Utamanya bagi yang saat ini diamanati sebagai pemimpin di semua level, harus memiliki kesadaran bahwa menjadi pemimpin pilihan yang tidak nyaman.
Ia tidak saja butuh langkah konkret dan kerja nyata, tapi juga kemauan dan kemampuan berkorban.
Tidak ada pencapaian hebat tanpa kehadiran pemimpin yang siap berkorban bagi rakyatnya, leiden is lijden, memimpin itu menderita.
Begitu pepatah kuno Belanda yang dikutip Mohammad Roem dalam karangannya berjudul Haji Agus Salim, Memimpin Adalah Menderita (Prisma No 8, Agustus 1977).
Sejatinya menjadi pemimpin pada level mana pun, adalah pemegang amanah, bukan pemegang prestise. Memimpin itu sacrificing, bukan demanding. Terlebih alat untuk menumpuk kekayaan.
Tidak ada kemajuan sebuah bangsa tanpa pengorbanan pemimpinnya, yang memiliki kekuatan moralitas yang mumpuni.
Semangat Idul Adha diharapkan mampu menggelorakan kemampuan dan kemauan berkorban.
Bagi yang diberi amanat menjadi pemimpin mampu mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, atas kepentingan egosentrismenya.
Memiliki moralitas luhur yang mampu mengalahkan kepentingan godaan pencitraan, populisme, dan nafsu memupuk kekuatan untuk melanggengkan kekuasaan.
Agus Salim adalah contoh pemimpin yang berani susah. Kasman, seperti diingat Roem, jalan pemimpin bukan jalan yang mudah. Memimpin adalah jalan yang menderita.
Agus salim meski pernah menjadi menteri dan pejabat tinggi, beliau hidup jauh dari keadaan nyaman: kurang uang belanja untuk hidup, pindah dari satu kontrakan ke kontrakan lain. Hal ini biasa bagi beliau dan keluarganya.
Juga teladan dari Bung Hatta, yang mampu berkorban untuk bangsa dan negaranya, di antaranya dengan tidak mau melakukan korupsi. Walau sebuah amplop. Ya, sebuah amplop.
Pengorbanan Bung Hatta seharusnya melahirkan spirit antikorupsi dalam diri pejabat dan birokrasi kita.
Semoga Idul Qurban yang kita laksanakan setiap tahun jangan hanya dijadikan ritual keagamaan yang tanpa makna dan arti. Namun harus mereflesikan dan menggerakkan spirit berkorban kepada sesama.
Idul Qurban sejatinya menjadikan kita semua mampu dan rela berkorban jiwa, raga, dan harta untuk kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara.