Panglima ABRI saat itu bahkan tidak tahu bahwa Presiden sedang berkeliling dengan pengamanan seadanya ke sejumlah daerah di Pulau Jawa.
Saat itu, Indonesia memasuki tahap Pelita (Pembangunan Lima Tahun) II. Oleh karenanya, Soeharto merasa harus turun langsung memantau jalannya program-program pemerintah.
Dengan melakukan perjalanan rahasia, Soeharto dapat melihat kondisi desa secara apa adanya. Ia juga bisa mendapat masukan langsung dari masyarakat.
Demi menjaga kerahasiaan perjalanan, kata Try, rombongan Soeharto bahkan menginap di rumah warga dan makan bekal sambal teri, juga tempe.
"Kami tidak pernah makan di restoran, menginap di rumah kepala desa atau rumah-rumah penduduk," kisah Try.
"Untuk urusan logistik, selain membawa beras dari Jakarta, Ibu Tien membekali sambal teri dan kering tempe. Benar-benar prihatin saat itu," tuturnya.
Baca juga: Harmoko, Patahnya Palu Sidang MPR, dan Lengsernya Soeharto
Meski pejalanan itu sudah berusaha ditutup rapat, kedatangan Presiden ke suatu desa akhirnya bocor juga dan sampai ke telinga pejabat setempat.
Para pejabat daerah pun geger, bahkan memarahi Try karena tidak diberi kesempatan menyambut Presiden.
Namun, karena perjalanan rahasia ini keinginan Soeharto, Try tak bisa berbuat banyak.
Try yang kemudian hari menjadi wakil presiden ini pun melihat Soeharto begitu menikmati perjalanan keluar masuk desa.
Baca juga: Sejarah Babinsa, Lahir di Era Soekarno, Jadi Alat Politik Soeharto
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanKunjungi kanal-kanal Sonora.id
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.