JAKARTA, KOMPAS.com - Spekulasi sosok pengganti Jenderal Andika Perkasa sebagai panglima TNI terus mengemuka.
Setidaknya, ada tiga nama yang disebut-sebut mempunyai peluang untuk memegang tongkat komando panglima TNI selanjutnya, yang semuanya merupakan kepala staf angkatan.
Ketiganya yakni Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono, dan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Fadjar Prasetyo.
Pengamat Militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, mengatakan, dibandingkan Dudung dan Fadjar, Yudo mempunyai peluang paling besar untuk dipilih Presiden Joko Widodo sebagai panglima TNI berikutnya.
Baca juga: Menanti Sosok Calon Panglima TNI Pilihan Presiden Jokowi
"Menurut saya, sepanjang belum pensiun, peluang jelas besar dan kuat untuk Laksamana Yudo Margono," kata Fahmi kepada Kompas.com, Selasa (22/11/2022).
Catatan Kompas.com menjadi Presiden, Jokowi sudah melakukan tiga kali pemilihan calon Panglima TNI. Pertama, pada Juli 2015, Jokowi memilih Jenderal Gatot Nurmantyo yang sebelumnya adalah KSAD. Gatot menggantikan Moeldoko yang memasuki masa pensiun.
Kedua, pada Desember 2017, Jokowi memilih Marsekal Hadi Tjahjanto sebagai Panglima TNI. Hadi saat itu adalah KSAU. Pemilihan saat itu dilakukan karena Hadi masih memiliki masa dinas panjang sehingga tepat untuk mempersiapkan Pemilu 2019 dan Pilkada 2020.
Baca juga: Kans 3 Calon Panglima TNI Sama Kuat, Subjektivitas Jokowi Akan Jadi Penentu
Ketiga, pada November 2021, Jokowi memilih Jenderal Andika yang sebelumnya adalah KSAD.
Dari tiga kali memilih, Jokowi memang belum pernah menunjuk KSAL sebagai calon Panglima TNI.
Berikut profil ketiga kepala staf angkatan yang menjadi kandidat calon panglima TNI:
Dudung merupakan abituren Akademi Militer 1988 yang mempunyai karier militer moncer.
Ia pernah mengemban beberapa posisi strategis, mulai dari Gubernur Akademi Militer, Panglima Kodam Jaya, Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad), hingga kini KSAD.
Akan tetapi, perjalanan karier militer Dudung yang mentereng ini ternyata tidak dilalui dengan mudah.
Ada kisah perjuangan hidup yang melatarbelakangi keputusan pria kelahiran Bandung, 16 November 1965 ini menjadi tentara.
Semua itu diawali ketika Dudung masih menapaki usia remaja. Saat itu, Dudung harus membantu memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Sebab, Ayahnya meninggal dunia saat Dudung masih SMP pada 1981.
Baca juga: Profil Letjen Dudung Abdurahman, Sang Loper Koran Kini Jadi KSAD
Anak keenam dari delapan bersaudara itu harus membantu ibunya mencari uang. Dengan mengayuh sepeda, ia mengantar koran ke rumah para pelanggan sejak pukul 4 pagi.
"Sepeninggal bapak saya, ibu saya ini kan ya secara ekonomi ya namanya janda pensiunan PNS. Akhirnya untuk menopang kehidupan itu saya jualan koran, saya nganter koran, loper koran," ucap Dudung, dalam wawancara dengan Pemimpin Redaksi Kompas.com Wisnu Nugroho dalam video BEGINU S2 EPS6: Dudung Abdurachman, Loper Koran dan Keberanian Bersikap Jenderal TNI, dikutip Rabu (26/5/2021).
Selesai mengantar koran sekitar pukul 08.00, Dudung mesti membantu ibunya menjajakan kue klepon di lingkungan Kodam III/Siliwangi, Jawa Barat.
Dudung sengaja memilih sekolah di siang hari supaya ia bisa membantu ibunya.
Lantaran hampir setiap hari mengantar kue, Dudung akhirnya dikenal oleh tentara yang berjaga di depan pintu. Ia kerap menyelonong masuk ke dalam ruangan.
