JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu kebijakan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur kala menjabat sebagai Presiden adalah menghilangkan stigma negatif yang dipelihara pemerintah Orde Baru.
Menjabat sejak 20 Oktober 1999 hingga 23 Juli 2001, cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Hasyim Asy'ari itu memberikan kebebasan berekspresi untuk masyarakat Tionghoa yang 30 tahun lebih dipaksa hidup dalam keterbatasan.
Baca juga: Mengenal Akar Semangat Gus Dur Membela Kaum Minoritas
Ia menerbitkan Keppres Nomor 6 Tahun 2000 yang mencabut Inpres Nomor 14 Tahun 1967 bikinan Presiden Soeharto, yang mengekang kebebasan ibadah dan budaya masyarakat Tionghoa.
Kebijakan itu membuat Gus Dur dinobatkan sebagai Bapak Tionghoa Indonesia oleh perkumpulan Sosial Rasa Dharma di Kleteng Tay Kek Sie, Semarang, Jawa Tengah pada 2004.
Alasan Gus Dur memperjuangkan masyarakat Tionghoa tak lepas dari sejarah asal usulnya.
Baca juga: Mimpi Kiai Jelang Pelengseran Gus Dur dan Doa untuk Megawati...
Dalam berbagai kesempatan, mantan Ketua PBNU itu tak ragu menyampaikan, ia keturunan Tionghoa.
“Saya ini China tulen sebenarnya, tapi ya sudah nyampur-lah dengan Arab dan India. Nenek moyang saya orang Tionghoa asli,” ungkap Gus Dur dalam sebuah talkshow pada 2008.
Dikutip dari buku “Bapak Tionghoa Indonesia” secara genealogis, Gus Dur adalah keturunan Tionghoa dari pernikahan raja terakhir Majapahit, Prabu Brawijaya V dan Putri Champa.
Keduanya lantas memiliki dua anak, seorang pria bernama Tan Eng Hiang dan perempuan bernama Tan A Lok.
Baca juga: Murka Gus Dur Kala Para Menteri Tolak Dekrit: Kalian Semua Banci!
Tan Eng Hiang kemudian mengubah nama menjadi Raden Patah dan dikenal menjadi pendiri Kerajaan Demak.
Sementara Tan A Lok menikah dengan seorang muslim keturunan Tionghoa bernama Tan Kim Han.
Dari garis keturunan itulah Gus Dur mengaku memiliki darah Tionghoa.
Pengakuan Gus Dur kian diperkuat pernyataan eks ketua PBNU Said Aqil Siroj, yang menjelaskan Tan Kim Han memiliki anak Raden Rachmat Sunan Ampel.
Salah satu keturunannya, adalah Hasyim Asy'ari kakek Gus Dur sekaligus pendiri NU.