Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Jawaban Johan Budi soal Sanksi DPP PDI-P Terkait Dewan Kolonel

Kompas.com - 02/11/2022, 05:15 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dari Fraksi PDI Perjuangan, Johan Budi Sapto Pribowo, adalah salah satu dari 4 kader yang dijatuhi sanksi keras dan terakhir, buntut dari pembentukan kelompok Dewan Kolonel.

Selain Johan, DPP PDI Perjuangan menjatuhkan sanksi kepada Trimedya Panjaitan, Masinton Pasaribu, dan Hendrawan Supratikno.

Menurut Ketua Bidang Kehormatan DPP PDI-P Komarudin Watubun, keempatnya dianggap melakukan aktivitas yang bertentangan dengan AD/ART PDI-P.

Baca juga: Dicopot dari Pimpinan BURT DPR, Johan Budi: Tak Terkait Dewan Kolonel

Sebab, keputusan mendukung calon presiden merupakan kewenangan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.

Menurut Johan, Dewan Kolonel dibentuk untuk menyosialisasikan dan mendukung Ketua DPR Puan Maharani sebagai calon presiden.

Johan yang mantan Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kemudian menyampaikan sejumlah tanggapan terkait sanksi yang diberikan oleh DPP PDI Perjuangan.

Berikut ini rangkuman pernyataan Johan soal sanksi dari DPP PDI Perjuangan terkait Dewan Kolonel.

Baca juga: PDI-P Jatuhi Sanksi Keras ke Trimedya hingga Johan Budi Dewan Kolonel

1. Pertanyakan letak kesalahannya

Johan Budi justru mempertanyakan letak kesalahannya sehingga diberi sanksi berat dan terakhir oleh DPP PDI Perjuangan, terkait keterlibatannya dalam kelompok Dewan Kolonel.

“Saya salah apa, kamu menganggap saya salah enggak? Kan boleh berpendapat sebagai masyarakat,” tutur Johan pada wartawan ditemui di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (1/11/2022).

Johan merasa pembentukan Dewan Kolonel tidak menyalahi AD/ART PDI-P.

Ia mengatakan, Dewan Kolonel bukan merupakan organisasi, namun hanya perkumpulan sejumlah kader PDI-P yang mendukung Puan Maharani sebagai calon presiden (capres).

Baca juga: Johan Budi Tegaskan Dewan Kolonel Tak Takut Bersaing dengan Barisan Pendukung Ganjar

2. Dewan Kolonel bukan untuk serang Ganjar Pranowo

Johan mengatakan, pembentukan Dewan Kolonel tidak dimaksudkan untuk menyerang Ganjar Pranowo yang merupakan Gubernur Jawa Tengah sekaligus kader PDI Perjuangan.

“Ini tidak dimaksudkan juga 'menyerang' Ganjar Pranowo, enggak, enggak ada hubungannya,” kata Johan.

Johan mengatakan, dia justru senang jika ada sesama kader PDI-P yang memiliki elektabilitas tinggi sebagai figur calon presiden (capres).

Aroma persaingan antara Ganjar dan Puan beserta para pendukungnya semakin hangat menjelang tahun politik.

Baca juga: Fraksi PDI-P Serahkan Alasan Pemindahan Johan Budi dari Wakil BURT pada Hasto

Halaman:


Terkini Lainnya

Profil Mayjen Dian Andriani, Jenderal Bintang 2 Perempuan Pertama TNI AD

Profil Mayjen Dian Andriani, Jenderal Bintang 2 Perempuan Pertama TNI AD

Nasional
Status Gunung Ibu di Halmahera Meningkat, Warga Dilarang Beraktivitas hingga Radius 7 Kilometer

Status Gunung Ibu di Halmahera Meningkat, Warga Dilarang Beraktivitas hingga Radius 7 Kilometer

Nasional
Anies Mau Istirahat Usai Pilpres, Refly Harun: Masak Pemimpin Perubahan Rehat

Anies Mau Istirahat Usai Pilpres, Refly Harun: Masak Pemimpin Perubahan Rehat

Nasional
Istana Disebut Belum Terima Draf Revisi UU Kementerian Negara

Istana Disebut Belum Terima Draf Revisi UU Kementerian Negara

Nasional
Grace dan Juri Jadi Stafsus, Ngabalin Sebut Murni karena Kebutuhan Jokowi

Grace dan Juri Jadi Stafsus, Ngabalin Sebut Murni karena Kebutuhan Jokowi

Nasional
Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com