Terbaru, Sugeng mengungkap dugaan bahwa jet yang dipakai Hendra berjenis Bomber 900 XP dan terdaftar di San Marino, Eropa.
"Hendra Kurniawan dan rombongan berangkat ke Jambi menggunakan private jet jenis Bomber 900 XP dengan register penerbangan T7 yang teregister di San Marino," kata dia.
Polri telah angkat bicara soal dugaan ini. Kepala Divisi Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengatakan, itu merupakan bagian dari materi pendalaman Tim Khusus (Timsus) Polri yang mengusut kasus kematian Brigadir J.
"Itu bagian dari materi Timsus, khususnya Biro Pengawasan dan Pembinaan Profesi (Wabprof Divisi Porpam Polri),” kata Dedi di Mabes Polri, Jakarta, Senin (19/9/2022).
Sebelumnya, gaya hidup Brigjen Hendra sempat jadi sorotan. Dia disebut bergaya hidup mewah karena kerap gonta-ganti mobil.
Hal ini disinggung oleh anggota Komisi III DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Arteria Dahlan, dalam rapat kerja Komisi III bersama Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) hingga Komnas HAM, Senin (22/8/2022).
Baca juga: Brigjen Hendra Kurniawan Gunakan Private Jet ke Jambi, MAKI Duga Ada Potensi Gratifikasi
Mulanya, Arteria menyoroti kinerja Kompolnas dalam mengawasi para personel Polri.
"Saya akhirnya bicara ke person-lah. Bagaimana seorang Karo Paminal dengan gaya hidup seperti itu," kata Arteria.
"Ini kan kasat mata, Pak. Kita nggak bisa ngomongin person akhirnya saya ngomong person-lah. Set, masuk, mobilnya apa, taruh (mobil) lagi, taruh (mobil) lagi. Ini sudah di luar daripada (kemampuan) seorang karo, Pak, di Mabes Polri," tuturnya.
Arteria lantas mengutip pernyataan yang pernah disampaikan Ketua Harian Kompolnas, Benny Mamoto. Dia bilang bahwa di tubuh Polri orang baik cenderung stres.
Orang yang tadinya bertindak benar, bisa berubah menjadi tidak benar.
"Orang yang antik malah dapat privilese," ujar Arteria.
Arteria meminta kejanggalan-kejanggalan ini dijelaskan oleh Kompolnas. Dia juga mendorong Kompolnas betul-betul melaksanakan tugas sebagai pemantau Polri.
Sosok Brigjen Hendra mendapat sorotan tajam sejak awal kasus kematian Brigadir J terungkap. Dia disebut-sebut melakukan intimidasi terhadap keluarga saat jenazah Yosua tiba di rumah duka.
Kapolri pernah mengungkap, "dosa" Hendra dalam kasus ini di antaranya melarang pihak keluarga merekam jenazah Brigadir J.