JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo baru saja meluncurkan program pendidikan dokter spesialis berbasis rumah sakit pendidikan sebagai penyelenggara utama (PPDS RSPPU) atau PPDS hospital based pada Senin (7/5/2024).
Program ini ditujukan untuk menambah ketersediaan dokter spesialis di Indonesia.
Diketahui, jumlah dokter spesialis di dalam negeri cenderung sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mencapai 270 juta lebih. Masalah ketersediaan ini turut disoroti oleh Jokowi beberapa waktu belakangan, termasuk dalam peluncuran PPDS hospital based kemarin
Peringkat 147 di dunia
Tercatat, 68 persen masyarakat Indonesia berada pada usia produktif yang mampu membawa Indonesia menjadi negara maju. Namun, hal itu menjadi sia-sia ketika sumber daya manusianya sakit-sakitan.
Tak pelak, Jokowi menyampaikan kekurangan dokter spesialis di Indonesia menjadi masalah, di tengah tingginya bonus demografi yang dialami.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia pada 2019, rasio dokter spesialis di Indonesia hanya 0,47 per 1.000 penduduk. Peringkat ketersediaan dokter spesialis pun berada di urutan ke-147.
Di ASEAN pun tak jauh berbeda. Indonesia berada di peringkat ke-9 di antara negara-negara anggota, yang artinya menjadi peringkat tiga terbawah.
"Sangat rendah sekali. Di ASEAN kita peringkat 9, berarti masuk 3 besar tapi dari bawah. Ini problem, angka-angka yang harus kita buka apa adanya," kata Jokowi dalam peluncuran PPDS hospital based di RSAB Harapan Kita, Jakarta Barat, Senin kemarin.
Masih kurang 29.000 dokter spesialis
Senada, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, Indonesia masih kekurangan dokter umum sekitar 124.000, dan dokter spesialis sebesar 29.000 orang.
Sedangkan saat ini, produksi dokter spesialis di dalam negeri hanya sekitar 2.700 per tahun.
Rendahnya rasio dokter itu membuat keluhan di tiap daerah provinsi kepulauan relatif sama, yaitu tidak adanya dokter spesialis di wilayah tersebut karena 59 persen dokter spesialis terkonsentrasi di Pulau Jawa dan kota-kota besar.
Budi lantas membandingkan jumlah produksi dokter spesialis di Indonesia dengan Inggris yang jumlah penduduknya lebih sedikit dibanding Indonesia.
Ia menyebutkan, Inggris mampu memproduksi sekitar 12.000 dokter spesialis per tahun, atau hampir 5 kali lipat dibandingkan produksi dokter spesialis di Indonesia.
Baca juga: Menkes: Indonesia Kekurangan 29.000 Dokter Spesialis, Per Tahun Cuma Produksi 2.700