JAKARTA, KOMPAS.com - Lembaga Institute for Democracy & Strategic Affairs (Indostrategic) merilis hasil survei soal bursa ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Hasil survei menemukan bahwa dari delapan nama, dukungan tertinggi didapat oleh Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur Marzuki Mustamar.
"Calon ketua umum PBNU yang didukung warga Nahdliyyin di posisi pertama adalah KH Marzuki Mustamar (Ketua PWNU Jawa Timur) dengan dukungan tertinggi sekitar 24,7 persen," kata Direktur Eksekutif Indostrategic Ahmad Khoirul Umam melalui keterangan tertulis, Jumat (8/10/2021).
Baca juga: PBNU Dinilai Lekat dengan Kerja Politik Praktis di Bawah Kepemimpinan Said Aqil
Di posisi kedua ada mantan Ketua PWNU Jatim, Hasan Mutawakkil Alallah, dengan perolehan dukungan 22,2 persen.
Sementara itu, di posisi ketiga ditempati Ketua Umum PBNU petahana, Said Aqil Siradj, dengan perolehan dukungan 14,8 persen.
Di posisi keempat ada kiai muda asal Rembang, Bahaudin Nursalim atau dikenal sebagai Gus Baha. Perolehan dukungannya tak jauh dari Said Aqil Siradj, yakni 12,4 persen.
Kemudian, Katib Aam PBNU Yahya Cholil Staquf bertengger di posisi kelima dengan perolehan suara 3,7 persen.
Di posisi keenam ada Ketua PBNU Marsudi Syuhud dengan perolehan dukungan 1,2 persen.
Lalu, dengan perolehan suara yang sama yakni 1,2 persen, Ahmad Fahrur Rozi Burhan dan Ali Maschan Moesa berada di urutan ketujuh.
Baca juga: Survei soal Ketum PBNU: Gus Baha Bersaing Ketat dengan Said Aqil
Sisanya, 18,15 persen menjawab tidak tahu atau tidak menjawab.
Khoirul mengatakan, perolehan suara nama-nama tokoh dalam survei dipengaruhi oleh lebih terbukanya dukungan warga Nahdliyyin dari basis wilayah Jawa Timur, sehingga menempatkan dua nama kiai senior asal Jawa Timur, Marzuki Mustamar dan Hasan Mutawakkil Alallah, di posisi puncak.
"Di sisi lain, nama KH Said Aqil Siradj memang termasuk masih populer dan usulan nama beliau muncul secara merata dari berbagai wilayah," ujar dia.
Sementara itu, kata Khoirul, munculnya nama-nama baru dipengaruhi oleh kuatnya aspirasi regenerasi kepemimpinan.
Adapun munculnya nama Gus Baha disebut mengindikasikan menguatnya ekspektasi warga Nahdliyyin terhadap kiai muda yang berkomitmen serius terhadap penguatan tradisi intelektual pesantren.
Baca juga: Ketika Said Aqil Heran Banyak Kiai NU Tak Percaya Corona
Sorotan media dan media sosial juga dinilai meningkatkan popularitas Gus Baha di kalangan warga Nahdliyyin, khususnya Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur.