Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerumunan Penyambutan Jokowi di Maumere, Kritik Publik, dan Kekhawatiran Penularan Virus

Kompas.com - 25/02/2021, 08:25 WIB
Fitria Chusna Farisa,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kritik terhadap Presiden Joko Widodo pasca kunjungannya ke Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), terus mengalir.

Publik protes karena kunjungan Jokowi pada Selasa (23/2/2021) itu memicu kerumunan warga.

Padahal, hingga saat ini pandemi Covid-19 belum usai. Baik Presiden maupun jajarannya juga kerap mengingatkan tentang pentingnya protokol kesehatan seperti mencegah timbulnya keramaian.

Kritik tak hanya datang dari masyarakat, tetap juga epidemiolog dan anggota DPR. Para pihak khawatir keramaian ini memicu penularan virus corona.

Aksi sapa warga

Kerumunan yang terjadi saat Jokowi tiba di Maumere terabadikan melalui sejumlah rekaman video yang kini beredar luas di dunia maya.

Saat itu, Presiden sejatinya hendak meresmikan Bendungan Napun Gete di Kabupaten Sikka.

Namun, sejak pagi hari warga Sikka sudah ramai menunggu kedatangan Jokowi di tepi jalan.

Saat keluar dari bandara tepatnya di Kelurahan Waioti, Maumere, mobil Jokowi langsung disambut kerumunan warga.

Baca juga: Kerumunan Saat Jokowi di NTT, Anggota DPR: Protokoler Presiden Harus Dievaluasi

Meski dilarang merapat, warga tetap nekat menerobos pengamanan Paspampres dan aparat keamanan.

Karena terus diadang, Jokowi pun akhirnya menunjukkan diri melalui atap mobil yang terbuka.

Melalui atap mobil yang terbuka, Jokowi melambaikan tangan ke arah warga. Badannya bergerak ke kiri dan ke kanan.

Jokowi nampak memakai masker hitam. Ia juga sempat terlihat mengetuk-ngetukan tangan ke maskernya seakan mengingatkan tentang penggunaan masker.

Serentak warga berteriak histeris, "Bapak Presiden, Bapak Presiden, selamat datang di Sikka".

Warga juga riuh bertepuk tangan, melambaikan tangan, dan mengarahkan ponsel ke Presiden untuk mengabadikan momen.

Meski memakai masker, warga saling berdesakan. Dari rekaman video yang beredar terlihat tak ada jaga jarak antara satu orang dengan lainnya.

Tak lama, Jokowi nampak melempar suvenir dari mobil ke arah warga, yang lagi-lagi disambut dengan keriuhan.

Pembelaan Istana

Merespons peristiwa tersebut, Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, Bey Machmudin yang juga ikut dalam rombongan Presiden angkat bicara.

Bey menjelaskan, saat Jokowi dan rombongan masih dalam perjalanan, masyarakat Maumere sudah menunggu di tepi jalan. Warga kemudian mendekat ketika mobil Jokowi tiba.

Baca juga: Kunjungan Jokowi ke Sikka Berujung Kerumunan Warga, Berikut Fakta-faktanya

"Saat dalam perjalanan masyarakat sudah menunggu rangkaian di pinggir jalan. Saat rangkaian melambat masyarakat maju ke tengah jalan sehingga membuat iring-iringan berhenti," kata Bey kepada wartawan, Selasa malam.

Melihat spontanitas dan antusiasme warga, Jokowi memutuskan untuk menyapa dari atap mobil.

Bersamaan dengan itu, ia mengingatkan warga untuk memakai masker.

"Kebetulan mobil yang digunakan Presiden atapnya dapat dibuka sehingga Presiden dapat menyapa masyarakat, sekaligus mengingatkan penggunaan masker," ujar Bey.

"Karena kalau diperhatikan, dalam video tampak saat menyapa pun Presiden mengingatkan warga untuk menggunakan masker dengan menunjukkan masker yang digunakannya," tuturnya.

Bey menambahkan, pembagian suvenir yang dilakukan Jokowi merupakan bentuk spontanitas untuk menghargai antusiasme masyarakat. Suvenir yang dibagikan berupa buku, kaus, dan masker.

"Tapi poinnya Presiden tetap mengingatkan warga tetap taati protokol kesehatan," kata dia.

Berikan contoh

Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman menyayangkan kerumunan yang terjadi di Maumere tersebut.

Ia menilai, seharusnya Jokowi memberikan contoh pentingnya protokol kesehatan Covid-19 5M.

"Selain 3M yaitu meminimalisir mobilitas, mencegah keramaian kerumunan. Itu contoh yang harus kita berikan," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Rabu (24/2/2021).

