Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Kelam Tragedi 1998: Dering Telepon Tak Henti Berbunyi Terima Laporan Rudapaksa Massal

Kompas.com - 19/05/2023, 16:32 WIB
Fika Nurul Ulya,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

Saking tidak terbendungnya korban kejahatan, Ita dan Sandyawan mengadakan rapat di Jalan Arus.

Di situ, Romo Sandi memutuskan untuk membentuk Tim Relawan untuk Kemanusiaan. Mereka mengurus para korban yang terbakar di Klender, Jatinegara, dan lainnya.

Baca juga: Gelar Pameran Foto 25 Tahun Reformasi, Pena 98: Negara Harus Punya Tanggung Jawab Sejarah

Lalu, dibentuk pula Tim Relawan untuk Kekerasan terhadap Perempuan (TRKP), yang berkantor pusat di Kalyanamitra. Tugas utamanya membantu dan mengurus para korban perkosaan dan pelecehan seksual.

Ita membuka perekrutan alias meminta para relawan membantu, mengingat sumber daya di Kalyanamitra tidak mampu menangani semua kasus yang muncul.

Beruntung, puluhan relawan datang ke Kalyanamitra untuk membantu. Tugasnya dibagi-bagi, ada yang berurusan dengan call center/hotline, tim pencatatan korban, tim investigasi, dan tim penyembuhan mental yang diisi oleh psikolog dari Universitas Indonesia dan Universitas Atmajaya.

Pada 13 Mei 1998 pula, Ita mengumumkan pembentukan tim melalui televisi. Masyarakat yang membutuhkan pertolongan, bisa melaporkan kepada tim relawan. Dari situ, telepon masuk terus berdering tanpa henti.

"Telepon terus berbunyi, (tanggal) 13, 14, 15 (Mei) itu puncak dari telepon masuk tentang perkosaan. Kita kebetulan sudah membuat tim. Jadi kalau ada telepon masuk perkosaan dicatat, kemudian tim investigasi langsung ke lapangan," bebernya.

Baca juga: Aktivis 98 Gelar Pameran Foto 25 Tahun Reformasi, Pengunjung: Merinding Lihatnya

Ada pula korban perkosaan yang dia tangani secara langsung, termasuk dua orang mahasiswa Trisakti yang menjadi korban rudapaksa di dalam mobil. Informasi kasus itu dia terima di hari yang sama, yaitu pada sore hari tanggal 13 Mei 1998.

Ita mendatangi sebuah rumah di daerah Slipi, Jakarta Barat, tempat kedua mahasiswa itu berada. Di sana, sudah ada seorang romo dan bidan. Begitu pula dokter yang segera memberikan suntikan untuk menghentikan pendarahan.

Ita memutuskan untuk membawa dua orang tersebut menjalani pengobatan di Singapura, menyusul adanya informasi maskapai Singapore Airlines saat itu tersedia untuk membawa korban.

"Kami membawa dua mahasiswa ini ke Cengkareng, ke (Bandara) Soekarno-Hatta. Kami boarding tidak ditanya paspor, tidak ditanya apa, langsung masuk. Kami tinggal, dia ditangani di Singapura sekitar 2 bulan," jelas Ita.

Pada 14 Mei 1998, Ita diminta menemui salah satu korban pemerkosaan berusia 11 tahun, di Kota Lama, Tangerang, bernama Fransisca. Kakak dan ibunya telah lebih dulu meninggal karena kasus yang sama.

Baca juga: Mengenang 25 Tahun Reformasi, Pameran Foto dan Diskusi Sejarah di 20 Kota

Saat ditemui, Fransisca masih hidup. Namun, remaja tanggung yang digambarkan Ita sangat cantik itu sudah mengalami pendarahan hebat. Melihatnya kesakitan, Ita meminta Fransisca untuk pulang menyusul ibu dan kakaknya, jika sudah tidak kuat.

Fransisca meninggal di pangkuannya. Ita mengurus proses kremasi hingga pembuangan abu seorang diri. Pun sempat membelikan baju cantik untuk dipakai Fransisca.

Menurut data Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang dibentuk kala itu, korban hanya mencapai 66 orang. Padahal menurut laporan eksekutif, korban mencapai 165 orang.

Belum lagi dihitung dari para korban yang akhirnya meninggalkan Indonesia dan menetap di luar negeri.

Hingga saat ini, kasus pemerkosaan massal pada Mei 1998 tetap menjadi misteri. Pelaku atau dalang di balik peristiwa tersebut pun belum terungkap hingga 25 tahun kemudian.

Pemerkosaan massal terhadap etnis Tionghoa bukan satu-satunya kejahatan kemanusiaan pada kala itu. Ada pula penghilangan paksa terhadap mereka yang dituduh terlibat dalam gerakan mahasiswa dan aktivis pro demokrasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com