Kemudian, lanjut Mega, dirinya sudah dicap komunis sejak duduk sebagai anggota DPR tahun 1999. Pada tahun yang sama, Megawati juga terpilih sebagai Wakil Presiden.
"Sampai saya waktu jadi anggota DPR aja sudah distempel itu (komunis)," tuturnya.
Ia mengaku heran tetap dicap komunis. Padahal, menurutnya, ia sudah lolos penelitian khusus (litsus) saat masa Orde Baru.
"Kan membingungkan kan kalau mengatakan saya komunis, saya komunis," ucap putri Presiden Soekarno ini.
Baca juga: Megawati: Kepemimpinan Strategik Tidak Bisa Berdiri atas Dasar Pencitraan
Kepemimpinan strategis
Masih menyampaikan orasi ilmiah, Megawati juga menceritakan pandangannya terkait kepemimpinan strategis.
Ia menyampaikan, kepemimpinan strategis tidak hanya diukur dari keberhasilan di masa lalu, tetapi juga harus berkorelasi dengan masa kini.
Ia menuturkan, setidaknya ada tiga perubahan yang kerap mendisrupsi kehidupan manusia.
Pertama, dia berpendapat bahwa perubahan teknologi pada tataran kosmik sebagai bauran kemajuan terkait ilmu dasar seperti fisika, biologi, matematika, dan kimia.
Baca juga: Dikukuhkan sebagai Profesor Kehormatan Unhan, Megawati Bicara soal Kepemimpinan Strategis
Megawati pun mengingatkan agar Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 harus ikut menjadi bagian bagi perdamaian umat manusia.
"Yang menjadi mata air bagi kemunculan teknologi baru yang tidak pernah sebelumnya terbayangkan seperti rekayasa,” ujarnya.
Megawati menyinggung akan perubahan teknologi di bidang genetika, seperti rekayasa kloning salah satunya. Kendati demikian, Megawati menyadari bahwa dirinya belum setuju dengan isu terkait kloning makhluk hidup lantaran mengancam nilai kemanusiaan.
"Namun, aplikasi teknologi kloning tanpa landasan etika dan moral akan membawa dampak yang mengancam kemanusiaan," ujar dia.
Megawati juga menyinggung perubahan kemajuan teknologi yang berpotensi mendisrupsi kehidupan manusia lainnya, yaitu bidang realitas virtual.
Menurut dia, bidang realitas virtual akan berdampak besar terhadap kehidupan sosial masyarakat.
"Teknologi ini pada gilirannya akan memungkinkan seseorang untuk hadir di dua tempat yang berbeda pada saat yang bersamaan," ujar dia.
Baca juga: Megawati Sebut Orang Indonesia Tak Disiplin, tapi Nilai Gotong Royong Tinggi