Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Neni Nur Hayati
Direktur Eksekutif Democracy and Electoral Empowerment Partnership

Direktur Democracy and Electoral Empowerment Partnership (DEEP) Indonesia. Anggota Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sketsa Pemikiran Politik Buya Syafii di Mata Anak Muda

Kompas.com - 07/11/2022, 17:25 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MUKTAMAR Pemikiran Buya Syafii Maarif yang digelar oleh Maarif Institute pada 12 November 2022, di Surakarta, Jawa Tengah, menjadi ikhtiar merawat warisan pemikiran guru bangsa kepada anak muda.

Ahmad Syafii Maarif atau yang dikenal Buya Syafii wafat pada usianya ke 87 tahun.

Kematiannya tentu sangat mengejutkan kita semua. Siapa yang tidak merasakan kehilangan sosok teladan yang sederhana, seia sekata antara perkataan dan perbuatan, bersahaja serta mewakafkan hidupnya untuk kemanusiaan.

Setiap kali Buya berulang tahun, penulis selalu menorehkan tulisan dalam bentuk artikel yang dikirimkan kepada media.

Terakhir, saat ulang tahun Buya ke 86, bersama 30 aktivis perempuan lainnya membuat sebuah buku yang berjudul “Ibu Kemanusiaan”. Kado ulang tahun yang dipersembahkan untuk Buya.

Bahkan, Buya juga ikut menghadiri dan memberikan tanggapan atas terbitnya buku tersebut. Siapa sangka, goresan pena itu adalah tulisan yang terakhir dibaca oleh Buya.

Semangat Buya seperti kaum muda. Bagi Buya, menua adalah keniscayaan, tetapi menjadi tua, sehat dan selalu produktif dengan karya adalah pilihan.

Kiprah Buya Syafii Maarif sudah melampaui batas-batas negara sebagai sebuah institusi politik dan melampaui lintas agama, di mana penulis menyaksikan betul semua agama dan lembaga-agama juga mengakuinya.

Buya Syafii memiliki pandangan agar Islam yang berkembang di Indonesia adalah Islam yang terbuka, inklusif, dan memberi solusi pada masalah besar dan negara.

Umat Islam harus bermental terbuka, visioner, optimistis, tidak putus asa, dan tidak bermental minoritas.

Di tengah kondisi keagamaan yang sedang mengalami kedangkalan hidup, Buya Syafii merupakan sosok yang memiliki kedalaman intelektual, spritual, dan sosial.

Buya memperlihatkan diri sebagai pribadi yang tidak tergoda untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya.

Pemikiran-pemikiran Buya selalu relevan dalam berbagai konteks. Generasi milenial digiring untuk memiliki perspektif, sikap, dan pendirian yang relatif sama dengan Buya dalam memotret berbagai dinamika dan perubahan isu di Indonesia.

Buya memberikan pesan agar generasi muda harus menjadi jangkar bagi penyemaian berbagai ide dan gagasan di masyarakat lebih luas.

Dalam menghadapi suatu persoalan, Buya lebih mengedepankan rasionalitas dengan pendekatan dialog, bukan emosional.

Buya juga mendorong kepada anak-anak muda untuk berpikir konstruktif, progresif dengan terobosan dan inovasi baik itu dalam bidang politik, sosial, agama, kemasyarakatan untuk melawan segala bentuk distorsi yang dapat menyebabkan perpecahan.

Sosok pribadi dan intelektualisme Buya sangat tercermin dalam buku-buku yang dikarangnya dan ratusan artikel opini yang menghiasi media cetak.

Buya termasuk kedalam deretan tiga nama besar pemikir Islam selain Nurchlolish Majid dan Amien Rais (Kompas, 28/05/2022).

Gagasan yang disampaikan dalam goresan penanya selalu menggugah kesadaran anak muda sebagai generasi penerus bangsa di masa depan.

Di mata kaum perempuan milenial seperti penulis, Buya adalah teladan dan panutan bersama. Sosok sepuh yang mengayomi, hidup dengan kesederhanaan dan kejujuran, jauh dari hedonisme, ultra-konsumerisme dan pragmatisme sosial.

Namun, Buya juga seorang demokrat sejati, pluralis, liberalis, tapi sangat religius. Terhadap teman-teman Angkatan muda Muhammadiyah, buya selalu menekankan untuk shalat berjamaah di masjid.

