Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teka-teki soal Seaglider, Benarkah Hanya untuk Kepentingan Riset Bawah Laut?

Kompas.com - 05/01/2021, 05:57 WIB
Achmad Nasrudin Yahya,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Temuan benda berbentuk roket di lepas pantai Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, membuat kehebohan di tengah masyarakat.

Pasalnya, tak sedikit orang yang menaruh curiga jika benda tersebut merupakan sebuah drone bawah laut yang beroperasi di perairan dalam negeri.

Benda ini pertama kali ditemukan oleh nelayan setempat, Saehuddin, pada 20 Desember 2020. Saehuddin menjaring benda ini ketika tengah memancing.

Setelah membawa benda ini, Saehuddin selanjutnya membawa kerangka benda tersebut ke daratan dan kemudian diserahkan kepada Koramil Pasimarannu, Kodim 1415 Kepulauan Selayar.

Belakangan, TNI Angkatan Laut (AL) membantah jika benda tersebut bukanlah drone bawah laut, melainkan seaglider.

"Saya akan sampaikan tentang alat atau seaglider yang kemarin ditemukan oleh nelayan Desa Najapahit, Selayar, yang mana dari temuan tersebut saya bawa ke Hidrosal, karena di sini adalah lembaga yang berkompeten untuk meneliti adanya peralatan tersebut," ujar Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono dalam konferensi pers dikutip dari Kompas TV, Senin (4/1/2021).

Baca juga: Soal Temuan Seaglider di Kepulauan Selayar, Pengamat: Bisa Mengancam Kedaulatan


Setelah diamankan petugas setempat, benda tersebut saat ini sudah dikirim ke Jakarta untuk diteliti oleh Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal).

Dari hasil pemeriksaan sementara, seaglider ini terbuat dari bahan alumunium.

Benda ini juga memiliki kerangka dua sayap dengan diameter masing-masing berukuran 50 sentimeter.

Sementara, panjang tubuhnya sendiri berukuran 225 sentimeter dan mempunyai antena sepanjang 93 senitemer. Di bagian tubuh seaglider ini juga ditemukan instrumen mirip kamera.

Yudo juga mengatakan, seaglider ini hampir serupa dengan argo float yang cara kerjanya diturunkan menggunakan kapal survei. Ketika sudah diturunkan, seaglider mampu menembus kedalaman air hingga 2.000 meter selama enam jam dengan kecepatan sekitar 1.000 knot.

Baca juga: Kementerian Pertahanan Minta Publik Tak Berpolemik soal Seaglider

Saat terbawa arus, seaglider ini juga mampu melayang di kedalaman air hingga sembilan hari. Sedangkan, daya energi seaglider ini adalah oli yang umumnya diisi dari reservoir.

Ketika beroperasi, seaglider ini juga bisa merekam suhu salinitas hingga 12 jam. Ketika muncul ke permukaan air, seaglider dapat mengirim data langsung ke satelit.

"Dia akan naik dan kirim data melalui satelit," terang Yudo.

Tak ada penanda

TNI sendiri masih belum mengetahui negara mana sebagai pemilik seaglider ini.

Sebab, seaglider ini tidak mempunyai penanda tulisan yang mencirikan suatu negara sebagai pemilik benda ini.

"Jadi tidak ada tulisan apa pun di sini. Kami tidak rekayasa, bahwa yang kami temukan seperti itu masih persis seperti yang ditemukan nelayan tersebut kita bawa ke sini (Jakarta)," kata KSAL.

Baca juga: KSAL Beri Waktu Sebulan Jajarannya Ungkap Asal-usul Seaglider di Selayar

Sebagai upaya untuk mengungkap asal-muasal seaglider ini, Yudo telah memerintahkan Pushidrosal untuk terus meneliti hingga mengantongi negara mana yang mengirimkan benda ini ke perairan Tanah Air.

"Saya beri waktu satu bulan Pak Kepala Pushidrosal untuk bisa menentukan atau membuka hasilnya biar ada kepastian," kata Yudo.

Yudo mengatakan, dalam upaya mengungkap temuan tersebut, pihaknya juga mempersilakan Pushidrosal bekerja sama dengan kementerian dan lembaga terkait.

Di samping itu, eks Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I (Kogabwilhan I) ini mengungkapkan, bahwa seaglider sejauh ini hanya dimiliki sejumlah negara. Antara lain, China, Amerika Serikat, Perancis, Kanada, hingga Jepang.

Akan tetapi, pihaknya hingga kini masih belum bisa menyimpulkan siapa pemilik seaglider.

Baca juga: Sempat Dikira Drone, Ini Fungsi Seaglider yang Ditemukan di Kepulauan Selayar

"Nanti akan kita cek dulu, kita enggak berani menyampaikan ini milik siapa, karena datanya enggak ada sama sekali," kata dia.

"Minimal ada sedikit saja tulisan bisa kita sampaikan, karena tidak ada tulisan sama sekali, karena dari awal saya sudah tanya, 'Apakah ada tulisan? enggak ada'. Makanya nanti setelah kita bongkar ini ketahuan miliknya siapa," imbuh Yudo.

Bukan untuk spionase

Kekhawatiran publik atas temuan tersebut sedikit memudar setelah pihak TNI memastikan bahwa seaglider bukanlah untuk kegiatan spionase atau mata-mata.

Ia mengatakan, seaglider pada dasarnya untuk kepentingan riset.

