JAKARTA, KOMPAS.com - Tenaga Ahli Utama Kedeputian III Bidang Perekonomian Kantor Staf Presiden (KSP) Edy Priyono mengatakan, sinyal pemulihan ekonomi Indonesia terus menguat di tengah pandemi Covid-19.
Salah satu tolok ukurnya yakni neraca perdagangan kembali surplus dengan nilai 1,57 miliar dollar AS.
"Ekspor non migas menjadi komponen utama pertumbuhan surplus neraca perdagangan. Ini merupakan hal yang menggembirakan," ujar Edy dalam siaran pers kepada wartawan, Jumat (16/4/2021).
"Momentum ini perlu terus dijaga, agar kita bukan hanya mampu keluar dari krisis, tetapi juga tumbuh secara lebih baik nanti setelah pandemi usai," ucapnya.
Baca juga: Jokowi Jelaskan Alasan Pemerintah Larang Mudik Lebaran 2021
Edy menjelaskan, surplus neraca dagang tersebut tidak lepas dari transaksi perdagangan luar negeri (ekspor/impor), khususnya sektor industri.
Hal ini terlihat dari peningkatan yang terjadi pada impor barang modal dan bahan baku/penolong yang meningkat hingga 33,7 persen secara year on year (yoy).
Hal yang sama terjadi untuk impor bahan baku, mengalami peningkatan secara year on year sebesar 25,82 persen.
Secara implisit, hal itu menunjukkan bahwa sektor industri sebagai pemakai barang modal dan bahan baku terus menggeliat dan bangkit di masa pandemi.
Baca juga: Jokowi: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II 2021 Harus di Atas 7 Persen
Edy menyebut, catatan ini patut disyukuri di tengah kesulitan ekonomi pada masa pandemi.
"Apalagi pada April 2020 lalu, neraca perdagangan kita sempat defisit," ucapnya.
Kemudian, indikator kinerja industri (Prompt Manufacturing Index) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia juga menunjukkan sinyal pemulihan ekonomi.
Sepanjang tiga bulan pertama tahun ini, PMI Indonesia berada pada level 50,01 naik dari 47,29 pada kuartal IV-2020.
Dari sini, Edy melihat, sektor industri sudah mulai memasuki zona ekspansi (PMI lebih dari 50).
Baca juga: Jokowi Ingin Pemulihan Ekonomi Perhatikan Penyebaran Covid-19
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.