Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Panas Dingin Hubungan Anas Urbaningrum-Susilo Bambang Yudhoyono

Kompas.com - 12/04/2023, 12:05 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Terpidana kasus korupsi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Bukit Hambalang, Kabupaten Bogor, Anas Urbaningrum, menghirup udara bebas setelah menjalani masa hukuman 8 tahun penjara pada Selasa (11/4/2023).

Dia merupakan mantan Ketua Umum Partai Demokrat pada 2010-2013 yang memutuskan mengundurkan diri setelah ditetapkan menjadi tersangka dalam kasus itu oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Hingga saat ini proyek yang berdiri di atas lahan seluas kurang lebih 30 hektare itu mangkrak. Menurut perhitungan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), negara mengalami kerugian hingga Rp 463,66 miliar dalam proyek itu.

Sedangkan nilai kontrak keseluruhan proyek itu mencapai Rp 1,25 triliun.

Baca juga: Demokrat Persilakan Anas Urbaningrum Beri Kejutan via Pidato: Dia Memang Orator Ulung

Kasus korupsi Hambalang itu juga menyeret para petinggi Partai Demokrat pada masa itu. Mereka yang akhirnya berurusan dengan KPK selain Anas adalah mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin, mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng, dan mantan anggota DPR fraksi Demokrat Angelina Sondakh.

Kasus itu juga membuat hubungan antara Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang ketika itu menjabat sebagai Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat dan Anas menjadi tegang.

Di sisi lain, salah satu anak SBY, Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas, disebut-sebut menerima komisi dari proyek itu. Namun, hingga saat ini tuduhan itu tak sekalipun dibuktikan oleh KPK.

Baca juga: Balas Demokrat, Gede Pasek Minta SBY Minta Maaf ke Anas Urbaningrum karena...

Awal gabung Demokrat

Anas bergabung menjadi anggota Partai Demokrat pada 2005, setelah mengundurkan diri sebagai komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU).

SBY saat itu terpilih menjadi Presiden RI ke-6. Dia kemudian meminta Anas mengisi posisi Ketua Bidang Politik dan Otonomi Daerah.

Karier politik Anas terbilang moncer. Pada 2009 dia terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dari daerah pemilihan Jawa Timur VII.

Anas kemudian ditunjuk menjadi ketua fraksi Demokrat di DPR.

Baca juga: PKN Sebut Anas Urbaningrum Tak Ingin Balas Dendam dengan Siapa Pun

Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono berharap Presiden Amerika Serikat Joe Biden berunding dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Cina Xi Jinping salam G20 Summit di Bali bulan depan. Hal itu dikemukakan SBY dalam pidatonya di Roundtable Discussion Yudhoyono Institute dengan Universiti Kebangsaan Malaysia di Hotel Fairmont, Jakarta, Kamis (13/10/2022).Dok. Partai Demokrat Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono berharap Presiden Amerika Serikat Joe Biden berunding dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Cina Xi Jinping salam G20 Summit di Bali bulan depan. Hal itu dikemukakan SBY dalam pidatonya di Roundtable Discussion Yudhoyono Institute dengan Universiti Kebangsaan Malaysia di Hotel Fairmont, Jakarta, Kamis (13/10/2022).

Anas kemudian masuk dalam bursa ketua umum Partai Demokrat. Dia lantas mengundurkan diri dari DPR pada 23 Juli 2010.

Dalam Kongres Partai Demokrat yang digelar di Bandung, Jawa Barat, pada tahun itu, Anas terpilih menjadi Ketua Umum mengalahkan pesaingnya yaitu Andi Mallarangeng.

Skandal korupsi

Saat itu pamor Partai Demokrat sedang tinggi-tingginya. Akan tetapi, di balik itu terdapat skandal korupsi yang melibatkan sejumlah kadernya dan kemudian dibongkar.

Hubungan antara SBY dan Anas retak setelah KPK menyelidiki berbagai kasus korupsi yang melibatkan kader Partai Demokrat.

Alhasil elektabilitas Demokrat merosot karena sejumlah kadernya dibelit persoalan korupsi. Apalagi setelah nyanyian Nazaruddin yang sempat buron dengan menyebut beberapa petinggi Demokrat, termasuk Anas, terlibat dalam kasus korupsi Hambalang.

Baca juga: Demokrat Minta Anas Segera Minta Maaf ke SBY

Nazaruddin bahkan sempat kabur ke Cartagena, Kolombia. Namun, dia berhasil ditangkap oleh Interpol dan dipulangkan ke Indonesia.

Desakan dari internal Demokrat supaya KPK memperjelas status hukum Anas semakin menguat.

Alhasil, KPK menetapkan Anas sebagai tersangka gratifikasi dari proyek Hambalang pada 22 Februari 2013. Sehari kemudian Anas menyatakan mengundurkan diri dari posisi Ketua Umum Partai Demokrat.

Anas saat itu tetap membantah terlibat korupsi Hambalang dan melontarkan pernyataan yang cukup fenomenal.

"Saya yakin. Yakin. Satu rupiah saja Anas korupsi di Hambalang, gantung Anas di Monas," kata Anas di Kantor DPP Demokrat pada Maret 2013 silam.

Baca juga: Bebas, Anas Urbaningrum Akan Beri Kejutan dalam Pidatonya, Tak Punya Urusan dengan AHY

Setelah Anas mengundurkan diri, SBY mengambil alih kendali dan posisi Ketua Umum Partai Demokrat.

Penetapan Anas sebagai tersangka oleh KPK juga penuh drama karena didahului dengan skandal surat perintah penyidikan (sprindik) yang bocor ke media massa.

Yang membocorkan sprindik Anas adalah Wiwin Suwandi, sekretaris Ketua KPK Abraham Samad.

Karena skandal itu, Samad dianggap lalai mengawasi sekretarisnya dan dinyatakan melanggar kode etik, meski tidak terlibat langsung dalam membocorkan sprindik.

Samad pun diganjar sanksi peringatan tertulis supaya memperbaiki sikap, tindakan, dan perilakunya.

Setelah Anas mengundurkan diri dari posisi Ketua Umum Demokrat usai ditetapkan sebagai tersangka, sejumlah loyalis turut digeser. Mereka adalah Gede Pasek dan Saan Mustopa.

Baca juga: Sekjen PKN: Anas Pasti Menolak Berbenturan dengan Demokrat dan SBY

Anas bersama rekan-rekannya kemudian membentuk organisasi Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI). Gede Pasek yang saat itu masih sebagai anggota fraksi Demokrat di DPR turut terlibat dalam PPI.

SBY kemudian memerintahkan para kadernya untuk bersikap apakah tetap menjadi bagian dari Partai Demokrat atau keluar. Gede Pasek dan Saan Mustopa kemudian memutuskan mengundurkan diri dari Partai Demokrat.

SBY juga tidak tinggal diam melihat manuver yang dilakukan Anas.

Pada Oktober 2013 pernah beredar isi pesan singkat yang diyakini berasal dari SBY yang menilai Anas berlaku jahat dengan memperlihatkan manuver politik itu.

"Jahat sekali, luar biasa sebenarnya saya tidak ingin melihat ke belakang, tapi pihak Anas terus menerus menyerang dan menghantam saya, dan Partai Demokrat. Setelah hampir 3 tahun saya mengalah dan diam, saatnya saya untuk saya hadapi tindakan yang telah melampaui batasnya itu. Partai Demokrat atas kerja keras kita baru saja mulai bangkit. Karena perilaku sejumlah kader, termasuk Anas partai kita sempat melorot tajam dan hancur. Kalau gerakan penghancuran Partai Demokrat dan SBY terus mereka lancarkan, para kader seluruh Indonesia akan sangat dirugikan. Sebagai unsur pimpinan Partai kita harus menyelamatkan partai kita, termasuk nasib dan masa depan jutaan kader dan anggota Partai Demokrat di seluruh Indonesia," demikian isi pesan singkat itu.

Baca juga: Anas Urbaningrum Dijadwalkan Bebas Besok, Dapat Cuti Menjelang Bebas

Sejumlah loyalis Anas saat ini berhimpun membentuk Partai Kebangkitan Nusantara (PKN). Mereka lolos dalam verifikasi administrasi dan faktual Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan berhak menjadi peserta Pemilu 2024.

Kini Anas sudah selesai menjalani masa hukuman. Namun, percikan konflik masa lalu antara dirinya dan SBY nampaknya belum akan sirna.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Persoalkan Penetapan Tersangka, Gus Muhdlor Kembali Gugat KPK

Persoalkan Penetapan Tersangka, Gus Muhdlor Kembali Gugat KPK

Nasional
Anies ke Warga Jakarta: Rindu Saya Enggak? Saya Juga Kangen, Pengen Balik ke Sini...

Anies ke Warga Jakarta: Rindu Saya Enggak? Saya Juga Kangen, Pengen Balik ke Sini...

Nasional
[POPULER NASIONAL] Jokowi Titip 4 Nama ke Kabinet Prabowo | Suara Megawati dan Puan Disinyalir Berbeda

[POPULER NASIONAL] Jokowi Titip 4 Nama ke Kabinet Prabowo | Suara Megawati dan Puan Disinyalir Berbeda

Nasional
Bamsoet Sebut Golkar Siapkan Karpet Merah jika Jokowi dan Gibran Ingin Gabung

Bamsoet Sebut Golkar Siapkan Karpet Merah jika Jokowi dan Gibran Ingin Gabung

Nasional
ICW Desak KPK Panggil Keluarga SYL, Usut Dugaan Terlibat Korupsi

ICW Desak KPK Panggil Keluarga SYL, Usut Dugaan Terlibat Korupsi

Nasional
Jokowi Masih Godok Susunan Anggota Pansel Capim KPK

Jokowi Masih Godok Susunan Anggota Pansel Capim KPK

Nasional
Bamsoet Ingin Bentuk Forum Pertemukan Prabowo dengan Presiden Sebelumnya

Bamsoet Ingin Bentuk Forum Pertemukan Prabowo dengan Presiden Sebelumnya

Nasional
Senyum Jokowi dan Puan saat Jumpa di 'Gala Dinner' KTT WWF

Senyum Jokowi dan Puan saat Jumpa di "Gala Dinner" KTT WWF

Nasional
ICW Minta MKD Tegur Hugua, Anggota DPR yang Minta 'Money Politics' Dilegalkan

ICW Minta MKD Tegur Hugua, Anggota DPR yang Minta "Money Politics" Dilegalkan

Nasional
Momen Jokowi Bertemu Puan sebelum 'Gala Dinner' WWF di Bali

Momen Jokowi Bertemu Puan sebelum "Gala Dinner" WWF di Bali

Nasional
Anak SYL Percantik Diri Diduga Pakai Uang Korupsi, Formappi: Wajah Buruk DPR

Anak SYL Percantik Diri Diduga Pakai Uang Korupsi, Formappi: Wajah Buruk DPR

Nasional
Vibes Sehat, Perwira Pertamina Healing dengan Berolahraga Lari

Vibes Sehat, Perwira Pertamina Healing dengan Berolahraga Lari

Nasional
Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

Nasional
Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

Nasional
UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com