JAKARTA, KOMPAS.com - Survei Litbang Kompas mengungkapkan, masyarakat berharap elite politik tidak menggunakan isu politik identitas sebagai bahan kampanye politik pada Pemilu 2024 mendatang.
Peneliti Litbang Kompas, Rangga Eka Sakti mengatakan, harapan ini muncul seiring rasa pesimistis terhadap sikap toleransi politik pada Pemilu mendatang.
Hal itu ditunjukkan dari 77,8 persen atau tiga perempat responden yang khawatir sikap tenggang rasa akan memudar dalam Pemilu 2024.
“Bagi para elite politik, publik menitipkan harapan agar tidak menggunakan isu politik identitas sebagai bahan kampanye politik,” kata Rangga sebagaimana dikutip dari Harian Kompas, Senin (14/11/2022).
Baca juga: Survei Litbang Kompas: 15,1 Persen Warga Pilih Capres yang Di-Endorse Jokowi
Publik juga meletakkan harapan kepada pemerintah. Sepertiga responden meminta pemerintah menindak tegas dan keras pihak-pihak yang memancing perselisihan dan intoleransi.
Rangga menuturkan, kecemasan publik dipicu beberapa hal. Sebanyak 22 persen responden menilai intoleransi bisa ditimbulkan oleh para politisi yang kerap berdebat dengan tidak sehat baik di media massa maupun media sosial.
Kecemasan mereka diperkuat oleh gejala yang mirip Pemilu 2019, yakni maraknya penggunaan buzzer. Para pendengung itu menggunakan isu identitas sebagai obyek politik.
“Tingginya kekhawatiran publik ini harus dijadikan lonceng peringatan,” ujar Rangga.
Baca juga: Survei Litbang Kompas: 77,8 Persen Responden Khawatir Tenggang Rasa Memudar di Pemilu 2024
Menurutnya, dibutuhkan upaya keras dan serius dari semua kalangan untuk bisa terus menjaga toleransi, termasuk saat menghadapi Pemilu.
Rasa pesimistis itu mendominasi masyarakat meskipun tiga perempat responden menilai masyarakat Indonesia sudah menjunjung tinggi nilai toleransi.
“Sebagai langkah mitigasi, bagian terbesar respons mengungkapkan perlunya terus mengingatkan masyarakat untuk berpolitik secara sehat,” tutur Rangga.
Baca juga: Survei Litbang Kompas: Elektabilitas Demokrat Meningkat di Kalangan Gen Z, Siap Mengejar PDI-P
Adapun survei Litbang Kompas dilakukan dalam kurun waktu 8-10 November 2022. Survei dilakukan dengan mewawancarai 512 responden di 34 provinsi yang ditentukan secara acak.
Tingkat kepercayaan survei ini 95 persen, nirpencuplikan penelitian kurang lebih 4,33 persen dalam kondisi penarikan sampel acak sederhana. Kendati demikian, kesalahan di luar pencuplikan sampel dimungkinkan terjadi.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.