Oleh karenanya, para anak muda ketika berkunjung untuk menemui Buya, mereka mengenang sosok Buya sangat identik dengan masjid.

Kesaksian dari anak muda Muhammadiyah, Buya memberikan penegasan bahwa bagi seorang Muslim keberadaan masjid menjadi hal yang sangat krusial.

Masjid bukan hanya untuk ibadah, tetapi juga menjadi sarana untuk belajar dan kegiatan sosial lainnya. Maka dari itu, jangan pernah sesekali untuk menjauhi masjid.

Seperti yang diungkapkan Redaktur Mediamu.id ketika berjumpa dengan Buya, memberikan nasihat yang sangat berharga, “Jadilah intelektual dan jangan tinggalkan masjid, jadilah generasi muda dan jangan tinggalkan masjid, jadilah aktivis dan jangan tinggalkan masjid”.

Politik moral

Buya juga seorang budayawan, sejarawan, dan negarawan yang tidak diragukan lagi. Hal yang selalu dilakukannya adalah mengutamakan kepentingan kelompok daripada kepentingan pribadi.

Buya selalu menyuarakan keadilan dan kebenaran dengan sangat tegas serta lantang ketika mendapati keresahan yang terjadi. Meski kerap dikritik keras, disela, dan bahkan dihujat pun tak pernah menunjukkan amarahnya.

Buya memiliki kepedulian besar terhadap kondisi bangsa ini. Buku Buya yang berjudul “Peta Bumi Intelektualisme Islam di Indonesia”, begitu menggambarkan bagaimana keresahan Buya terhadap krisis keadaban yang terjadi, bukan hanya di Indonesia tetapi juga di dunia.

Karya buya tersebut masih dipandang relevan dengan kondisi yang terjadi saat ini, di mana krisis peradaban terus menerus menjangkiti dan menggerogoti panggung politik kita.

Akan tetapi, apapun yang terjadi, sepahit apapun kondisinya, Buya pantang untuk berputus asa. Meskipun politik di Indonesia saat ini, penuh anomali dan absurd.

Semakin aneh oleh perilaku para elite politik kita yang haus akan kekuasaan, bahkan seperti sudah kehilangan akal sehat.

Masa sekarang ini, nampaknya kita sangat sulit menemui tokoh besar yang begitu egaliter, humanis, dan demokratis seperti Buya. Baginya, api semangat untuk terus berkontribusi pada perubahan positif harus terus menyala dan digelorakan.

Teladan terbaik

Selama Buya menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2000-2005, sikap demokratis dan pengkhidmatannya untuk persyarikatan sungguh sangat luar biasa.

Bahkan hingga akhir hayatnya, Buya masih tetap mengabdi untuk Muhammadiyah. Buya menyadari betul bahwa kehadiran organisasi kemasyarakatan seperti NU dan Muhammadiyah menjadi modal utama dalam membangun peradaban bangsa.

Hal ini diungkapkan oleh Buya dalam artikelnya di Kompas yang berjudul “Pesan untuk Muhammadiyah dan NU”.

Dua organisasi besar ini, memiliki derajat kesetiaan yang sudah teruji kepada Indonesia. Buya memahami bahwa Muhammadiyah-NU menjadi benteng utama dalam membendung infiltrasi ideologi yang telah kehilangan perspektif masa depan untuk Islam, ke-Indonesiaan, dan kemanusiaan.

Namun, dalam tulisannya Buya juga mempertanyakan apakah generasi baru Muhammadiyah-NU yang lebih terbuka dan punya radius pergaulan yang lebih luas dan bersedia keluar dari kotak-kotak sempit?

Hal ini tentu saja sangat menggelitik dan menjadi evaluasi bagi penulis. Rasanya tidak ada lagi alasan untuk anak muda berdiam diri dan terkurung dalam lingkaran terbatas yang bisa menyesakkan napas dan sia-sia, tulis Buya.

Jangan kuras energi untuk memburu kepentingan pragmatisme jangka pendek. Islam terlalu besar dan mulia hanya untuk dijadikan kendaraan duniawi yang bernilai rendah.

Begitulah Buya, sosok sepuh yang selalu menyapa lintas batas generasi dan memberikan nasihat penting untuk anak muda agar tetap bersikap awas dan siaga dalam menghadapi segala kemungkinan terburuk.

