Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 12/06/2021, 09:52 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden kelima Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri resmi dikukuhkan menjadi Profesor Kehormatan Universitas Pertahanan (Unhan) RI pada Jumat (11/6/2021).

Ketua Umum PDI-P itu ditetapkan sebagai Profesor Kehormatan berdasarkan surat Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nomor 33271/MPK.A/KP.05.00/2021.

"Terhitung mulai tanggal 1 Juni 2021 diangkat dalam jabatan Profesor dalam Ilmu Kepemimpinan Strategik ditetapkan di Jakarta pada tanggal 20 Mei 2021," kata Sekretaris Senat Unhan RI saat membacakan surat keputusan di Unhan, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Jumat.

Baca juga: Megawati Resmi Dikukuhkan Jadi Profesor Kehormatan di Unhan RI

Resminya Megawati menyandang status Profesor Kehormatan juga disaksikan langsung oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Mendikbud Ristek Nadiem Makarim, dan Menteri Sosial Tri Rismaharini.

Ketua Senat Unhan RI Laksamana Madya TNI Amarulla Octavian yang mengukuhkan Megawati menjelaskan pertimbangan pemberian gelar Profesor Kehormatan tersebut.

Menurut dia, Megawati dinilai berhasil mengatasi krisis multidimensional saat menjadi Presiden kelima RI, sehingga gelar kehormatan pantas disematkan.

Tak sampai di situ, Megawati juga mendapat banyak rekomendasi sejumlah guru besar, baik luar maupun dalam negeri.

Baca juga: Megawati jadi Profesor Kehormatan Unhan, Hasto: Kehormatan bagi Keluarga Besar PDI-P

Kemudian, Megawati dinilai sukses menuntaskan konflik sosial di era pemerintahannya, seperti penyelesaian konflik Ambon dan Poso, pemulihan pariwisata pasca-Bom Bali, hingga penanganan permasalahan TKI di Malaysia.

Meraih gelar Profesor Kehormatan, Megawati menyampaikan beberapa orasi ilmiah di Unhan.

Pernah dicap komunis

Pada orasi ilmiahnya, Megawati mengaku pernah dicap sebagai komunis. Ia pun menceritakan secara detail bagaimana pengalamannya tersebut.

Awal mula, Megawati menyebut ia pernah diundang Presiden Republik Rakyat China (RRC) Xi Jinping untuk memberikan sambutan di hari ulang tahun RRC.

"Saya diundang ini sama Presiden Xi Jinping, ulang tahun Partai Komunis-nya, untuk memberikan sambutan, itu Partai Komunis RRC, kalau nanti saya dibilang gini, 'betul enggak, Bu Mega tuh kan komunis’. Saya kan selalu dibilang gitu kan," ujar Megawati saat menyampaikan orasi ilmiah di Universitas Pertahanan (Unhan) RI, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Jumat (11/6/2021).

Baca juga: Orasi Ilmiah di Unhan, Megawati Heran Pernah Dicap Komunis

Tangkapan layar Presiden Ke-5 RI memasuki ruangan Sidang Senat Terbuka Universitas Pertahanan (Unhan) RI, Jumat (11/6/2021).KOMPAS.com/RAHEL NARDA Tangkapan layar Presiden Ke-5 RI memasuki ruangan Sidang Senat Terbuka Universitas Pertahanan (Unhan) RI, Jumat (11/6/2021).
Kemudian, lanjut Mega, dirinya sudah dicap komunis sejak duduk sebagai anggota DPR tahun 1999. Pada tahun yang sama, Megawati juga terpilih sebagai Wakil Presiden.

"Sampai saya waktu jadi anggota DPR aja sudah distempel itu (komunis)," tuturnya.

Ia mengaku heran tetap dicap komunis. Padahal, menurutnya, ia sudah lolos penelitian khusus (litsus) saat masa Orde Baru.

"Kan membingungkan kan kalau mengatakan saya komunis, saya komunis," ucap putri Presiden Soekarno ini.

