JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Majelis Tinggi DPP Partai Demokrat Andi Mallarangeng mengatakan ada perbedaan kondisi jelang berakhirnya masa jabatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Presiden Joko Widodo.
Ia menjelaskan, tak ada dorongan terus-menerus yang disampaikan orang sekitar SBY untuk melakukan perpanjangan masa jabatan presiden.
“Tidak ada orang di sekeliling Presiden berusaha mencari muka dengan mendorong Presiden SBY untuk tiga periode, apalagi menjadi cawapres,” kata Andi Mallarangeng pada Kompas.com, Kamis (15/9/2022).
Dalam pandangannya, ada pihak sekitar Jokowi yang sengaja mendorong wacana perpanjangan masa jabatan presiden.
Baca juga: Wacana Prabowo-Jokowi di 2024, Pengamat Anggap Kepanjangan Isu Presiden 3 Periode
Wacana itu terus direproduksi mulai dari tiga periode, dua hingga tiga tahun menambah masa jabatan sampai usulan agar Jokowi maju jadi cawapres dalam Pemilu 2024.
“Yang gawat kalau sampai Presiden Jokowi tergoda,” ujar Andi Mallarangeng.
Ia menilai upaya-upaya itu tidak sesuai dengan semangat reformasi terkait pembatasan kekuasaan.
Upaya terus mendorong Jokowi berada di lingkar kekuasaan pasca tak lagi menjabat sebagai presiden dinilai tak mencerminkan etika kekuasaan.
Baca juga: Wacana Jokowi Cawapres 2024, Pengamat: Ketokohan Politikus Ada Masanya
“Apa tidak cukup berkuasa selama 10 tahun? Apa tidak cukup menjabat sebagai presiden?” ujar Andi Mallarangeng.
“Dengan kekuasaan tertinggi di republik ini, sehingga terus menggondeli kekuasaan sebagai wapres? Apakah ini bukan pertanda kemarukan kekuaaaan?” katanya lagi.
Diketahui, Jokowi disebut bisa mengajukan diri sebagai cawapres pada Pemilu 2024.
Ketua DPP Bidang Pemenangan Pemilu PDI-P, Bambang Wuryanto atau Bambang Pacul menilai tak ada ketentuan yang melarang pencalonan tersebut.
Namun, menurutnya, segala pilihan tetap menjadi keputusan Jokowi sendiri.
Baca juga: Wacana Jokowi Cawapres 2024, Demokrat: Mau Soft Landing seperti SBY atau Langgengkan Kekuasaan?
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.