Kompetisi ketat AS-China akan menimbulkan implikasi internasional. Sebab negara-negara lain bukan tak mungkin akan terjebak ke dalam polarisasi, pro-AS atau sebaliknya pro-Cina.
Polarisasi seperti itu akan membuat demokrasi di banyak negara disfungsional.
Pasalnya, kelemahan domestik memengaruhi perilaku kebijakan luar negeri mereka dan kemampuan untuk bertindak secara efektif di arena global.
Faktor lain yang berpotensi membahayakan demokrasi adalah munculnya pemimpin populis, baik sayap kanan maupun sayap kiri.
Populisme sayap kanan umumnya diasosiasikan dengan ideologi seperti anti-lingkungan, anti-globalisasi, nativisme, radikalisme, dan proteksionisme.
Populisme sayap kiri, atau populisme sosial, adalah ideologi politik yang menggabungkan politik sayap kiri dan retorika dan tema populis.
Retorika populisme sayap kiri seringkali terdiri dari sentimen anti-elitis, menentang kemapanan dan berbicara untuk “rakyat biasa”.
Tema-tema penting bagi populis sayap kiri biasanya mencakup anti-kapitalisme, keadilan sosial, pasifisme, dan anti-globalisasi.
Memang, dalam dimensi ideologis, keduanya berada di ujung spektrum politik yang berlawanan. Tetapi dalam hal gaya politik, perlakuan terhadap lawan politik, dan taktik yang ingin mereka gunakan untuk mencapai tujuan, keduanya menunjukkan banyak kesejajaran yang dapat dengan tepat diberi label ‘otoriter’.
Jadi, keduanya cenderung bersikap intoleran dan melanggar norma demokrasi di dalam negeri, dan menginginkan kebijakan luar negeri yang merusak multilateralisme.
Tantangan geopolitik global 2023 memang berat. Namun, sejatinya Indonesia memiliki cara sendiri untuk mengatasinya.
Berbicara pada diskusi panel IISS Shangri-La Dialogue 2022 di Singapura, Juni 2022 lalu, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengatakan bahwa Indonesia telah menemukan caranya sendiri, yaitu “Cara Asia” (Asian Way) untuk mengatasi tantangan geopolitik.
Menurut dia, berdasarkan pengalaman sejarah, bangsa Indonesia, juga Indocina, Filipina, India, dan beberapa negara Asia-Pasifik dapat mengatasi konflik dengan ‘Cara Asia’, yaitu ‘jalan damai.’
Kita tentu sepakat dengan pendapat tersebut. Sebab, ‘Cara Asia’ adalah warisan leluhur bangsa Indonesia yang tercermin dalam ideologi dan dasar negara kita, Pancasila.
Pancasila secara gamblang menekankan nilai kesetaraan, keadilan sosial, gotong royong dan musyarawah untuk mufakat dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara. Itulah nilai-nilai yang menjadi ‘Cara Asia’ ala bangsa Indonesia.
Cara tersebut sudah terbukti mampu mengatasi berbagai konflik dan perbedaan pandangan di kalangan masyarakat Indonesia sendiri, juga ketika Indonesia berpartisipasi menyelesaikan konflik di negara lain.
Jadi, jika Indonesia mampu menjadikan nilai-nilai Pancasila sebagai landasan dan cara untuk memperjuangkan dan menciptakan masyarakat yang damai, maka tak mustahil negara-negara di dunia, terutama negara adidaya dunia seperti China dan AS akan mengadopsi cara yang sama untuk bermusyawarah-mufakat demi terciptanya perdamaian global.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.