PRESIDEN Jokowi bertemu dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri di Batu Tulis, Bogor, tanggal 8 Oktober 2022 lalu, di tengah semakin kentaranya perbedaan kepentingan politik antara Puan Maharani dan Ganjar Pranowo.
Namun para pihak yang terkait dengan Jokowi dengan PDIP menolak membingkai narasi di balik pertemuan tersebut dengan latar kepentingan pemilihan presiden 2024.
Menurut Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dan beberapa pentolan relawan Jokowi, pertemuan Jokowi dan Megawati tersebut dalam rangka membahas masalah bangsa, mulai dari ketahanan pangan, ancaman resesi global, hingga pada masalah soliditas politik kebangsaan dan mitigasi perpecahan politik jelang 2024.
Namun, baik secara eksplisit maupun implisit, diakui atau tidak diakui, pertemuan kedua tokoh besar tersebut akan memberikan narasi tidak langsung kepada publik terkait munculnya dua nama di tubuh PDIP yang dua tahun belakangan mulai berbeda arah, yakni Puan Maharani dan Ganjar Pranowo.
Baca juga: Ujian Politik Ganjar Pranowo yang Kian Berat
Di ruang publik nasional, Puan dan Ganjar Pranowo sudah terlanjur membuat gambar politiknya masing-masing.
Tendensi PDIP dan Megawati yang terkesan lebih condong kepada Puan membuat Ganjar seolah terpinggirkan.
Masalahnya, secara faktual hampir di semua survei politik sejak dua tahun terakhir, angka elektabilitas Puan nyaris tidak ada apa-apanya dibanding Ganjar Pranowo.
Ganjar Pranowo selalu berada di posisi tiga besar nama-nama yang diunggulkan selain Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.
Dan lebih dari itu, kesan politik Jokowi terhadap Puan setali tiga uang dengan kesan politik Megawati terhadap Ganjar Pranowo.
Walhasil, isu tentang adanya dua king maker dan dua bakal kandidat presiden mau tak mau membayangi gerak-gerik politik PDIP.
Gesekannya nyaris tak terlihat. Artinya, sampai hari ini relasi politik antara Megawati dan Jokowi masih terpelihara dengan baik, setidaknya begitulah yang nampak di ruang publik.
Namun jika lebih jeli melihat, akan muncul pemandangan lain. Memang tidak terjadi gesekan, tapi kedua kubu jelas-jelas sedang berada di dua jalan politik yang tidak terlalu sama.
Lihat saja, jika semakin kentara strategi pengucilan diterapkan oleh PDIP terhadap Ganjar Pranowo, maka semakin keras resistensi akar rumput pendukung Ganjar Pranowo terhadap PDIP di satu sisi dan gerakan politik Jokowi akan semakin lepas dari bayang-bayang PDIP di sisi lain.
Jokowi kembali mulai merangkul erat barisan-barisan relawannya berbarengan dengan kemunculan relawan-relawan baru untuk Ganjar Pranowo, di luar bendera partai PDIP.
Baca juga: Lain Anies Lain Ganjar
Jokowi bahkan mencoba eksperimen baru berupa Musra atau Musyawarah Rakyat, yang nampaknya dimaksudkan sebagai instrumen untuk melegitimasi pilihan politik Jokowi terkait bakal calon presiden untuk laga 2024. Lagi-lagi di luar koridor kepartaian.