” (dimuat di halaman 1 Kompas, Sabtu 2 Mei 1998).

Lebih dari 3.000 hektar tebu rakyat dan milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VII digempur hama belalang tersebut. Jutaan belalang ini juga meludeskan tanaman padi, kacang, jagung dan padi.

Keadaan lebih seram lagi terlihat di ruas-ruas di areal perkebunan PTPN VII Kawasan Bunga Mayang, Lampung Utara, 170 kilometer dari Bandar Lampung.

“Di situ jutaan belalang muda dan dewasa meloncat-loncat bagaikan anak kodok. Laskar belalang ini nampak tenang memenuhi jalan sepanjang 18 kilometer jalan poros perkebunan menuju lokasi pabrik gula. Dari kejauhan, jutaan hama belalang itu mirip sebaran kerikil hitam. Dilihat dari dekat, gerakan jutaan anak belalang itu seperti kawanan ulat yang tengah mengerubungi bangkai binatang raksasa,” demikian tulis wartawan Kompas berinisial CAL dan ZUL.

Dua hari kemudian, sembilan orang wartawan dari lima propinsi di Indonesia melaporkan hama belalang itu telah menyerang Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung dan Sulawesi Selatan. Ribuan hektar tanaman padi hancur.

Sementara hama wereng cokelat menyerbu 1.000 hektar tanaman padi di Brebes, Jawa Tengah dan beberapa kecamatan di Lombok Timur.

Sementara itu, awal Mei 1998, di Istana Kepresidenan para menteri Kabinet Pembangunan VII sedang kebingungan menjelaskan sikap Soeharto tentang reformasi yang melanda negeri ini.

Dua puluh lima tahun kemudian, hasil liputan 22 orang wartawan Kompas melaporkan bencana alam yang kemudian menjadi berita utama dengan judul “Kota-Kota di Indonesia Disergap Bencana” dengan sub judul, “Banjir, gempa, hingga krisis air bersih, kecelakaan maut, dan kebakaran mengakrabi kota-kota yang tumbuh pesat di Indonesia. Namun, mitigasi di area urban itu masih minim.” (Berita utama halaman satu Kompas 15 Mei 2023).

Ketika berita bencana alam ini ditulis dan dilaporkan oleh 22 wartawan Kompas, Jokowi jumpa dengan kelompok relawanya di Istora Senayan, Jakarta. Para relawan ini sedang menyuguhkan acara puncak yang oleh mereka diberi nama Musyawarah Rakyat atau Musra.

Dalam acara ini, Jokowi menerima daftar bakal calon presiden (capres) dan bakal calon wakil presiden (cawapres).

Relawan Jokowi menyodorkan tiga bakal capres, yakni Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Airlangga Hartarto, serta empat bakal cawapres, yakni Mahfud MD, Sandiaga Uno, Arsjad Rasjid, dan Moeldoko.

Erick Tohir yang tidak berhasil melobi dan memboyong laga sepakbola dunia ke Indonesia tidak masuk dalam daftar itu.

Dalam berita Kompas, halaman 2, Senin 15 Mei 2023, pertemuan kelompok relawan dengan Jokowi ini diberi judul “Jokowi Tunggu Sikap Parpol” dan sub judul “Presiden Joko Widodo berjanji membisiki partai politik terkait capres -cawapres versi musra. Di sisi lain, presiden kembali diingatkan untuk netral selama pemilu demi mencegah konflik”.

Ini artinya Jokowi diminta jangan jadi tukang bisik atau pembisik. Jangan ikut campur.

Berita pertemuan relawan Jokowi ini (halaman 2) berada di balik berita utama (halaman 1) berjudul “Kota-Kota di Indonesia Disergab Bencana”.

Di halaman 5 Kompas, Senin 15 Mei 2023, juga menurunkan berita dengan sub judul,”Sejarah menyimpan nilai pengetahuan penting yang dapat dijadikan landasan merancang masa depan negara. Untuk mendalaminya, sejarah perlu dibuat relevan dan kontekstual dengan masa sekarang”.

Membaca berita itu saya jadi ingat judul buku tulisan almarhum P Swantoro (salah satu pimpinan Kompas), yang berbunyi “Masa Lalu Selalu Aktual”.

Buku ini diterbitkan Januari 2007, oleh Penerbit Buku Kompas bekerjasama dengan Rumah BudayaTembi.

Bulan Mei 2023 ini, juga ditandai dengan berita pengungkapan perdagangan bayi-bayi di negeri yang saat itu sedang menyelenggarakan konferensi tingkat tinggi negara-negara di Asia Tenggara, ASEAN.