Baca juga: Megawati: Kepemimpinan Strategik Tidak Bisa Berdiri atas Dasar Pencitraan

Kepemimpinan strategis

Masih menyampaikan orasi ilmiah, Megawati juga menceritakan pandangannya terkait kepemimpinan strategis.

Ia menyampaikan, kepemimpinan strategis tidak hanya diukur dari keberhasilan di masa lalu, tetapi juga harus berkorelasi dengan masa kini.

Ia menuturkan, setidaknya ada tiga perubahan yang kerap mendisrupsi kehidupan manusia.

Pertama, dia berpendapat bahwa perubahan teknologi pada tataran kosmik sebagai bauran kemajuan terkait ilmu dasar seperti fisika, biologi, matematika, dan kimia.

Baca juga: Dikukuhkan sebagai Profesor Kehormatan Unhan, Megawati Bicara soal Kepemimpinan Strategis

Megawati pun mengingatkan agar Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 harus ikut menjadi bagian bagi perdamaian umat manusia.

"Yang menjadi mata air bagi kemunculan teknologi baru yang tidak pernah sebelumnya terbayangkan seperti rekayasa,” ujarnya.

Megawati menyinggung akan perubahan teknologi di bidang genetika, seperti rekayasa kloning salah satunya. Kendati demikian, Megawati menyadari bahwa dirinya belum setuju dengan isu terkait kloning makhluk hidup lantaran mengancam nilai kemanusiaan.

"Namun, aplikasi teknologi kloning tanpa landasan etika dan moral akan membawa dampak yang mengancam kemanusiaan," ujar dia.

Megawati juga menyinggung perubahan kemajuan teknologi yang berpotensi mendisrupsi kehidupan manusia lainnya, yaitu bidang realitas virtual.

Menurut dia, bidang realitas virtual akan berdampak besar terhadap kehidupan sosial masyarakat.

"Teknologi ini pada gilirannya akan memungkinkan seseorang untuk hadir di dua tempat yang berbeda pada saat yang bersamaan," ujar dia.

Baca juga: Megawati Sebut Orang Indonesia Tak Disiplin, tapi Nilai Gotong Royong Tinggi

Singgung pencitraan

Megawati juga menekankan, kepemimpinan strategik tak bisa berdiri atas dasar pencitraan. Menurutnya, kepemimpinan strategik harus turun langsung ke lapangan dengan rakyat kecil.

Ia pun mengutip peneliti asal Amerika Serikat Jim Collins yang menyebut kepemimpinan strategik berprinsip membangun organisasi jauh lebih penting daripada sekadar popularitas diri.

Ketum PDI-P itu mengingatkan, kepemimpinan strategik membutuhkan kerja turun ke bawah di mana langsung bersentuhan dengan masyarakat.

Baca juga: Megawati: Ada yang Bilang Saya Memuji Diri Sendiri...

"Sebab, ukuran kemajuan suatu bangsa, parameter ideologis justru diambil dari kemampuan negara di dalam mengangkat nasib rakyat yang paling miskin dan terpinggirkan," ujar Megawati.

"Itulah tanggung jawab etik dan moral terbesar seorang pemimpin: menghadirkan terciptanya keadilan sosial," kata dia.

Oleh karena itu, Megawati mengajak seluruh elemen di jajaran pemerintahan untuk mengambil hikmah dari kepemimpinan strategik guna melayani rakyat.

Sulit disiplin, tetapi gotong royong tinggi

Masih menyampaikan orasi ilmiah, Megawati menilai bahwa orang Indonesia banyak yang sulit untuk disiplin.

Akan tetapi, orang Indonesia disebut Megawati memiliki nilai gotong royong yang tinggi, terlebih di masa pandemi Covid-19.

Baca juga: Megawati Mengaku Pernah Minta Jokowi Tambah Personel TNI-Polri

Atas dasar tersebut, kata dia, Indonesia termasuk salah satu negara yang mampu bertahan menghadapi pandemi Covid-19.

"Kita ini boleh dipikir masih bisa bertahan lho kalau urusan itu kena penyakitnya. Saya bilang kepada Pak Jokowi, orang Indonesia itu sekarang memang enggak bisa disiplin, Pak, karena mereka membuat, apa barangkali, dari ilmu psikologi sedang merasakan kemerdekaannya," tutur Megawati.

