Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kutukan" Anak Presiden, Saat Puan Merasa Banyak Orang Tak Suka padahal Sudah Kerja Benar...

Kompas.com - 17/01/2023, 05:50 WIB
Fitria Chusna Farisa

Penulis

"Menurut saya alasannya adalah kutukan anak presiden. Karena kan Mbak Puan sendiri sudah terlahir dengan privilese sehingga apa yang dilakukan, dianggap, dipersepsi oleh orang bukan prestasi atau bukan kerja keras," kata Kunto kepada Kompas.com, Senin (16/1/2023).

"(Sebagian menganggap) ya biasa-biasa saja dong, orang anak presiden kok, atau anak ketua partai politik terbesar di Indonesia kok," tuturnya.

Tak hanya Puan, menurut Kunto, pola yang sama juga terjadi pada Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Manuver Ketua Umum Partai Demokrat itu kerap mendulang respons negatif publik karena sebagian pihak menilai pencapaian AHY tak lepas dari peran besar sang ayah.

"Karena privilese yang mereka punya itu dianggap bukan hasil kerja keras, terberikan, dan semua orang juga bisa melakukan itu asal anaknya presiden," ujar Kunto.

Dengan situasi demikian, kata Kunto, wajar jika Puan merasa apa pun yang dia lakukan selalu dianggap tidak benar di mata publik.

Sebagian orang akan selalu menilai tindakan Puan salah karena terlanjur menaruh rasa sinis ke mantan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) itu.

Kelompok-kelompok tersebut juga tak akan berupaya mencari pembelaan Puan karena mereka mengutamakan rasa sinisme.

"Publik tidak merasa perlu mencari tahu alasan-alasannya. Cukup dengan 'ya karena Puan begitu' atau 'karena anak presiden', maka ya ada (pandangan) sombong, atau otoriter, atau sekehendak hatinya sendiri, atau tidak punya empati. Gitu akhirnya yang muncul," kata Kunto.

Baca juga: Pasrahnya Puan soal Capres PDI-P Pilihan Megawati, Menyerah atau Strategi?

Untuk menyelesaikan ini, menurut Kunto, butuh kerja keras Puan untuk tidak hanya sekadar memperbaiki gestur komunikasinya.

Persoalan yang lebih penting ialah menjelaskan ke publik soal narasi seorang Puan Maharani. Puan harus bisa membuktikan bahwa pencapaiannya saat ini bukan semata karena dia putri Megawati.

Misalnya, bagaimana sulitnya Puan berjuang sebagai putri Megawati dan cucu Soekarno pada era Orde Baru pemerintahan Soeharto, atau hal-hal lain yang tak banyak diketahui masyarakat.

"Jadi, menurut saya, narasinya Mbak Puan yang harus diperbaiki, bukan masalah gestur, gaya komunikasi," kata Kunto.

"Kalau gestur, gaya komunikasi diperbaiki tanpa penjelasan tentang kenapa dia bisa begitu, sejarahnya gimana, menurut saya agak-agak susah hari ini buat Mbak Puan," tutur dosen Universitas Padjadjaran itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Anggota Komisi X DPR Haerul Amri Meninggal Saat Kunjungan Kerja

Anggota Komisi X DPR Haerul Amri Meninggal Saat Kunjungan Kerja

Nasional
Polri Desak Kepolisian Thailand Serahkan Fredy Pratama ke Indonesia Jika Tertangkap

Polri Desak Kepolisian Thailand Serahkan Fredy Pratama ke Indonesia Jika Tertangkap

Nasional
Jokowi Sebut 3 Hal yang Ditakuti Dunia, Wamenkeu Beri Penjelasan

Jokowi Sebut 3 Hal yang Ditakuti Dunia, Wamenkeu Beri Penjelasan

Nasional
Soal 'Presidential Club', Djarot PDI-P: Pak Prabowo Kurang Pede

Soal "Presidential Club", Djarot PDI-P: Pak Prabowo Kurang Pede

Nasional
Polri Serahkan Kasus TPPU Istri Fredy Pratama ke Kepolisian Thailand

Polri Serahkan Kasus TPPU Istri Fredy Pratama ke Kepolisian Thailand

Nasional
Evaluasi Arus Mudik, Jokowi Setuju Kereta Api Jarak Jauh Ditambah

Evaluasi Arus Mudik, Jokowi Setuju Kereta Api Jarak Jauh Ditambah

Nasional
Prajurit TNI AL Tembak Sipil di Makassar, KSAL: Proses Hukum Berjalan, Tak Ada yang Kebal Hukum

Prajurit TNI AL Tembak Sipil di Makassar, KSAL: Proses Hukum Berjalan, Tak Ada yang Kebal Hukum

Nasional
Demokrat Tak Keberatan PKS Gabung Pemerintahan ke Depan, Serahkan Keputusan ke Prabowo

Demokrat Tak Keberatan PKS Gabung Pemerintahan ke Depan, Serahkan Keputusan ke Prabowo

Nasional
Polri Tangkap 28.861 Tersangka Kasus Narkoba, 5.049 di Antaranya Direhabilitasi

Polri Tangkap 28.861 Tersangka Kasus Narkoba, 5.049 di Antaranya Direhabilitasi

Nasional
Soal Kekerasan di STIP, Menko Muhadjir: Itu Tanggung Jawab Institusi

Soal Kekerasan di STIP, Menko Muhadjir: Itu Tanggung Jawab Institusi

Nasional
Pertamina Goes To Campus 2024 Dibuka, Lokasi Pertama di ITB

Pertamina Goes To Campus 2024 Dibuka, Lokasi Pertama di ITB

Nasional
Demokrat Sudah Beri Rekomendasi Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jawa Timur

Demokrat Sudah Beri Rekomendasi Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jawa Timur

Nasional
14 Negara Disebut Akan Ambil Bagian dalam Super Garuda Shield 2024

14 Negara Disebut Akan Ambil Bagian dalam Super Garuda Shield 2024

Nasional
Khofifah Ingin Duet dengan Emil Dardak, Gerindra: Kami Akan Komunikasi dengan Partai KIM

Khofifah Ingin Duet dengan Emil Dardak, Gerindra: Kami Akan Komunikasi dengan Partai KIM

Nasional
Wamenkeu Sebut Pemilu 2024 Berkontribusi Besar Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Wamenkeu Sebut Pemilu 2024 Berkontribusi Besar Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com