Di acara ini, Jokowi bersama istrinya, Iriana, mengajak para pemimpin ASEAN naik kapal bertamasya di perairan Manggarai Barat, Nusa TenggaraTimur, Rabu 10 Mei 2023.

Pada hari yang sama dengan munculnya tulisan tentang KTT ASEAN dan acara naik kapal itu, dimuat pula berita utama halaman satu, berjudul “Perdagangan Bayi Berkedok Adopsi Melibatkan Dokter". Tulisan di bawah judul berbunyi seperti berikut:

“Bayi yang baru lahir diperjualbelikan melalui proses ilegal. Praktik dengan kedok pengangkatan anak atau adopsi ini terjadi di klinik kesehatan dan rumah sakit”.

Tidak kalah seramnya dengan berita utama sebelumnya, di bawah judul “Bayi-bayi Dijual Sejak Dalam Kandungan Ibunya” dituliskan pula kalimat pengantar berita selengkapnya berbunyi seperti berikut:

“Transaksi pengalihan bayi terjadi sejak dalam kandungan. Praktik ini terjadi karena orangtua kandung ingin mendapat imbalan uang dari calon orangtua angkatnya.”

Berdiri bulu roma kita bukan, membaca berita semacam ini. Ini tercatat dalam sejarah Mei 2023. Mei 1998 dan 2023 punya catatan seram dan menggembirakan.

Bulan Mei 2023, Indonesia bisa bergembira dan berpesta karena para atletnya bisa menggondol 86 medali emas dari pesta olahraga Asia Tenggara, SEA Games Kamboja 2023.

Lebih menggembirakan Tim Sepak Bola Indonesia berhasil menumbangkan tim sepak bola Thailand yang sebelumnya merupakan tim paling ditakuti dalam dunia sepakbola Asia Tenggara. Kita bergembira pada Mei 2023.

Rusuh di Solo dan Medan

Lain dengan berita sepak bola pada Mei 1998. Di bawah judul “Pendukung Persebaya Mengamuk di Tangerang” (halaman 1, Senin 4 Mei 1998), para wartawan surat kabar ini antara lain memberitakan sebagai berikut:

“Pendukung Persebaya Surabaya kembali berbuat onar, ketika kesebelasannya bertanding melawan Persita Tangerang di Stadion Benteng, Tangerang, Minggu 3 Mei 1998".

“Petugas keamanan dari Komando Distrik Militer (Kodim) 0506 BS Tangerang dan Kepolisian Resor (Polres) Tangerang terpaksa melepaskan tembakan peringatan untuk menghentikan kebrutalan pendukung Surabaya. Dalam keributan itu 20 orang penonton – hampir semuanya pendukung Persita – dan dua orang polisi luka-luka terkena lemparan batu pendukung Persebaya.”

Dua hari kemudian, yakni Kamis 7 Mei 1998, di Kompas muncul berita halaman satu dengan judul seperti demikian: “Bal-balan di Solo Rusuh – di Medan, Penonton Masuk Lapangan”.

“Kebrutalan penonton sepak bola terus berlanjut, kali ini terjadi di kota Solo saat pertandingan tuan rumah Arseto menghadapi Pelita Jakarta, Rabu 6 Mei 1998 malam, di Stadion Sriwedari. Ribuan penonton menyerbu ke dalam lapangan melempari petugas serta penonton lainnya di tribun utama yang menyebabkan kepanikan massa. Akibatnya “bal-balan” (Jawa, sepakbola) itu terpaksa ditunda.”

Pada hari yang sama kerusuhan meledak di Stadion Teladan, Medan, menyusul kekalahan tim “Ayam Kinantan” PSMS atas PSIS Semarang.

Sembilan menit sebelum pertandingan usai, tiba-tiba ratusan penonton mendobrak pagar tribun. Kemudian dengan beringas mereka masuk ke lapangan, melempari pemain tamu dan pemain tuan rumah.

Begitulah berita sepak bola bulan Mei 1998 di Tangerang, Medan, dan Solo.

Menjelang berakhirnya bulan Mei 1998, yakni Jumat 29 Mei 1998, di Kampus Universitas Indonesia (UI) Depok, Ikatan Alumni Universitas Indonesia (Iluni- UI) mengadakan malam renungan tentang gerakan reformasi dan kelanjutannya.

Acara ini dihadiri 10.000 orang. Antara lain nampak ekonom Dr Sri Mulyani Indrawati (sekarang menjadi Menteri Keuangan), pakar hukum T Mulya Lubis, sosiolog kawakan Prof Selo Soemardjan (kini almarhum), pakar ilmu politik Arbi Sanit, politisi Sri Bintang Pamungkas, pemusik Iwan Fals, Jaduk Ferianto, Harry Roesly dan budayawan WS Rendra.