Namun, suatu hari, ketika hendak mengantarkan kue, penjaga yang bertugas merupakan tentara baru yang belum mengenal Dudung. Mendapati Dudung yang menyelonong masuk tanpa melapor, penjaga itu geram.
Ditendanglah kue-kue yang dibawa Dudung hingga berhamburan. Saat itulah, muncul keinginan Dudung untuk menjadi perwira tinggi.
Pria kelahiran Madiun, Jawa Timur, 26 November 1965 ini banyak menghabiskan kariernya di kapal perang selepas lulus dari Akademi Angkatan Laut (AAL) Angkatan ke-33 pada 1988.
Yudo tercatat pernah menjadi Komandan KRI Pandrong-801, Komandan KRI Sutanto-877, dan Komandan KRI Ahmad Yani-351.
Selepas dari kapal perang, karier Yudo kian meroket dengan mengemban posisi Komandan TNI Angkatan Laut (Lanal) Tual pada 2004-2008 dan Komandan Lanal Sorong pada 2008-2010.
Lalu, Komandan Pangkalan Utama TNI AL (Lantamal) I Belawan pada 2015-2016, Kepala Staf Komando Armada Republik Indonesia Wilayah Barat (Koarmabar) pada 2026-2017, dan Panglima Komando Lintas Laut Militer (Pangkolinlamil) pada 2017-2018.
Baca juga: Profil Yudo Margono, Calon Kuat Panglima TNI Pengganti Andika Perkasa
Setelah itu, Yudo terus menduduki jabatan strategis di lingkunga TNI AL. Di antaranya Panglima Komando Armada I 2018-2019, Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I pada 2019-2020, dan KSAL pada 2020 hingga saat ini.
Selama berdinas di TNI AL, Yudo telah mendapatkan sejumlah brevet bergengsi.
Brevet tersebut meliputi brevet atas air, brevet selam TNI AL, brevet kavaleri Marinir kelas I, brevet hiu kencana, dan brevet Kopaska.
Selanjutnya brevet kesehatan TNI AL, brevet tri media (Taifib), brevet PTAL (Denjaka), brevet kehormatan hidro-oseanografi, wing penerbang TNI AU, dan wing penerbal.
Dikutip dari buku "Plan Bobcat Transformasi Menuju Angkatan Udara yang Disegani di Kawasan" karya Fadjar Prasetyo, Fadjar merupakan KSAU ke-23. Ia mengemban jabatan ini sejak 20 Mei 2022 hingga kini.
Fadjar merupakan jebolan Akademi Angkatan Udara (AAU) 1988.
Sebelum menjabat KSAU, Fadjar memegang tongkat komando Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan II yang bermarkas di Semboja, Kalimantan Timur.
Fadjar meniti karier militernya sebagai penerbang A-4 Skyhawk di Skuadron 11 Lanud Sultan Hasanuddin dengan callsign "Bobcat".
Setelah itu, Fadjar juga pernah diamanahkan menjadi perwira penerbang di Skuadron 17 Lanud Halim Perdanakusuma yang ketika itu mengoperasikan armada Fokker F-28 dan Boeing-707.
Baca juga: KSAU Marsekal Fadjar Prasetyo Resmikan 7 Satuan Baru, Ini Daftarnya
Selanjutnya, Fadjar juga pernah menjadi Atase Udara di Malaysia.
Ringkasnya, ada beberapa jabatan strategis yang sudah ditapakinya, antara lain Direktur Pendidikan dan Latihan (Dirdiklat) Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan dan Latihan Angkatan Udara (Kodiklatau), Komandan Lanud Halim Perdanakusuma, Panglima Komando Operasi Angkatan Udara I, Panglima Komando Operasi Angkatan Udara II, dan Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan II.
Tercatat, Fadjar beberapa kali memimpin operasi yang sukses dijalankannya, yakni Lintas Rajawali, Latihan Jalak Sakti, dan ia mendapat predikat zero accident saat menjabat Panglima Komando Operasi Angkatan Udara I.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.