Bayangkan saja, sumbangan masyarakat dalam negeri untuk korban tsunami Aceh pada akhir 2004 yang bisa mencapai puluhan atau bahkan ratusan triliun rupiah melalui organisasi-organisasi sosial dan politik tertentu yang sampai saat ini rasanya belum pernah dilaporkan ke publik.
Jadi seperti disebutkan di atas, tinggal tergantung kita. Apakah kita mau bersih-bersih di negeri ini seperti Singapura, Korea Selatan, dan lain-lain, atau kita santai saja menikmati kehidupan yang tidak terlalu jujur, tetapi beginilah nasib kita, yang kaya menjadi makin makmur, yang miskin menjadi makin terpinggirkan.
Kelas menengah menjadi makin tipis dan kesejahteraan masing-masing warga negara tidak ditentukan oleh meritokrasi, tetapi oleh kepiawaiannya mengembangkan jaringan (network) yang merupakan jalan pintas mencapai kekayaan dan kejayaan.
Berbicara tentang DPR, harus diakui ada lebih banyak anggota-anggota DPR yang berintegritas.
Sayangnya, orang-orang bersih ini tidak berani berbicara jujur karena seperti pernah disebutkan oleh seorang anggota DPR yang mempunyai kedudukan tinggi di partainya.
Dia mengaku tidak punya wewenang untuk berbicara bebas karena seluruh perjalanannya di lembaga yang katanya mewakili rakyat itu harus sesuai dengan instruksi pimpinan tertinggi partainya.
Atau takut bila hidup yang sudah nyaman dengan gaji, berbagai tunjangan, dan fasilitas sebagai anggota DPR hilang begitu saja karena terkena PAW (Pergantian Antar Waktu).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.