Radio panggil yang dimiliki Ita terus berbunyi. Sekira pukul 20.00 WIB pada 11 Mei 1998, Ita mendapat pesan untuk segera pergi ke Cengkareng, Jakarta Barat. Ia telah ditunggu oleh seseorang yang disebutnya 'Pak Haji' di taman depan pusat perbelanjaan itu.
Ita segera mencari ojek langganannya, sembari berpesan kepada dua temannya untuk tetap di Glodok. Dia seorang diri ke Cengkareng menemui Pak Haji.
Sekitar pukul 21.30 WIB, Ita sampai. Pak Haji segera memintanya ke rumah menemui sang istri yang seorang bidan. Di sana, sudah ada tiga orang wanita, semuanya korban kekerasan. Ada pula yang menjadi korban pemerkosaan.
Baca juga: 25 Tahun Reformasi, Ketimpangan Masih Jadi Isu Terkini
Karena korban harus segera ditangani, Ita dan Bu Haji membawanya ke rumah sakit terdekat, yaitu RS Siloam Kebon Jeruk.
Tiga orang korban dibawa menggunakan tiga motor, yang masing-masing dikendarai Pak Haji, menantu Pak Haji, dan ojek langganan Ita.
"Ketika itu sudah sepi jam 23.00 - 24.00 WIB, orang enggak berani ada yang keluar. Begitu masuk, orang (petugas rumah sakit) seperti langsung menangkap kami dalam artian menolong. (Mereka bilang), "Masuk, masuk, masuk,". Ke IGD, dan IGD ditutup," papar Ita sembari memperagakan.
Tak berlangsung lama, radio panggil Ita kembali berbunyi. Kini, pesan datang dari Romo Sandy yang melaporkan korban pemerkosaan di Jembatan Dua dan Jembatan Tiga.
Ita dan Romo terlibat percakapan cukup panjang.
"Ini jam segini, Romo. Saya takut. Keadaan sepi sekali," kata Ita pada orang di seberang telepon.
Baca juga: Saat Ganjar Kenang Tragedi Trisakti 25 Tahun Lalu...
"Ya sudah, kamu dijemput. Kamu di mana?," tanya Romo.
"Saya di sini (RS Siloam)," jawabnya.
Dua orang laki-laki yang merupakan relawan datang menjemput Ita, menuju Jembatan Dua dan Jembatan Tiga.
Sama seperti di tempat lain, daerah itu sudah ramai penjarahan. Pintu-pintu besi yang semula terpasang di ruko, rusak. Makanan di dalam toko kelontong sudah berserakan hingga ke jalanan.
Ita masuk ke salah satu ruko yang dituju. Di dalam, ia mendapati seorang perempuan Tionghoa berumur sekitar 18 tahun yang juga menjadi korban.
Satu perempuan lainnya lebih dulu diselamatkan oleh warga di belakang ruko. Saat diserang, warga di perkampungan miskin tersebut membantunya turun memakai tangga.
Baca juga: 25 Tahun Reformasi: Kisah Mahasiswa Kedokteran UKI Ubah Identitas Pasien untuk Kelabui Intel
Untuk menolong korban, Ita mendatangi rumah orang Tionghoa dan menitipkannya di sana. Orang tersebut kemudian memanggil seorang dokter bernama Lie Darmawan, untuk mengobati pendarahan korban. Keesokan harinya, korban sudah dibawa ke dokter.
Setelah urusan hari itu selesai, Ita pulang menjelang pagi ke Kalyanamitra.
Sekitar pukul 10.00 WIB pada 12 Mei 2023, kantor Kalyanamitra mendapat telepon yang mengabarkan ada dua orang anak korban pemerkosaan di Pondok Bambu, Jakarta Timur.
Telepon terus-menerus berdering hingga keesokan harinya, 13 Mei 1998. Banyak yang melaporkan kasus serupa di berbagai wilayah, di Kemayoran, di Pondok Bambu, di Glodok, serta wilayah sekitar Jakarta Timur dan Jakarta Utara.