Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

500 Hari Pandemi Covid-19 dan Target 5 Juta Vaksinasi Per Hari dari Jokowi

Kompas.com - 14/07/2021, 06:22 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

Retno mengatakan, Indonesia pada Selasa kembali kedatangan vaksin AstraZeneca melalui jalur multilateral Covax Facility sebanyak 3.476.400 dosis vaksin.

Ini, kata dia, merupakan pengiriman ke delapan vaksin Covid-19 dari jalur multilateral Covax Facility.

Dengan demikian, hingga 13 Juli 2021, Indonesia telah menerima vaksin jadi secara gratis dari jalur multilateral sebesar 14.748.060 dosis.

"Kemarin 12 Juli 2021 Indonesia menerima vaskin Sinovac sejumlah 10.280.000 dosis dalam bentuk curah atau bahan baku, dan siang ini pada pukul 12.05 Indonesia juga telah menerima vaksin Sinopharm berjumlah 1.408.000 dosis vaksin jadi," tuturnya.

Baca juga: Pemerintah Tingkatkan Target Minimal Vaksinasi Jadi 208 Juta Penduduk

Lebih lanjut, Retno mengatakan, beberapa hari ke depan, pemerintah akan menerima dosis vaksin Moderna dari Amerika Serikat yang merupakan pengiriman kedua melalui jalur multilateral Covax Facility.

Selain itu, akan tiba dosis vaksin Covid-19 dari Jepang melalui jalur bilateral.

"Dan dari Uni Emirat Arab ini juga merupakan pengiriman yang kedua," pungkasnya.

Sehingga pada saat ini sudah ada empat jenis vaksin yang diterima Indonesia yakni Sinovac, AstraZeneca, Sinopharm dan Moderna.

Suplai vaksin menjadi kendala

Selama pelaksanaan sejak Januari hingga saat ini, vaksinasi Covid-19 banyak menemui kendala.

Di antaranya ketersediaan vaksin, persoalan pemerataan akses vaksin hingga sikap masyarakat yang masih enggan divaksin.

Hambatan ini disebut pemerintah harus terus diantisipasi.

Menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, masalah yang dihadapi Indonesia bukan berapa jumlah suntik atau anggarannya tetapi suplai vaksin yang sangat sedikit.

Dia menerangkan, dalam bulan pertama program vaksinasi di awal tahun 2021, vaksin yang didapat Indonesia hanya 3 juta dosis.

Baca juga: Simak, Ini Lokasi Vaksinasi Covid-19 untuk Anak Usia 12-17 Tahun di Jakarta Barat

"Itu sebabnya saat (vaksin yang dimiliki) 3 juta dosis sebulan, kita stel 100.000 penyuntikan setiap hari," ungkap Budi dalam webinar bertajuk Eskalasi Covid-19 di Indonesia: Basis Ilmiah, Strategi Pengendalian, dan Kebijakan yang diselenggarakan Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) pada Minggu (11/7/2021).

"Nah sekarang bisa 30 juta sebulan, makanya kita genjot ke satu juta (vaksin) sehari."

Kemenkes menargetkan vaksinasi 1 juta suntikan per hari dapat dipertahankan selama bulan Juli ini.

Target tersebut dapat terpenuhi hanya jika suplai vaksin tersedia.

Pemenuhan vaksinasi di setiap daerah pun berbeda. Budi mengatakan, hal ini ditentukan berdasarkan daerah-daerah yang parah dengan angka kasus Covid-19 tinggi.

Bali dan DKI Jakarta adalah dua daerah yang telah mendapat vaksin dosis pertama lebih dari 60 persen.

Lebih lanjut, Budi mengungkapkan, Indonesia saat ini belum dapat memproduksi vaksin sendiri. Oleh karena itu, Indonesia sangat bergantung pada negara-negara pembuat vaksin.

"Kita terbatasnya bukan karena anggaran, tapi negara-negara penghasil vaksin enggak kasih vaksinnya ke kita. Ini seglobal," kata Budi.

Baca juga: Kemenkes: Vaksinasi Gotong Royong Individu Tak Hilangkan Hak Publik Peroleh Vaksin Gratis

Ada lima negara pembuat vaksin, yakni Inggris, Rusia, AS, India, dan China.

Kelima negara ini, tutur Budi, jelas lebih mengutamakan vaksinasi untuk masyarakatnya sendiri. Ketika sudah selesai baru diberi untuk negara-negara lain.

Dalam paparannya, Budi menjelaskan, pada bulan Januari 2021 vaksin yang didapat Indonesia hanya 3.000.000 dalam sebulan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com