Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Megawati Unjuk Kekuatannya yang Lebih Besar dari Jokowi...

Kompas.com - 12/01/2023, 11:40 WIB
Fitria Chusna Farisa

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dinilai tengah unjuk kekuatan besarnya di hadapan Presiden Joko Widodo.

Ini tersirat dari pernyataan Mega yang sengaja menyinggung jasa besar partai banteng buat Jokowi dalam acara Hari Ulang Tahun (HUT) ke-50 PDI-P, Selasa (10/1/2023).

Lewat pernyataannya, Mega seakan hendak menegaskan bahwa di internal PDI-P, dialah yang paling berkuasa. Bahwa kekuatan presiden kelima RI itu melampaui seluruh elite partai, tak terkecuali Jokowi.

"Megawati ingin menunjukkan bahwa dirinya punya power yang lebih besar dibanding Jokowi," kata Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam kepada Kompas.com, Rabu (11/1/2023).

Baca juga: Mega Sebut Jokowi Kasihan jika Tanpa PDI-P, Hasto Beberkan Maksudnya

Pada saat yang sama, pernyataan Megawati seolah juga dimaksudkan sebagai peringatan agar Jokowi tak melupakan jasa-jasanya yang telah mengantarkan dia ke tampuk tertinggi kekuasaan.

Megawati seperti hendak mengultimatum Jokowi agar tidak melewati batas-batas kewenangan yang seharusnya dikendalikan Megawati sebagai pimpinan tertinggi PDI-P.

Menurut Umam, kerasnya sentilan Megawati itu merupakan reaksi atas manuver politik Jokowi yang belakangan seolah hendak menggiring, tidak menghiraukan, atau melangkahi keputusan politik ketua umum partai.

Seperti diketahui, beberapa waktu terakhir Jokowi kerap bicara soal politik 2024. Bahkan, dalam sejumlah pidatonya, mantan Gubernur DKI Jakarta itu seakan menyelipkan kode dukungan ke kandidat capres tertentu.

Baca juga: Megawati: Pak Jokowi Kalau Enggak Ada PDI-P, Kasihan Deh

Sampai-sampai, publik berspekulasi bahwa Jokowi mendukung pencapresan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Boleh jadi, gencarnya manuver politik Jokowi itu dinggap melewati batas oleh Megawati.

"Jika Jokowi bermanuver sendiri dengan membentuk poros koalisi yang konon ditujukan untuk menggiring keputusan PDI-P, maka langkah itu dirasa offside secara politik oleh Megawati," ucap Umam.

Apalagi, Megawati telah berulang kali menegaskan bahwa keputusan terkait pencapresan PDI-P merupakan hak preorgatifnya sebagai ketua umum.

Sementara, hingga kini putri Soekarno itu belum mengumumkan kandidat capres partai yang dia pimpin.

Dengan situasi demikian, menurut Umam, wajar jika Megawati gerah karena Jokowi asyik menggocek "bola" sendiri, tanpa mengumpankan ke PDI-P.

"Karena itu, secara tidak langsung Megawati ingin mengingatkan Jokowi agar tidak neko-neko, jangan melawan keputusan, dan jangan mendikte sikap politik Mega," kata Umam.

Lebih lanjut, sentilan Megawati kembali menegaskan posisi Jokowi sebagai "petugas partai" di internal PDI-P.

Bahwa tugas yang Jokowi emban saat ini merupakan amanat dari partai, sehingga dia harus tunduk kepada pimpinan tertinggi yang tak lain adalah Megawati.

"Memang dalam cara pandang PDI-P dan Megawati, posisi Jokowi sebagai presiden RI semata-mata merupakan bentuk penugasan dari partai. Karena itu, jauh-jauh hari, PDI-P menegaskan bahwa Jokowi adalah petugas partai," tutur dosen Universitas Paramadina itu.

Sentilan Megawati

Adapun sentilan Megawati ke Jokowi disampaikan dalam pidatonya di HUT ke-50 PDI-P yang digelar di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (10/1/2023).

Mengawali pidato, mula-mula Megawati bicara soal peran besar PDI-P di pentas politik Tanah Air. Selama 50 tahun berkiprah, "partai wong cilik" tersebut telah melahirkan tokoh-tokoh besar.

Baca juga: Puji Megawati soal Pengumuman Capres, Jokowi: Beliau Tidak Grusa-grusu Ambil Keputusan

Mega lantas berkelakar, nasib Jokowi tidak akan sama seperti sekarang jika tak ada PDI-P.

"Pak Jokowi itu kayak begitu lho, mentang-mentang. Lah iya, padahal Pak Jokowi kalau enggak ada PDI Perjuangan juga, aduh, kasihan dah," kata Megawati sambil tertawa.

Seloroh Megawati tersebut disambut tawa para tamu undangan, termasuk Jokowi yang duduk di barisan kursi tamu terdepan.

Megawati bilang, seandainya PDI-P tak memberikan dukungan, maka Jokowi tidak akan jadi presiden seperti sekarang.

"Lho legal formal lho, beliau jadi presiden itu enggak ada kan ini, legal formal diikuti terus sama saya," ujarnya.

Baca juga: Soal Capres, Megawati ke Kader PDI-P: Enggak Mungkin Ibu Jebloskan Kalian ke Sumur

Isu penambahan masa jabatan presiden menjadi tiga periode juga sempat disinggung Megawati. Dia berkata, masa jabatan presiden harus dibatasi maksimal dua periode, sehebat apa pun presidennya.

"Lah kalau sudah dua kali ya maaf dua kali. Bukan Pak Jokowi enggak pintar. Ngapain saya jadiin kalau enggak pintar?" kata Megawati.

Di penghujung pidatonya, Mega sempat menekankan bahwa keputusan mengenai capres yang akan diusung oleh PDI-P ada di tangannya sebagai pimpinan tertinggi partai.

"Enggak ada (pengumuman capres) ini urusan gue!" kata Mega.

"Saya ketua umum terpilih di kongres partai sebagai institusi tertinggi partai, maka oleh kongres partai diberikanlah kepada ketua umum terpilih hak prerogratif untuk menentukan siapa yang akan dicalonkan," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

Nasional
Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show 'Pick Me Trip in Bali'

Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show "Pick Me Trip in Bali"

Nasional
Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Nasional
Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Nasional
Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Nasional
Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Nasional
Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Nasional
Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Nasional
Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Nasional
Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Nasional
Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Nasional
9 Kabupaten dan 1 Kota  Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

9 Kabupaten dan 1 Kota Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

Nasional
KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat 'Dirawat Sampai Sembuh'

KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat "Dirawat Sampai Sembuh"

Nasional
BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

Nasional
BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com