Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Persahabatan Prabowo-Surya Paloh, Romantisme Alumni Golkar, dan Kans Politik 2024

Kompas.com - 02/06/2022, 10:00 WIB
Fitria Chusna Farisa

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dua sahabat lama di panggung politik bertemu. Mereka adalah Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh.

Prabowo dan Paloh pernah sama-sama memikul visi besar Partai Golkar. Keduanya lantas berpisah mengambil jalan masing-masing.

Dengan membawa bendera partai baru, Gerindra dan Nasdem bersaing untuk menjadi yang terdepan mengambil suara rakyat di pemilihan umum (pemilu).

Baca juga: Prabowo-Surya Paloh Sebut Pertemuan Mereka Diisi Percakapan Romantisme Alumni Golkar

Kini, perjumpaan keduanya memunculkan spekulasi sinyal-sinyal kerja sama politik 2024. Mungkinkah demikian?

Romantisme persahabatan

Prabowo dan Surya Paloh bertemu di Kantor DPP Partai Nasdem, Jakarta, Rabu (1/6/2022). Pertemuan berlangsung selama kurang lebih 4,5 jam, mulai pukul 11.50 WIB hingga 16.35 WIB.

Paloh mengungkap bahwa pertemuannya dengan Prabowo banyak membicarakan ihwal romantisme persahabatan keduanya dan antara kedua partai.

"Pertemuan kami tadi lebih banyak membicarakan hal-hal romantisme, semangat persahabatan yang cukup terjaga dalam kurun waktu yang cukup lama puluhan tahun," kata Paloh usai pertemuan di Kantor DPP Nasdem, Jakarta.

Baca juga: Ketua DPP Nasdem Sebut Pertemuan Prabowo dan Paloh Bisa Jadi Bahas Koalisi

Paloh mengaku, pertemuannya dengan Prabowo tak hanya membicarakan relasi antara keduanya, tetapi juga persoalan-persoalan negara.

"Tidak hanya terbatas pada hubungan kami pribadi tapi juga masalah-masalah strategis bagi kepentingan kemajuan bangsa dan negara kita," ucapnya.

Sementara, Prabowo mengisahkan bahwa dirinya dan Paloh telah berhubungan baik selama 40 tahun. Menurutnya, pertemuan ini adalah wujud silaturahmi antara dua sahabat lama.

Menteri Pertahanan itu menyebut pertemuannya dengan Paloh bentuk melepas rindu sebagai sesama alumni Partai Golkar. Dia mengatakan, pertemuan berlangsung hangat dan penuh humor.

"Kita bersahabat dan kita juga alumni Golkar. Kita istilahnya temu kangen sebetulnya," kata Prabowo.

Memang, kata Prabowo, dalam perjalanan politik ia dan Paloh terkadang memilih jalan berbeda. Namun, dia mengaku tetap bersahabat dengan Ketua Umum Partai Nasdem itu.

"Kita pernah bersaing kita pernah kadang-kadang berbeda pandangan tapi di ujungnya karena kita saling yakin bahwa kita sama-sama cinta merah putih, sama-sama cinta tanah air," kata Prabowo.

Pasang surut hubungan

Baik Prabowo maupun Surya Paloh pernah sama-sama menjadi kader Partai Golkar.

Prabowo menyatakan mundur dari partai beringin pada Juli 2008. Kala itu, dia menjabat sebagai anggota Dewan Penasihat Partai.

Baca juga: Prabowo: Capres Nggak Harus Saya, tapi Kalau Bisa yang Berpengalaman

Dia mengaku kurang maksimal dalam berpolitik di bawah naungan Golkar yang kala itu dipimpin Jusuf Kalla.

"Saya merasa kurang maksimal berkiprah, menyumbangkan pikiran, dan tenaga saya jika saya tetap berada di Golkar," kata Prabowo, 14 Juli 2008.

Prabowo lantas mendeklarasikan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang ia bentuk bersama sejumlah tokoh seperti Fadli Zon dan Hashim Djojohadikusumo.

Pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2009, ia pun maju menjadi calon wakil presiden berpasangan dengan calon presiden Megawati Soekarnoputri. Gerindra kala itu berbesan dengan PDI Perjuangan.

Baca juga: Dewan Pembina Gerindra: Capres yang Sudah Pasti Baru Prabowo

Sementara, Golkar mengusung ketua umumnya sendiri, Jusuf Kalla, sebagai calon presiden, berpasangan dengan Wiranto sebagai calon wakil presiden.

Namun, kedua pasangan calon (paslon) kalah oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang berpasangan dengan Boediono.

Sementara, Surya Paloh meninggalkan Golkar tiga tahun setelah Prabowo, tepatnya September 2011. Paloh mundur setelah 43 tahun berkiparah di Golkar.

Sebelum hengkang, dia lebih dulu mendirikan Ormas Nasional Demokrat (Nasdem) dan menjabat sebagai ketua umum. Ormas tersebut lantas berubah menjadi partai politik hingga kini.

Saat itu, Paloh mengatakan, pengunduran dirinya merupakan titik kulminasi dan anti-klimaks, karena ide-ide yang dia usung tak mendapat ruang di Partai Golkar.

"Inilah yang menjadi perenungan, pandangan, serta pendirian saya sebagai salah satu orang yang sudah berkiprah dari jenjang paling bawah sampai posisi Ketua Dewan Penasehat Partai Golkar," kata Paloh, 7 September 2011.

Nasdem lantas turut serta sebagai peserta pemilu pada tahun 2014, bersaing dengan Gerindra dan partai-partai politik lainnya.

Selama 2014-2019, Gerindra dan Nasdem berbeda gerbong. Nasdem mendukung pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla, sedangkan Gerindra menjadi partai oposisi.

Baca juga: Survei: Prabowo, Anies, Ganjar Bersaing Ketat, Pilpres 2024 Diprediksi Dua Putaran

Pada Pilpres 2019, sedianya kedua partai juga tak satu visi. Gerindra mengusung Prabowo sebagai capres, sedangkan Nasdem mendukung pencapresan Jokowi.

Namun, usai gelaran pemilu, Gerindra masuk ke jajaran pemerintahan. Sebelum Gerindra benar-benar bergabung ke koalisi, Nasdem pernah melempar sinyal keberatan.

Menjelang pembentukan Kabinet Indonesia Maju, Sekretaris Jenderal Partai Nasdem Johnny G Plate mengatakan, jika Jokowi berencana memberikan kursi menteri ke Gerindra, Nasdem akan mendukung.

Namun, jika presiden memutuskan tidak memberikan jatah kursi ke Gerindra, Nasdem akan sangat mendukung.

"Kami mendukung keputusan presiden tetapi kami mengingatkan keadaban politik," kata Johnny di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (7/10/2019).

Baca juga: Puan Dinilai Jadi Pasangan Ideal Prabowo di Pilpres 2024

Kendati begitu, Gerindra pada akhirnya bergabung ke koalisi Jokowi-Ma'ruf Amin dan mendapat 2 kursi menteri yakni Menteri Pertahanan (Menhan) yang diisi Prabowo serta Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) yang diduduki oleh Sandiaga Uno.

Sementara, Nasdem mendapat 3 kursi menteri yakni Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLH) Siti Nurbaya, serta Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo.

Peluang koalisi

Usai pertemuannya dengan Paloh, Prabowo mengatakan belum bisa memastikan apakah Gerindra akan berkoalisi dengan Nasdem di Pemilu 2024.

Kendati demikian, Prabowo menyebut, dirinya memiliki banyak kesamaan dengan Paloh.

"Ya tapi kan beliau pemimpin partai, saya pemimpin partai. Kita kan nggak bisa bertindak karena kita teman, kita atur sendiri-sendiri, kan nggak bisa," ucap Prabowo.

Prabowo mengatakan, baik Gerindra maupun Nasdem memiliki konstituen sendiri-sendiri sehingga aspirasi mereka harus juga dipertimbangkan.

Adapun menurut Prabowo, kesamaannya dengan Paloh berkaitan dengan visi kebangsaan dan Pancasila serta Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.

Selain itu, dirinya dan Paloh juga sama-sama punya kegemaran mengoleksi patung dan tertarik pada sejarah.

Baca juga: Gerindra: Deklarasi Prabowo sebagai Capres Akan Diumumkan pada Waktu yang Tepat

Paloh mengatakan, dirinya dan Prabowo juga mengagumi tokoh yang sama, yakni Mahatma Gandji dan Nelson Mandela. Paloh bahkan berkelakar bahwa ia dan Prabowo memiliki zodiak yang sama karena sama-sama lahir di bulan Oktober.

"Yang saya lihat beliau suka dengan tokoh-tokoh revolusioner, tokoh yang selalu membela rakyat, tokoh-tokoh yang membela kebeneran dan keadilan. Mungkin karena kita mirip, kita mirip, (zodiak) Libra (lahir) Oktober, dekat-dekat situ lah," tuturnya.

Kans kecil

Melihat ini, Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam menilai, besar kemungkinan pertemuan Prabowo dengan Paloh terkait dengan agenda politik 2024.

Umam mengatakan, sebagai sesama alumni Partai Golkar, Prabowo dan Paloh memang memiliki sejarah kedekatan tersendiri.  Namun, menurut dia, kecil kemungkinan kedua partai berkoalisi.

Sebab, kedua pemimpin partai memiliki cara pandang dan model pendekatan yang jauh berbeda di politik. Di Pilpres 2019, Paloh menjadi salah satu tokoh selain Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang terus mengingatkan bahaya eksploitasi politik identitas.

Ketika Prabowo mengajukan proposal untuk masuk di pemerintahan Jokowi jilid 2 pun, salah satu yang merasa keberatan adalah Paloh.

"Jadi, cairnya suasana silaturahmi Paloh-Prabowo hari ini sejatinya diletakkan di atas visi politik kebangsaan yang berbeda secara fundamental. Namun, dalam politik, selalu ada kemungkinan," kata Umam kepada Kompas.com, Rabu (1/6/2022).

Baca juga: Golkar Sebut Koalisi Indonesia Bersatu Terbuka untuk PKS, Nasdem dan Demokrat

Selain itu, lanjut Umam, Paloh merupakan salah satu ketua umum partai politik yang sejak awal ingin menjadi "king maker". Oleh karenanya, ia tak mau langkahnya dikunci oleh pihak-pihak yang ingin mencapreskan diri mereka masing-masing.

Ini juga menjadi alasan mengapa Nasdem sejak awal menolak bergabung dengam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) Golkar-PAN-PPP, yang sejak awal ingin mengunci langkah pencapresan Airlangga Hartarto.

"Dalam konteks pertemuan Paloh-Prabowo, saya juga berkeyakinan Paloh menolak dikunci langkahnya demi pencapresan Prabowo," kata Umam.

Lepas dari itu, lanjut Umam, pertemuan keduanya tetap baik dalam politik. Pertemuan Prabowo dan Paloh dinilai dapat meminimalkan potensi gesekan di akar rumput jika kedua partai berbeda koalisi dalam kontestasi Pilpres 2024.

"Sehingga proses rekonsiliasi politik pasca Pemilu 2024 bisa dilakukan lebih efektif," tutur Dosen Ilmu Politik Universitas Paramadina itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran 'Game Online' Mengandung Kekerasan

Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran "Game Online" Mengandung Kekerasan

Nasional
Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi May Day, Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi May Day, Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Nasional
Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi 'May Day' di Istana

Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi "May Day" di Istana

Nasional
Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Nasional
Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Nasional
Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Nasional
Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Nasional
Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Nasional
'Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?'

"Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?"

Nasional
Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Nasional
Peringati Hari Buruh Internasional, Puan Tekankan Pentingnya Perlindungan dan Keadilan bagi Semua Buruh

Peringati Hari Buruh Internasional, Puan Tekankan Pentingnya Perlindungan dan Keadilan bagi Semua Buruh

Nasional
Pertamina Bina Medika IHC dan Singhealth Kolaborasi Tingkatkan Layanan Kesehatan

Pertamina Bina Medika IHC dan Singhealth Kolaborasi Tingkatkan Layanan Kesehatan

Nasional
Prabowo Diprediksi Tinggalkan Jokowi dan Pilih PDI-P Usai Dilantik Presiden

Prabowo Diprediksi Tinggalkan Jokowi dan Pilih PDI-P Usai Dilantik Presiden

Nasional
Daftar Aliran Uang Kementan ke SYL dan Keluarga: 'Skincare' Anak, Ultah Cucu, hingga Bulanan Istri

Daftar Aliran Uang Kementan ke SYL dan Keluarga: "Skincare" Anak, Ultah Cucu, hingga Bulanan Istri

Nasional
Jokowi dan Mentan Amran Sulaiman Bersepeda Bareng di Mataram

Jokowi dan Mentan Amran Sulaiman Bersepeda Bareng di Mataram

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com