Terkait sifat gotong royong yang tinggi, Megawati mengambil contoh masih banyaknya kelompok masyarakat muda yang patungan mengumpulkan uang untuk diberikan sumbangan kepada masyarakat kecil di tengah pandemi.

"Belum lagi saya lihat anak-anak muda seperti bikin grup-grup gitu, bikin nasi-nasi bungkuslah, iuran uangnya, lalu mencari seperti pemulung, itu saya lihat loh, bukannya tidak saya lihat. Yang namanya gotong royong itu memang budaya kita," tuturnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

RUU Jakarta Mulai Dibahas jelang Pemindahan Ibu Kota ke IKN

RUU Jakarta Mulai Dibahas jelang Pemindahan Ibu Kota ke IKN

Nasional
BERITA FOTO: Simulasi Perang Khusus Awali Penyematan Brevet Kopaska

BERITA FOTO: Simulasi Perang Khusus Awali Penyematan Brevet Kopaska

Nasional
Ditjen HAM Sebut 60 Persen Tahanan di Indonesia Terkait Kasus Narkotika

Ditjen HAM Sebut 60 Persen Tahanan di Indonesia Terkait Kasus Narkotika

Nasional
BERITA FOTO: Alkes Bekas RSDC Wisma Atlet Kemayoran Akan Dihibahkan

BERITA FOTO: Alkes Bekas RSDC Wisma Atlet Kemayoran Akan Dihibahkan

Nasional
Amnesty International Menilai Ada Ego Kelompok dalam Penolakan Timnas Israel

Amnesty International Menilai Ada Ego Kelompok dalam Penolakan Timnas Israel

Nasional
BERITA FOTO: Nakes dan Relawan RSDC Wisma Atlet Kemayoran Dipulangkan

BERITA FOTO: Nakes dan Relawan RSDC Wisma Atlet Kemayoran Dipulangkan

Nasional
Usman Hamid Kenang Perjuangan Almarhum Glenn Fredly Bebaskan Tahanan Politik Papua

Usman Hamid Kenang Perjuangan Almarhum Glenn Fredly Bebaskan Tahanan Politik Papua

Nasional
Pentingnya Memastikan Nilai Jenama Lokal dan Idealisme di Dalamnya

Pentingnya Memastikan Nilai Jenama Lokal dan Idealisme di Dalamnya

Nasional
BERITA FOTO: RSDC Wisma Atlet Kemayoran Resmi Ditutup

BERITA FOTO: RSDC Wisma Atlet Kemayoran Resmi Ditutup

Nasional
Sidang Praperadilan Lukas Enembe Lawan KPK Digelar 10 April 2023

Sidang Praperadilan Lukas Enembe Lawan KPK Digelar 10 April 2023

Nasional
KPK Klarifikasi Kekayaan Dirlidik Endar Priantoro: Belum Ada Indikasi Apa-Apa

KPK Klarifikasi Kekayaan Dirlidik Endar Priantoro: Belum Ada Indikasi Apa-Apa

Nasional
KSAL: Selain Kekurangan Sea Rider, Prajurit Kopaska di Koarmada III Belum Lengkap

KSAL: Selain Kekurangan Sea Rider, Prajurit Kopaska di Koarmada III Belum Lengkap

Nasional
Jadi Tersangka KPK, Lukas Enembe Ajukan Praperadilan

Jadi Tersangka KPK, Lukas Enembe Ajukan Praperadilan

Nasional
PKS Sindir Prinsip 'Tidak Diskriminatif' FIFA, Coret Rusia dari Piala Dunia tapi Israel Tidak

PKS Sindir Prinsip "Tidak Diskriminatif" FIFA, Coret Rusia dari Piala Dunia tapi Israel Tidak

Nasional
KPK Klarifikasi Kekayaan Pegawai Pajak hingga Kepala Daerah Pekan Depan

KPK Klarifikasi Kekayaan Pegawai Pajak hingga Kepala Daerah Pekan Depan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke