Namun, pada saat bersamaan, timnya di lapangan tak membantunya secara maksimal untuk membagikan kaus ke warga.
Oleh karenanya, Puan bilang, ekspresi cemberutnya saat itu murni disebabkan kinerja tim yang tidak baik, bukan karena banyaknya warga yang meminta kaus.
"Kalau lihat di videonya itu kelihatan, saya enggak marah sama rakyat, saya enggak cemberut sama rakyat, saya mau ayo cepatan, rakyat mau segera mendapat kaus, mau salaman juga," terang Puan.
"Setelah itu karena saya anggap sudah enggak kondusif, ya sudah saya kemudian naik mobil, jadi enggak ada maksud apa-apa juga," ujarnya lagi.
Tak lama setelah peristiwa bagi-bagi kaus itu, Puan juga mendapat sorotan. Saat itu, videonya menanam bibit padi di sawah di desa Adat Sedang, Abiansamel, Badung, Bali, viral di media sosial.
Namun, tak selazimnya cara petani menanam padi, Puan menancapkannya dengan berjalan maju, bukan mundur. Malahan, cara ini diikuti oleh petani yang saat itu juga terjun ke sawah.
Baca juga: Puan: Capres PDI-P untuk Pemilu 2024 Tak Harus Saya
Belakangan, Puan mengungkap bahwa aksi menanam bibit padi dengan cara maju itu bukan inisiatifnya, namun diajarkan oleh para petani Badung yang memang menerapkan metode tersebut.
"Ya, jadi saya ikuti apa yang biasa ibu-ibu petani itu lakukan. Ya bukan saya ngarang-ngarang nanam majulah, saya ngikutin apa yang sudah dilakukan ibu-ibu petani," kata Puan.
Puan mengatakan, metode menanam bibit padi dengan cara maju memang belum diterapkan di banyak tempat. Akan tetapi, cara tersebut sudah lazim bagi para petani Badung.
Dia sendiri sempat mengaku heran. Namun, metode tersebut tidak mengada-ada.
"Saya juga nanya, ini memang nanamnya begini?, 'ya mba, cara nanamnya begini'. Ya saya ikutin lah ibu-ibu petani, masa saya ngajarin ibu petani, kan yang lebih pintar ibu petani kalau nanam padi," ujar Puan.
"Jadi enggak ngarang, ini enggak ngarang-ngarang, bukan saya yang nanam maju, saya ikuti ibu-ibu petani," lanjutnya.
Baca juga: Puan Mengaku Tak Dapat Privilese Jadi Putri Megawati, Tidak Pernah Minta Jabatan
Melihat ini, Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKOPI, Kunto Adi Wibowo, menilai, Puan seolah terkena "kutukan" anak presiden.
Sebagai putri Megawati yang tidak hanya mantan kepala negara tetapi juga pemilik sekaligus ketua umum partai politik terbesar, PDI Perjuangan, Puan dianggap punya banyak hak istimewa.
Oleh karenanya, sebagian publik bakal memandang Puan dengan sebelah mata, apa pun pencapaiannya.