Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ishaq Zubaedi Raqib
Mantan Wartawan

Ketua LTN--Infokom dan Publikasi PBNU

Kiai Ali: Mendung Situbondo di Muktamar Lampung

Kompas.com - 04/12/2021, 09:09 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PERISTIWANYA sudah berlalu 37 tahun silam. Tapi bayangannya menghantui setiap menjelang muktamar.

Meski dikenal piawai mengelola perbedaan, tapi "bertikai secara berkala" sungguh menguras energi Nahdlatul Ulama (NU).

Saat itu, NU pecah jadi dua. Kubu Cipete Jakarta, didukung para politisi bersama KH Idham Chalid dan kubu aspiran kembali ke Khittah 1926 bersama KHR As'ad Syamsul Arifin di Situbondo, Jawa Timur.

Demikian kerasnya pertikaian mendera, hingga tak menemukan jalan keluar.

Bertumpuk-tumpuk kitab kuning jadi bantal saat bahtsul masail, tapi mereka kesulitan menemukan satu dalil teologis yang bisa menyatukan mereka.

Karena sulit bertemu, akhirnya kubu Situbondo meyakini hanya Munas sebagai jalan keluar. Tapi ternyata tidak. Situasi malah mengeras. Kubu Cipete menghelat Munas Tandingan.

Lewat Munas, Situbondo menujuk H Abdurrahman Wahid sebagai Panitia Muktamar.

Tapi kubu Cipete selalu punya jawaban; menunjuk politikus kawakan, Chalid Mawardi selalu Ketua Panitia.

Bahkan, Cipete selangkah lebih berani menerima Pancasila sebagai asas tunggal sebelum kubu Situbondo.

Seperti sudah diduga, usai bertikai hampir tiga tahun, mereka rujuk lewat "Maklumat Keakraban" di rumah KH Hasyim Latief, paman Cak Nun.

Rais Aam sekaligus ketua umum

Adalah KH Ali Maksum, guru Gus Dur dan Gus Yahya Staquf, salah satu sosok di balik kembalinya NU ke garis perjuangan ulama.

Demikian besar perannya hingga ia dengan arif dan bijak menjalankan tugas sebagai Rais Aam dan sekaligus sangat piawai mengendalikan roda organisasi sebagai Ketua Umum.

Ia merangkap dua jabatan tertinggi jam'iyah setelah KH Idham Chalid mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum Tanfidziyah.

Sejak mengisi kursi Rais Aam yang ditinggal wafat KH Bisri Syansuri-- mbah buyut Gus Ipul, 1980 hingga menjelang muktamar 1984, Kiai Ali membangun kultur baru.

Salah satu agendanya; membersihkan dari NU dari politik praktis. Soal ini, ia sangat berkomitmen.

Ia menyimpan banyak gagasan berani untuk memperbaiki NU. Termasuk ketika dengan gagah meminta KH Idham Chalid mundur; penguasa PBNU nyaria 3 dekade!

Kiai Idham menerima permintaan mundur. Tapi tak lama. Politikus paling berpengaruh dalam sejarah NU setelah KH Wahab Chasbullah itu, menarik pernyataannya.

Kiai Ali tak peduli. Ia Rais Aam dan pantang menarik "dawuhnya" apalagi atas intimidasi "anak buahnya", Ketua Umum.

Kiai Ali tidak main-main. Untuk sementara waktu, ia mengambilalih tugas tanggungjawab Ketua Umum. Dari sinilah tumbuh benih Kubu Cipete.

Sebagai Rais Aam, Kiai Ali harus bersikap. Untuk hal-hal yang urgen, sikapnya sangat tegas.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

Nasional
PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

Nasional
Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

Nasional
Pemerintah Akan Pastikan Status Tanah Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang serta Longsor Tana Toraja dan Sumbar

Pemerintah Akan Pastikan Status Tanah Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang serta Longsor Tana Toraja dan Sumbar

Nasional
Ahmed Zaki Daftarkan Diri ke PKB untuk Pilkada DKI, Fokus Tingkatkan Popularitas

Ahmed Zaki Daftarkan Diri ke PKB untuk Pilkada DKI, Fokus Tingkatkan Popularitas

Nasional
Sengketa Pileg, Golkar Minta Pemungutan Suara Ulang di 36 TPS Sulbar

Sengketa Pileg, Golkar Minta Pemungutan Suara Ulang di 36 TPS Sulbar

Nasional
Mendagri Sebut Biaya Pilkada Capai Rp 27 Triliun untuk KPU dan Bawaslu Daerah

Mendagri Sebut Biaya Pilkada Capai Rp 27 Triliun untuk KPU dan Bawaslu Daerah

Nasional
Airin Ingin Bentuk Koalisi Besar untuk Mengusungnya di Pilkada Banten

Airin Ingin Bentuk Koalisi Besar untuk Mengusungnya di Pilkada Banten

Nasional
Sebut Warga Ingin Anies Balik ke Jakarta, Nasdem: Kinerjanya Terasa

Sebut Warga Ingin Anies Balik ke Jakarta, Nasdem: Kinerjanya Terasa

Nasional
Caleg PSI Gugat Teman Satu Partai ke MK, Saldi Isra: Berdamai Saja Lah

Caleg PSI Gugat Teman Satu Partai ke MK, Saldi Isra: Berdamai Saja Lah

Nasional
Irigasi Rentang Targetkan Peningkatan Indeks Pertanaman hingga 280 Persen

Irigasi Rentang Targetkan Peningkatan Indeks Pertanaman hingga 280 Persen

Nasional
Kuasa Hukum Caleg Jawab 'Siap' Terus, Hakim MK: Kayak Latihan Tentara, Santai Saja...

Kuasa Hukum Caleg Jawab "Siap" Terus, Hakim MK: Kayak Latihan Tentara, Santai Saja...

Nasional
Heboh Brigadir RAT Jadi Pengawal Bos Tambang, Anggota DPR: Tak Mungkin Atasan Tidak Tahu, Kecuali...

Heboh Brigadir RAT Jadi Pengawal Bos Tambang, Anggota DPR: Tak Mungkin Atasan Tidak Tahu, Kecuali...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com