Menurut Dicky, dibutuhkan keteladanan dan konsistensi atau komitmen untuk mematuhi protokol kesehatan.

Baca juga: Kerumunan Saat Jokowi di Maumere, Epidemiolog: Harusnya Presiden Beri Contoh Pentingnya 5M

Salah satu contoh keteladanan itu dapat dilakukan oleh siapa saja termasuk pejabat publik dalam hal ini Presiden.

"Kita perlu keteladanan dan memberikan contoh konsistensi mematuhi protokol kesehatan yang penting untuk tidak hanya siapapun yang melakukan, tapi juga untuk masyarakat dan berkontribusi dalam perbaikan pandemi kita yang belum terkendali ini," jelasnya.

Dicky menilai, kedatangan Jokowi ke Maumere yang memicu kerumunan berisiko tinggi baik bagi Presiden sendiri maupun masyarakat setempat.

Sebab, menurut dia, NTT merupakan wilayah dengan performa pengendalian pandemi yang buruk.

"Artinya beliau datang ke wilayah yang berisiko tinggi. Sehingga harus dihindari adanya keramaian seperti itu. Berbahaya buat Presiden kita," kata Dicky.

Langgar protokol kesehatan

Merespons peristiwa tersebut, Politikus Partai Demokrat Benny K Harman menilai bahwa Jokowi melanggar aturan protokol kesehatan (prokes) yaitu menjauhi atau menghindari kerumunan.

"Secara hukum, Presiden jelas kasat mata melanggar aturan prokes, aturan yang dibikin Presiden sendiri. Peristiwa ini juga memperlihatkan masyarakat NTT rela mati, rela korbankan dirinya terpapar Covid-19 hanya untuk melihat pemimpin yang mereka cintai," kata Benny saat dihubungi Kompas.com, Rabu (24/2/2021).

Benny pun menyinggung peristiwa kerumunan yang terjadi saat masyarakat menyambut pimpinan Front Pembela Islam (FPI), Rizieq Shihab, yang baru tiba di Indonesia beberapa waktu lalu.

Menurut Benny, kerumunan di Maumere mengingatkan dia akan ramainya penyambutan terhadap Rizieq Shihab yang kini berujung pada penindakan kepolisian.

Baca juga: Kerumunan Warga Saat Jokowi Berkunjung, Benny K Harman Teringat Waktu Rizieq Shihab Pulang

"Saya teringat dengan masyarakat yang menyambut Habib Rizieq di Bandara Soekarno-Hatta saat pulang dari luar negeri. Seolah tidak percaya bahaya Covid," katanya.

Lebih lanjut, kata Benny, peristiwa ini seakan menunjukkan bahwa Jokowi ingin menguji Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo yang merupakan mantan ajudannya.

"Presiden mau menguji Kapolri, mantan ajudannya, apakah punya nyali tidak untuk menegakkan hukum. Ada nyali tidak untuk menindak secara hukum Presiden yang jelas-jelas kasat mata melanggar atura prokes, aturan yang dibikin Presiden sendiri," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

Nasional
Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

BrandzView
Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Nasional
Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Nasional
Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Nasional
Hasto: Di Tengah Panah 'Money Politic' dan 'Abuse of Power', PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

Hasto: Di Tengah Panah "Money Politic" dan "Abuse of Power", PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

Nasional
Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

Nasional
Ke Kader yang Akan Ikut Pilkada, Megawati: Kalau Bohong, Lebih Baik Tidak Usah

Ke Kader yang Akan Ikut Pilkada, Megawati: Kalau Bohong, Lebih Baik Tidak Usah

Nasional
Hakim: Hinaan Rocky Gerung Bukan ke Pribadi Jokowi, tetapi kepada Kebijakan

Hakim: Hinaan Rocky Gerung Bukan ke Pribadi Jokowi, tetapi kepada Kebijakan

Nasional
Belum Putuskan Maju Pilkada di Mana, Kaesang: Lihat Dinamika Politik

Belum Putuskan Maju Pilkada di Mana, Kaesang: Lihat Dinamika Politik

Nasional
Jokowi Bakal Diberi Posisi Terhormat, PDI-P: Untuk Urusan Begitu, Golkar Paling Sigap

Jokowi Bakal Diberi Posisi Terhormat, PDI-P: Untuk Urusan Begitu, Golkar Paling Sigap

Nasional
PPP Jadi Partai yang Gugat Sengketa Pileg 2024 Terbanyak

PPP Jadi Partai yang Gugat Sengketa Pileg 2024 Terbanyak

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com