Selama tidak berdokumen kewarganegaraan, WNI yang overstay tidak bisa beraktivitas normal. Jika sakit, mereka tidak bisa ke fasilitas kesehatan karena tidak memiliki dokumen.
Dengan status stateless, para WNI tersebut juga tidak memiliki akses perbankan untuk transaksi keuangan.
Baca juga: Tunjukkan Keakraban, Puan-Ganjar Berupaya Redam Konflik Terbuka
Anak-anak WNI yang tak memiliki dokumen pun tidak bisa sekolah. WNI tak berdokumen juga memiliki daya tawar rendah ketika bekerja serta rawan menjadi korban perdagangan manusia.
Kemudian, mereka juga tidak bisa keluar dari Arab Saudi, termasuk tidak bisa pulang ke Indonesia.
Pada pelaksanaan program polarisasi, KJRI Jeddah memberi layanan bagi WNI hingga ke wilayah Thaif dan Madinah.
Selain di Jeddah, penerbitan paspor bagi WNI overstay di Arab Saudi berlangsung pula di KBRI Riyadh.
Meski program pasporisasi membantu WNI, Puan menyoroti tarif yang dikenakan dalam program tersebut.
Untuk penerbitan paspor, WNI dikenakan biaya 100 real atau sekitar Rp 415.000 jika masih memiliki paspor lama namun kedaluwarsa.
Baca juga: Puan Maharani Minta Pemerintah Cepat Tangani Korban Gempa Cianjur: Bangun RS Darurat
Jika paspor lama rusak, biaya penerbitan paspor seharga 250 real atau sekitar Rp 1 juta. Apabila paspor hilang, tarifnya menjadi 390 real atau sekitar Rp 1,2 juta.
“Intinya warga senang. Tapi tadi ada yang minta harganya dimurahin. Kapasitasnya juga masih kurang banyak, tidak maksimal. Harus jadi evaluasi,” pinta Puan.
Sementara itu, Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly menyatakan, harga yang dikenakan kepada pemohon paspor semua sama. Namun, masa berlaku paspor program pasporisasi 10 tahun.
Dia menyebutkan, program pasporisasi dilaksanakan tanpa ada program khusus dari Pemerintah Arab Saudi.
“Program ini akan dilanjutkan terus sesuai permintaan dari Ketua DPR RI,” terang Yasonna.
Pada kesempatan itu, Puan melihat dan mengecek proses pasporisasi di KJRI Jeddah, mulai dari pendaftaran, verifikasi data diri WNI, hingga proses pembuatan paspor, seperti pengambilan sidik jari dan foto diri.
Baca juga: Menteri Bahlil Lahadalia Puji Puan Maharani, Sebut Sudah Punya Tiket soal Maju sebagai Capres
Mantan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) itu juga sempat berinteraksi dengan WNI yang sedang menjalani proses pasporisasi.
“Susah nggak buatnya? Apakah bertele-tele? Dipersulit atau ada pungli nggak?” tanya Puan kepada seorang WNI bernama Kholifah (46) yang sedang mengurus pembuatan paspor.
Kholifah yang bekerja sebagai PMI menyatakan, program pasporisasi yang diikutinya sangat bermanfaat. Menurutnya, pelayanan pembuatan paspor yang diterima baik dan tidak ada pungli.
“Nggak ada, Bu. Lancar semua. Saya senang banget ada program ini,” jawab perempuan asal Madura itu.
Puan kemudian berbincang dengan WNI lain bernama Sayati binti Madawi yang sudah tinggal di Jeddah selama 20 tahun.
Baca juga: Pamer Foto Makan Bareng Ganjar, Anies, Prabowo, dan Puan, Ini Alasan Gibran