Walhasil, muncullah slogan bahwa pilihan politik Jokowi adalah pilihan rakyat. Terkesan populis memang, tapi hal itu keluar dari strategi politik konvensional di mana seorang kandidat semestinya lahir dan diusung secara formal oleh Partai Politik.
Dan lebih dari itu, strategi ini memberi sinyal yang jelas bahwa suara Jokowi terkait siapa calon presiden yang ia inginkan memang tidak mendapat tempat di internal PDIP, sehingga Jokowi harus membuat kendaraan baru non konvensional untuk menampungnya.
Sementara di sisi lain, secara implisit terlihat bahwa PDIP semakin solid berbaris di belakang Megawati dan mulai eksplisit menyebutkan nama Puan sebagai kandidat penerima mandat dari Megawati.
Munculnya isu dewan kolonel dan narasi-narasi frontal dari beberapa politisi senior PDIP terhadap Partai Golkar, adalah bagian dari sinyal kuat yang menandakan bahwa tempat untuk Jokowi menjadi king maker atas Ganjar semakin sempit di dalam partai berlogo banteng moncong putih itu.
Munculnya dua jalur politik ini sangat krusial bagi PDIP di satu sisi dan bagi Jokowi di sisi lain.
Hingga hari ini, dari sinyal-sinyal dan gelagat-gelagat politik kedua kubu, belum terlihat titik irisannya.
Puan terus bergerilya politik dan semakin merapatkan barisan kader-kader partai, tanpa membuka ruang sedikit pun untuk Ganjar Pranowo terlibat di dalamnya.
Sementara Ganjar Pranowo semakin rajin mengintensifkan jalur-jalur komunikasi langsung dengan relawan dan calon pemilih, pun tanpa Puan di dalamnya.
Puan merawat mesin politiknya, sementara Ganjar Pranowo memelihara dengan baik bahan baku politiknya.
Dua jalur ini, bagaimanapun, adalah dua jalur yang mewakili gaya politik Jokowi dan Megawati.
Sehingga, rekonsiliasi, negosiasi, dan irisan hanya bisa terjadi di tangan Jokowi dan Megawati, bukan di tangan Puan atau Ganjar Pranowo.
Dan lebih dari itu, dua jalur tersebut bernilai penting bagi kedua kubu, baik untuk mencapai tujuan maupun sebagai alat tawar menawar.
Dengan kata lain, dalam hemat saya, pembicaraan tentang bagaimana mencari titik temu antara Puan dan Ganjar Pranowo bukanlah pembicaraan atributif pada pertemuan tempo hari di Batu Tulis Bogor.
Bahkan boleh jadi, itulah sebenarnya yang menjadi topik utama, karena menyangkut persatuan dan kesatuan PDIP di satu sisi, keharmonisan politik antara Jokowi dan Megawati di sisi lain, yang keduanya terkait dengan stabilitas dan soliditas politik nasional jelang tahun 2024.
Karena itu, perpaduan kedua jalur tersebut akan menjadi kunci kemenangan PDIP tahun 2024.
Bersatunya mesin politik partai, relawan Jokowi dan Ganjar Pranowo, serta topangan elektabilitas Ganjar Pranowo yang tinggi akan menjadi kekuatan politik yang sangat ditakuti tentunya.
Bahasa lainnya, meninggalkan Jokowi dan Ganjar Pranowo, dari perspektif manapun, nampaknya akan sangat merugikan PDIP sendiri.
Pun hal yang sama akan terjadi jika Jokowi dan Ganjar mengalami "deadlock politik" dengan PDIP, lalu berjalan dengan kendaraan lain. Lagi-lagi PDIP nampaknya akan menjadi pihak yang paling dirugikan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.