Anak muda jangan terjebak untuk berebut lahan dalam kementerian yang justru malah mempersempit langkah besar ke depan.

Pria yang kerap dijuluki pendekar Chicago ini memberikan teladan terbaik untuk anak muda dalam tindakan kesehariannya.

Pemikir progresif seperti Buya Syafii Maarif tidak pernah pergi meninggalkan dunia ini. Jasad Buya yang pergi, tapi tidak dengan ide-idenya.

Idenya akan tetap abadi hingga kapanpun. Tugas kitalah yang merawat segala warisan yang telah Buya torehkan tentang bangsa, semangat pluralisme, keberagaman, dan kecintaannya kepada negara yang menginginkan keutuhan bangsa, bangsa yang bertumpu pada pengetahuan.

Kesederhanaan Buya semasa hidupnya menjadi cermin dan teladan kita semua, khususnya anak muda yang tidak terjebak pada hedonisme semata. Kita semua bersaksi bahwa Buya telah banyak melakukan kebaikan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Jokowi Tawarkan Kaesang ke Parpol, Sekjen PDI-P: Replikasi Pilpres

Soal Jokowi Tawarkan Kaesang ke Parpol, Sekjen PDI-P: Replikasi Pilpres

Nasional
KPK Segera Buka Data Caleg Tak Patuh Lapor Harta Kekayaan

KPK Segera Buka Data Caleg Tak Patuh Lapor Harta Kekayaan

Nasional
KPK Kembali Minta Bantuan Masyarakat soal Buronan Harun Masiku

KPK Kembali Minta Bantuan Masyarakat soal Buronan Harun Masiku

Nasional
[POPULER NASIONAL] PDI-P Bantah Hasto Menghilang | Kominfo Tak Respons Permintaan 'Back Up' Data Imigrasi

[POPULER NASIONAL] PDI-P Bantah Hasto Menghilang | Kominfo Tak Respons Permintaan "Back Up" Data Imigrasi

Nasional
Tanggal 2 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 2 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Anggota DPR: PDN Itu Seperti Brankas Berisi Emas dan Berlian, Obyek Vital

Anggota DPR: PDN Itu Seperti Brankas Berisi Emas dan Berlian, Obyek Vital

Nasional
Kuasa Hukum Sebut Staf Hasto Minta Perlindungan ke LPSK karena Merasa Dijebak KPK

Kuasa Hukum Sebut Staf Hasto Minta Perlindungan ke LPSK karena Merasa Dijebak KPK

Nasional
Kuasa Hukum Bantah Hasto Menghilang Setelah Diperiksa KPK

Kuasa Hukum Bantah Hasto Menghilang Setelah Diperiksa KPK

Nasional
Pejabat Pemerintah Dinilai Tak 'Gentle' Tanggung Jawab Setelah PDN Diretas

Pejabat Pemerintah Dinilai Tak "Gentle" Tanggung Jawab Setelah PDN Diretas

Nasional
Tutup Bulan Bung Karno, PDI-P Gelar 'Fun Run' hingga Konser di GBK Minggu Besok

Tutup Bulan Bung Karno, PDI-P Gelar "Fun Run" hingga Konser di GBK Minggu Besok

Nasional
Beri Sinyal Poros Ketiga di Pilkada Jakarta, PDI-P: Kami Poros Rakyat

Beri Sinyal Poros Ketiga di Pilkada Jakarta, PDI-P: Kami Poros Rakyat

Nasional
Kasus Ahli Waris Krama Yudha Jadi Momentum Reformasi Hukum Kepailitan dan PKPU di Indonesia

Kasus Ahli Waris Krama Yudha Jadi Momentum Reformasi Hukum Kepailitan dan PKPU di Indonesia

Nasional
Gaspol! Hari Ini: Di Balik Layar Pencalonan Anies Baswedan-Sohibul Iman

Gaspol! Hari Ini: Di Balik Layar Pencalonan Anies Baswedan-Sohibul Iman

Nasional
PAN Pertimbangkan Kaesang jika Ridwan Kamil Tak Maju di Pilkada DKI

PAN Pertimbangkan Kaesang jika Ridwan Kamil Tak Maju di Pilkada DKI

Nasional
PDI-P Buka Peluang Usung Anies Baswedan, tapi Tunggu Restu Megawati

PDI-P Buka Peluang Usung Anies Baswedan, tapi Tunggu Restu Megawati

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com