Prabowo lantas mendeklarasikan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang ia bentuk bersama sejumlah tokoh seperti Fadli Zon dan Hashim Djojohadikusumo.
Pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2009, ia pun maju menjadi calon wakil presiden berpasangan dengan calon presiden Megawati Soekarnoputri. Gerindra kala itu berbesan dengan PDI Perjuangan.
Baca juga: Dewan Pembina Gerindra: Capres yang Sudah Pasti Baru Prabowo
Sementara, Golkar mengusung ketua umumnya sendiri, Jusuf Kalla, sebagai calon presiden, berpasangan dengan Wiranto sebagai calon wakil presiden.
Namun, kedua pasangan calon (paslon) kalah oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang berpasangan dengan Boediono.
Sementara, Surya Paloh meninggalkan Golkar tiga tahun setelah Prabowo, tepatnya September 2011. Paloh mundur setelah 43 tahun berkiparah di Golkar.
Sebelum hengkang, dia lebih dulu mendirikan Ormas Nasional Demokrat (Nasdem) dan menjabat sebagai ketua umum. Ormas tersebut lantas berubah menjadi partai politik hingga kini.
Saat itu, Paloh mengatakan, pengunduran dirinya merupakan titik kulminasi dan anti-klimaks, karena ide-ide yang dia usung tak mendapat ruang di Partai Golkar.
"Inilah yang menjadi perenungan, pandangan, serta pendirian saya sebagai salah satu orang yang sudah berkiprah dari jenjang paling bawah sampai posisi Ketua Dewan Penasehat Partai Golkar," kata Paloh, 7 September 2011.
Nasdem lantas turut serta sebagai peserta pemilu pada tahun 2014, bersaing dengan Gerindra dan partai-partai politik lainnya.
Selama 2014-2019, Gerindra dan Nasdem berbeda gerbong. Nasdem mendukung pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla, sedangkan Gerindra menjadi partai oposisi.
Baca juga: Survei: Prabowo, Anies, Ganjar Bersaing Ketat, Pilpres 2024 Diprediksi Dua Putaran
Pada Pilpres 2019, sedianya kedua partai juga tak satu visi. Gerindra mengusung Prabowo sebagai capres, sedangkan Nasdem mendukung pencapresan Jokowi.
Namun, usai gelaran pemilu, Gerindra masuk ke jajaran pemerintahan. Sebelum Gerindra benar-benar bergabung ke koalisi, Nasdem pernah melempar sinyal keberatan.
Menjelang pembentukan Kabinet Indonesia Maju, Sekretaris Jenderal Partai Nasdem Johnny G Plate mengatakan, jika Jokowi berencana memberikan kursi menteri ke Gerindra, Nasdem akan mendukung.
Namun, jika presiden memutuskan tidak memberikan jatah kursi ke Gerindra, Nasdem akan sangat mendukung.
"Kami mendukung keputusan presiden tetapi kami mengingatkan keadaban politik," kata Johnny di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (7/10/2019).
Baca juga: Puan Dinilai Jadi Pasangan Ideal Prabowo di Pilpres 2024
Kendati begitu, Gerindra pada akhirnya bergabung ke koalisi Jokowi-Ma'ruf Amin dan mendapat 2 kursi menteri yakni Menteri Pertahanan (Menhan) yang diisi Prabowo serta Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) yang diduduki oleh Sandiaga Uno.
Sementara, Nasdem mendapat 3 kursi menteri yakni Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLH) Siti Nurbaya, serta Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo.
Usai pertemuannya dengan Paloh, Prabowo mengatakan belum bisa memastikan apakah Gerindra akan berkoalisi dengan Nasdem di Pemilu 2024.