Kemudian, pada Ayat (8) pasal yang sama dikatakan bahwa pemungutan suara serentak nasional dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati, serta wali kota dan wakil wali kota di seluruh wilayah NKRI dilaksanakan pada November 2024.
Untuk mengisi kekosongan jabatan kepala daerah yang habis masa jabatannya tahun 2022, diangkat penjabat gubernur, bupati, dan wali kota sampai dengan terpilihnya gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati, serta wali kota dan wakil wali kota melalui Pemilu serentak 2024.
Baca juga: Demokrat: Jokowi Tak Akan Hiraukan Riza Patria soal Perpanjang Masa Jabatan Kepala Daerah
Lalu, untuk mengisi kekosongan jabatan gubernur diangkat penjabat gubernur yang berasal dari jabatan pimpinan tinggi madya sampai dengan pelantikan gubernur.
Sementara, untuk mengisi kekosongan jabatan bupati/wali kota diangkat penjabat bupati/wali kota yang berasal dari jabatan pimpinan tinggi pratama sampai dengan pelantikan bupati dan wali/kota.
Terkait hal ini, anggota Dewan Pembina Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini mengatakan, perpanjangan masa jabatan kepala daerah yang terpilih melalui Pilkada 2017 dimungkinkan melalui revisi UU Pilkada, khususnya Pasal 201.
Ruang perpanjangan masa jabatan gubernur juga mungkin dilakukan melalui penerbitan peraturan pemerintah pengganti undang-undang (Perppu) oleh presiden.
"Melalui revisi terbatas atas ketentuan tersebut atau dengan penerbitan Perppu Pilkada," kata Titi kepada Kompas.com, Jumat (14/1/2022).
Menurut Titi, wajar saja muncul usulan perpanjangan masa jabatan kepala daerah sampai ke 2024. Jika hal itu terealisasi, maka daerah akan tetap dipimpin kepala daerah definitif.
"Salah satu diskursus kepemimpinan dari penjabat ini kan adalah mereka tidak bisa langsung mengambil keputusan strategis sebagaimana kepala daerah definitif," ujarnya.
Baca juga: Perludem Dorong Penataan Ulang Jadwal Pilkada lewat Revisi UU atau Perppu
Namun demikian, Titi tak menampik bahwa kemungkinan tersebut akan memberikan keuntungan bagi petahana.
"Itu salah satu saja dari pilihan yang tersedia agar kekosongan kepemimpinan daerah definitif tidak terlalu lama terjadi. Pilihan berikutnya adalah dengan memilih jadwal keserentakan nasional yang tidak membuat penjabat terlalu banyak dan terlalu lama menjabat," tuturnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.