Dalam dialog malam itu, Selo Soemardjan mengatakan, walau reformasi telah berjalan sejauh ini, tapi masyarakat belum merasa “merdeka”.

“Mahasiswa harus waspada terhadap tokoh-tokoh yang tidak memiliki pendirian alias bunglon. Mahasiswa harus menyadari reformasi belum selesai dan perjalanan masih panjang,” demikian Selo Soemardjan 25 tahun lalu.

Sementara WS Rendra mengatakan, reformasi mental sangat menentukan jalan reformasi tahun 1998. Konkretnya, kata Rendra, harus ada kontrol dari sebuah lembaga yang sangat bersih terhadap penguasa sebersih apa pun.

“Ketiadaan kontrol akan membuat penguasa yang bersih menjadi kotor juga,” kata Rendra yang gaungnya terasa keras hari ini, 2023.

Bulan Mei 1998, ditutup dengan pernyataan Sri Sultan Hamengku Buwono X di Jogyakarta, Sabtu 30 Mei 1998.

“Setiap mendengar lagu Indonesia Raya, saya sedih karena Tanah Air Indonesia yang mempunyai aneka ragam kekayaan alam ternyata hampir semuanya sudah dikapling, baik itu hutan, laut maupun udara. Bahkan orang yang akan berbuat sosial saja tidak bisa, karena tempatnya sudah dikapling,” ujar Sultan.

Mei 2023, tinggal beberapa hari. Momentum ini kita pakai membaca sejarah 1998. Ingat pepatah Latin kuno yang mengatakan, historia magistra vitae, sejarah adalah guru kehidupan.

Ketika mengakhiri tulisan ini saya ingat ucapan wartawati televisi swasta yang mewawancari saya tentang lengsernya Soeharto di Jakarta, 21 Mei 2023.

Wartawati itu mengatakan ingin tahu gambaran suasana hati Pak Harto ketika kembali dari Turki, sebelum lengser pada 21 Mei 1998.

Turki? “Waktu itu Soeharto pulang dari Kairo, Mesir,” kata saya.

Dia juga tanya situasi penembakan mahasiswa di depan Istana. “Penembakan Mei 1998 yang terkenal di kampus Universitas Trisakti,” kata saya.

Penting lho, mbak, baca sejarah. Perpustakaan di kantor mbak wartawati cukup lengkap soal Mei 1998.

Seruan reformasi Mei 1998 masih harus berlanjut, diserukan lagi pada usianya yang ke-25. Karena, KKN (kolusi, korupsi dan nepotisme) masih berlanjut dan berkembang biak.

Istilah KKN ini bersaudara dengan politik dinasti atau politik kekerabatan atau bisa juga disebut sistem kodok “ampibi” (anak, menantu, ponakan, bisa juga pacar, simpanan, ipar, besan, istri). Ini nampak sekali di lembaran daftar caleg di Komisi Pemilihan Umum saat ini.

Bau busuk menyengat pada Mei 2023 ini dengan dikumandangkan berita korupsi menara pemancar telekomunikasi atau base transceiver (BTS) 4G.

Ada pula putusan memperpanjang periode masa jabatan pimpinan KPK. Ini memunculkan pertanyaan wewenang dari mana ada keputusan ini.

Maka meluncur jawaban tidak jelas tapi jenaka, yakni wewenang itu dari sistem cungkringisme, artinya yang berwenang tidak nampak.

Tindakan memperpanjang masa jabatan pimpinan KPK cukup kasat mata. Tapi usaha memperpanjang masa jabatan presiden lebih substil liciknya. Seperti kesturi yang menebar bau tapi cucuruta cepat menghilang dari pandangan mata.

Artikel ini kita tutup dengan lirik lagu berjudul “Reformasi Dikhianati” yang dibuat oleh Refly Harun yang pernah berkantor sebentar di kompleks Istana Kepresidenan/Sekretaris Negara).

“Kala itu langit Jakarta membara, ribuan mahasiswa tumpah ruah melakukan aksi hingga malam hari hingga pagi, menuntut kata, reformasi….”

“Tapi kini reformasi telah dikhianati, demokrasi sudah mati……..oligargi sudah bangkit lagi, para pencoleng mulai unjuk diri, Istana jadi pusat transaksi, penguasa sudah lupa diri”.

https://nasional.kompas.com/read/2023/05/29/14151631/bencana-mei-1998-dan-2023-dalam-berita-kompas

Terkini Lainnya

Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Nasional
Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Nasional
Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

Nasional
Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Nasional
Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo', Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Sebut Jokowi Kader "Mbalelo", Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Nasional
[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

Nasional
Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke