Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Dirgahayu AURI 9 April 2022

Kompas.com - 09/04/2022, 05:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TANGGAL 9 april 2022, TNI Angkatan Udara Republik Indonesia genap memasuki usianya yang ke 76.

Di seluruh permukaan bumi ini dibanding dengan Angkatan Darat dan Angkatan Laut, maka Angkatan Udara adalah Angkatan yang relatif paling muda.

Angkatan Udara tertua di dunia adalah Angkatan Udara Kerajaan Inggris, Royal Air Force yang lahir pada 1 April tahun 1918.

Sementara Angkatan Udara yang terkuat di dunia sekarang ini, kemungkinan besar adalah Angkatan Udara Amerika Serikat USAF (United States Air Force).

USAF dibentuk pada tahun 1947 sebagai Angkatan yang berdiri sendiri dalam arti bukan lagi merupakan bagian atau sekadar Divisi Udara dari Angkatan Darat dan atau Angkatan Laut.

 

Chappy Hakim, Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) periode 2002?2005.Chappy Hakim Chappy Hakim, Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) periode 2002?2005.

USAF kerap terdengar dengan jargon Global Vigilance, Global Reach, Global Power, yang tampil laksana Angkatan Udara Dunia.

Angkatan Udara dalam menjalankan tugas pokoknya menjaga kedaulatan negara di udara, sangat melekat dengan teknologi.

Inilah yang menyebabkan menjadi amat tergantung kepada dinamika akselerasi kemajuan teknologi.

Sementara itu laju kemajuan teknologi terjadi dengan sangat cepat.

Pada tahun 1903, pesawat terbang pertama yang berhasil diterbangkan oleh Wright Bersaudara hanya berdurasi 12 detik dengan menempuh jarak 120 feet saja.

Akan tetapi pada tahun 1969, hanya terpaut 66 tahun setelah itu, orang telah mampu menciptakan pesawat terbang dengan kecepatan melebihi dari kecepatan suara.

Selain itu pada tahun yang sama, Neil Armstrong telah berhasil menjadi orang pertama yang manapakkan kakinya di permukaan bulan. Itulah dinamika luar biasa dari lajunya kemajuan teknologi kedirgantaraan.

Belakangan ini dunia bahkan telah memasuki era Cyber World dengan ciri khasnya pada pada sosok perangkat komputer dengan sistem otomatisasi dan Articial Inteligence.

Era di mana arsenal persenjataan tengah berada dalam masa transisi perubahan dari penggunaan berbagai sistem senjata.

Periode yang sedang bergeser pada penggunaan perangkat UAV, Unmanned Aerial Vehicle, pesawat tanpa awak yang antara lain dikenal sebagai Drone.

Era di mana sistem komando dan kendali yang sudah berpindah kearah ruang operasi berbasis satelit di angkasa luar.

Singkat kata, dunia siber memang telah menjadi domain ke 5 setelah daratan, perairan, udara dan ruang angkasa.

Pesawat tempur tim aerobatik udara TNI-AU, Jupiter Aerobatic Team (JAT) beratraksi pada Singapore Airshow 2018 di Changi, Singapura, Sabtu (10/2/2018). Singapore Airshow 2018 merupakan ajang pameran tahunan terbesar bagi industri penerbangan di kawasan Asia yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali dan berlangsung pada 6-11 Februari 2018.KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG Pesawat tempur tim aerobatik udara TNI-AU, Jupiter Aerobatic Team (JAT) beratraksi pada Singapore Airshow 2018 di Changi, Singapura, Sabtu (10/2/2018). Singapore Airshow 2018 merupakan ajang pameran tahunan terbesar bagi industri penerbangan di kawasan Asia yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali dan berlangsung pada 6-11 Februari 2018.

Domain ke 5 yang menambah runcing kerawanan dalam persepektif Keamanan Nasional atau National Security.

Keamanan Nasional dalam arti yang lebih luas, jauh menjangkau dan melewati wilayah lingkup aktivitas kemiliteran.

Domain ke 5 yang mengantar pada antisipasi arena perang baru bernama “hybrid warfare”. Domain ke 5 yang di dominasi oleh tendensi atau fenomena penggunaan total dari “Äir Power”.

Sebagai Angkatan yang masih muda dan ketergantungan dalam menjalankan tugasnya yang sangat bersandar kepada laju kemajuan teknologi, maka menjadi wajar bahwa belum banyak pihak yang memahami pentingnya Angkatan Udara.

Belum banyak yang mengerti tentang pentingnya pengelolaan wilayah udara kedaulatan suatu negara.

Belum banyak yang mengerti dalam perspektif strategi pertahanan keamanan negara, mana wilayah udara strategis yang patut menjadi fokus perhatian untuk dilakukan kegiatan ISR (Intelligence, Surveillance, Reconnaissance).

Belum banyak yang memahami tentang kaitan pelaksanaan tugas pokok Angkatan Udara yang sangat beririsan dengan kaidah hukum udara internasional.

Demikianlah maka Angkatan Udara masa kini tengah menghadapi setidaknya dua tantangan penting kedepan.

Kemajuan teknologi yang ditandai dengan pengembangan Cyber World dan proses interaksi antarbangsa yang semakin tajam dalam olah eksplorasi udara dan ruang angkasa.

Pengelolaan dirgantara sebagai salah satu sumber daya alam kini sudah menjadi isu penting bagi setiap negara khususnya tentang norma pengaturan bersama yang tertuang dalam hukum udara antarbangsa dalam kerangka National Interest.

Seluruh Angkatan Udara di dunia kini tengah berada dalam satu titik yang dikejar untuk segera mengambil keputusan apakah akan meneruskan penggunaan Fighter Aircraft atau beralih ke Drone sebagai pesawat tanpa awak.

Keputusan yang tidak mudah di samping banyak hal lain lagi yang menuntut kajian detail berkait eskalasi canggihnya perkembangan teknologi.

Sudah cukup lama terdengar bahwa bagaimana peperangan masa datang akan berujud dalam model “push button war” atau bahkan “touch button war” yang mengandalkan mekanisme komputer, automatisasi dan artificial intelligence.

Terlepas dari itu semua, walaupun realita mendatang akan berhadapan dengan moda teknologi “touch button war”, maka akan tetap saja “still the man that count and not the button”.

Tetap saja yang akan dominan berperan dalam hal ini adalah sumber daya manusia (SDM). Itu sebabnya tuntuan dari sebuah Angkatan Udara yang berkualitas adalah tetap pada Man behind the Gun alias SDM yang mengawakinya.

Sejumlah prajurit TNI AU terjun dari pesawat Hercules TNI AU ketika mengikuti Latihan Puncak Komando Operasi Angkatan Udara II Sikatan Daya 2020, di AWR Pandanwangi Lumajang, Jawa Timur, Selasa (29/9/2020). Latihan tersebut bertujuan untuk  melatih dan meningkatkan kemampuan personel dalam memahami  penggunaan alat utama sistem persenjataan udara dalam sebuah operasi udara.ANTARA FOTO/HO/DISPEN TNI AU Sejumlah prajurit TNI AU terjun dari pesawat Hercules TNI AU ketika mengikuti Latihan Puncak Komando Operasi Angkatan Udara II Sikatan Daya 2020, di AWR Pandanwangi Lumajang, Jawa Timur, Selasa (29/9/2020). Latihan tersebut bertujuan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan personel dalam memahami penggunaan alat utama sistem persenjataan udara dalam sebuah operasi udara.

Angkatan Udara tidak memiliki pilihan lain dari meningkatkan kualitas SDM. Kualitas yang tidak hanya mencakup pembinaan SDM sebagai awak yang melayani sistem persenjataan modern dan canggih, akan tetapi juga melengkapi SDM yang menguasai dengan detail mengenai banyak hal berkait hukum udara internasional.

Dinas Hukum Angkatan Udara, misalnya, sudah harus dilengkapi dengan SDM yang mumpuni dalam mengikuti perkembangan Hukum Udara Internasional.

Dinas Hukum Angkatan Udara membutuhkan SDM yang memadai dengan tingkat pendidikan setingkat Doktor dan atau PhD dalam Hukum Udara Internasional.

Dengan demikian maka Angkatan Udara dapat berperan sentral dalam kebijakan di tingkat strategis yang berhubungan dengan pengelolaan wilayah udara kedaulatan yang harus terjaga dalam bingkai martabat bangsa yang merdeka dan berdaulat penuh di udara.

Dapat berperan penuh dalam pertimbangan strategis yang berkait dengan perjanjian antarbangsa yang berurusan dengan wilayah udara kedaulatan sebuah negara.

Dapat berperan penuh dalam memberi masukan kepada instansi terkait seperti Kementerian Perhubungan, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertahanan, Kementrian Keuangan dan Kemenkumham terkait penerbangan dan keudaraan.

Termasuk mengenai mekanisme penegakkan hukum di udara bagi para pelanggar wilayah udara kedaulatan Indonesia.

Seperti diketahui, penerbangan tanpa ijin masih salah satu masalah besar dalam pengelolaan pengamanan wilayah udara nasional.

AURI seyogyanya dapat berperan penuh dan tampil sebagai Angkatan Udara dengan jajaran SDM yang profesional.

Angkatan Udara yang berpenampilan dengan jajaran dan sosok personel dengan kredibilitas moral sebagai Military Profesional yang secara tegas akan hanya berpedoman kepada “country before self”.

Samuel P. Huntington menggambarkannya sebagai berikut; Para politikus jelas memiliki sasaran atau target yang hendak dicapainya, yaitu kekuasaan, sementara para businessman dipastikan akan fokus untuk mencari keuntungan finansial.

Sedangkan Military professional dalam pelaksanaan tugasnya akan selalu berpegang teguh dan berorientasi kepada profesinya dalam pigura National Dignity berlandas “National Interest” yang sekali lagi Country before Self.

Profesionalisme yang menghasilkan “respect” pada dirinya dan jauh dari kredo serta gaya hidup para politikus dan businessman.

Semoga Angkatan Udara Republik Indonesia akan mampu menghadapi semua tantangan kedepan.

Tantangan dalam kerangka Menjaga Ibu Pertiwi dan Bapak Angkasa, Indonesia Raya.
Dirgahayu Angkatan Udara Republik Indonesia – Swa Buana Paksa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com