Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

PDIP dan Ganjar Pranowo Hanya Menunggu Waktu yang Tepat

Kompas.com - 28/10/2022, 05:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Nah, dalam konteks inilah semestinya kita memahami ketenangan Megawati di satu sisi dan kesabaran Ganjar Pranowo di sisi lain.

Ganjar Pranowo tentu bukan kader kemarin sore. Ganjar sudah malang melintang di dunia politik bersama PDIP alias tak pernah dengan partai lain.

Artinya, Ganjar Pranowo memahami bahwa akan ada suatu waktu di mana aspirasi publik akan dinegosiasikan dengan aspirasi internal partai, lalu diukur dari segala sisi opsi mana yang paling mungkin dan paling masuk akal secara elektoral.

Atas pemahaman yang mendalam terkait "rule of the game" di internal PDIP tersebut, Ganjar Pranowo bergeming saat muncul suara-suara kritis yang menginginkan Ganjar Pranowo mencari kendaraan politik lain.

Karena, Ganjar Pranowo memang memahami bahwa bergemingnya PDIP selama ini terkait perkembangan politik yang dialami Ganjar Pranowo di ruang publik nasional bukan berarti PDIP melupakan Ganjar Pranowo.

Meskipun terkesan bahwa PDIP mempersempit ruang politik Ganjar Pranowo di satu sisi dan memberikan peluang kepada Puan di sisi lain, tapi sejatinya tak ada yang benar-benar mengetahui apa sebenarnya yang sedang terjadi di dalam PDIP.

Apakah benar demikian atau hanya penampakan luar yang sengaja dimunculkan oleh PDIP dan Ganjar Pranowo sebagai bagian dari strategi elektoral.

Bahkan tidak menutup kemungkinan, PDIP hanya sedang melakukan uji coba politik atau "test the water."

Dengan kata lain, PDIP sedang melakukan seleksi politik dalam rentang waktu tertentu hingga benar-benar yakin siapa yang akan menjadi calon presiden resmi partai untuk laga 2024.

Tentu tidak bisa dipungkiri bahwa memang ada kecenderungan untuk memberikan ruang yang lebih besar kepada Puan Maharani.

Karena fakta bahwa Puan adalah anak kandung Megawati dan berstatus "original" trah Sukarno sudah tidak bisa dibantah sama sekali. Tapi tak ada yang salah dengan itu toh.

Apa bedanya dengan Susilo Bambang Yudhoyono yang melakukan segala upaya agar Agus Harimurti Yudhoyono menjadi Ketua Umum Partai Demokrat dan calon presiden dari partai yang sama. Tidak berbeda sama sekali.

Jadi memang tak ada yang salah dengan kecenderungan tersebut dalam konteks PDIP. Hal semacam itu sangat alami terjadi di dalam dunia politik.

Apalagi, di sisi lain PDIP dan Megawati tidak seambisius SBY dalam melejitkan nama Puan di ruang publik.

Masalah akan muncul jika PDIP dan Megawati tanpa tedeng aling-aling memaksakan Puan sebagai opsi tak beralternatif yang akan menjadi calon presiden dari partai dengan menegasikan segala kemungkinan lain selain Puan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

Nasional
PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

Nasional
Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

Nasional
Pemerintah Akan Pastikan Status Tanah Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang serta Longsor Tana Toraja dan Sumbar

Pemerintah Akan Pastikan Status Tanah Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang serta Longsor Tana Toraja dan Sumbar

Nasional
Ahmed Zaki Daftarkan Diri ke PKB untuk Pilkada DKI, Fokus Tingkatkan Popularitas

Ahmed Zaki Daftarkan Diri ke PKB untuk Pilkada DKI, Fokus Tingkatkan Popularitas

Nasional
Sengketa Pileg, Golkar Minta Pemungutan Suara Ulang di 36 TPS Sulbar

Sengketa Pileg, Golkar Minta Pemungutan Suara Ulang di 36 TPS Sulbar

Nasional
Mendagri Sebut Biaya Pilkada Capai Rp 27 Triliun untuk KPU dan Bawaslu Daerah

Mendagri Sebut Biaya Pilkada Capai Rp 27 Triliun untuk KPU dan Bawaslu Daerah

Nasional
Airin Ingin Bentuk Koalisi Besar untuk Mengusungnya di Pilkada Banten

Airin Ingin Bentuk Koalisi Besar untuk Mengusungnya di Pilkada Banten

Nasional
Sebut Warga Ingin Anies Balik ke Jakarta, Nasdem: Kinerjanya Terasa

Sebut Warga Ingin Anies Balik ke Jakarta, Nasdem: Kinerjanya Terasa

Nasional
Caleg PSI Gugat Teman Satu Partai ke MK, Saldi Isra: Berdamai Saja Lah

Caleg PSI Gugat Teman Satu Partai ke MK, Saldi Isra: Berdamai Saja Lah

Nasional
Irigasi Rentang Targetkan Peningkatan Indeks Pertanaman hingga 280 Persen

Irigasi Rentang Targetkan Peningkatan Indeks Pertanaman hingga 280 Persen

Nasional
Kuasa Hukum Caleg Jawab 'Siap' Terus, Hakim MK: Kayak Latihan Tentara, Santai Saja...

Kuasa Hukum Caleg Jawab "Siap" Terus, Hakim MK: Kayak Latihan Tentara, Santai Saja...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com