"Jadi alat ini lebih kepada riset namun tentunya bagaimana yang menerima data tersebut menggunakannya untuk apa? Jadi alat ini lebih kepada untuk riset bawah laut karena memang alat ini tidak bisa mendeteksi kapal, jadi bukan untuk kegiatan mata-mata dan sebagainya," jelas dia.

Baca juga: Seaglider di Selayar, KSAL: Tidak Ditemukan Tulisan Negara Pembuat

Selain itu, seaglider juga berfungsi untuk mengambil data dan validitas arus. Ia juga memastikan bahwa alat tersebut tidak bisa untuk mendeteksi kapal selam maupun kapal pada umumnya. Sebab, seaglider yang ditemukan tidak bisa menangkap sonar sebagaimana yang dimiliki TNI AL.

"Jadi ini hanya untuk data-data kedalaman air laut di bawah permukaan. jadi tidak bisa mendeteksi keberadaan kapal kita yang atas air dan kapal-kapal yang melintas, tidak bisa," kata dia.

Akan tetapi, kata Yudo, data-data yang terekam seaglider ini juga bisa digunakan untuk kepentingan industri maupun militer.

Untuk industri, seaglider dapat digunakan untuk keperluan pengeboran hingga kedalaman air laut. Sementara, dalam ranah militer, benda ini juga bisa digunakan untuk membuat jalur melalui data yang ditangkapnya.

Ancaman kedaulatan

Sementara itu, pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISSES) Khairul Fahmi mengatakan, penggunaan seaglider itu mungkin sudah direncanakan.

"Sulit untuk tidak mengatakan bahwa penggunaan seaglider itu bukan sesuatu yang disengaja, bahkan direncanakan," kata Fahmi kepada Kompas.com, Senin (4/1/2021).

Hal itu bukannya tanpa alasan, sebab lokasi penemuan alat tersebut yang berada di kawasan perairan teritorial Indonesia.

Indonesia sendiri sejauh ini juga belum mengeluarkan klaim atas kepemilikan perangkat itu.

Baca juga: Apa Itu Seaglider, Kendaraan Bawah Air yang Ditemukan Nelayan di Selayar?

Menurut Fahmi, temuan itu merugikan kepentingan nasional dan berpotensi mengancam kedaulatan Indonesia.

"Siapapun pemiliknya, menurut saya perangkat tersebut telah digunakan untuk tujuan-tujuan yang buruk, berpotensi merugikan kepentingan nasional dan mengancam kedaulatan kita," jelas dia.

Ia menambahkan, seaglider memiliki banyak fungsi terkait intelijen dan pengamanan, terutama untuk operasi-operasi serta pergerakan bawah air.

Selain itu, perangkat itu juga memungkinkan untuk mengetahui data dan informasi strategis menyangkut kedalaman dan lapisan laut yang tentu sangat berguna bagi pengelolaan sumber daya nasional untuk kepentingan pertahanan.

Karenanya, pengungkapan pemiliki dan pengguna perangkat itu harus menjadi prioritas utama.

"Jika negara atau pihak penggunanya sudah diketahui, langkah yang harus ditempuh pemerintah pastinya adalah menggunakan saluran diplomatik untuk menyampaikan protes dan peringatan keras. Termasuk mengkaji kemungkinan adanya langkah hukum terhadap pihak-pihak yang terlibat," ujarnya.

Baca juga: Begini Ciri-ciri Seaglider di Selayar yang Sempat Dicurigai Drone Laut

Pemerintah dan DPR juga harus segera mendiskusikan langkah yang mesti diambil untuk meningkatkan kemampuan menutup celah rawan ini, dari aspek regulasi hingga kebutuhan perangkat deteksi dan penangkalannya.

Sebab, Fahmi menyebut keamanan laut Indonesia masih menyisakan banyak celah rawan, baik di perbatasan maupun di perairan teritorial.

Hal ini bukan hanya karena persoalan keterbatasan alutsista, tetapi juga karena praktik-praktik buruk dalam pengelolaan keamanan laut belum sepenuhnya hilang.

"Termasuk ego sektoral dan masih belum tuntasnya persoalan tumpang tindih kewenangan dalam pengelolaan keamanan laut," tutupnya.

Publik jangan berpolemik

Atas temuan ini, Kementerian Pertahanan meminta supaya publik tak berpolemik atas temuan tersebut.

"Terkait dengan penemuan drone di laut Selayar, Sulawesi Selatan, Kementerian Pertahan mengajak publik tidak berpolemik yang kontraproduktif," ujar Juru Bicara Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak dalam keterangan tertulis, Senin (4/1/2021).

Baca juga: Kronologi Temuan Seaglider yang Sempat Dicurigai Drone Laut

Dahnil mengatakan, Kemenhan dan Mabes TNI, khususnya TNI AL akan menangani kasus ini.

Ia juga mengatakan bahwa TNI AL sudah mengeluarkan pernyataan jika benda temuan tersebut merupakan seaglider yang biasa digunakan untuk survei data oseanografi.

Di samping itu, kata Dahnil, Prabowo berharap masyarakat terus mendukung TNI agar semakin bekerja keras.

"Menteri Pertahanan Prabowo Subianto berharap rakyat Indonesia terus mendukung TNI bekerja keras untuk pertahanan Indonesia dan mari bersama memperkuat pertahanan rakyat semesta untuk memastikan NKRI yang lebih kuat," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

Nasional
Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Nasional
Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Nasional
Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Nasional
Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Nasional
Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Nasional
Menlu Retno Laporkan Hasil Kunjungan ke Vietnam ke Jokowi

Menlu Retno Laporkan Hasil Kunjungan ke Vietnam ke Jokowi

Nasional
Gugatan di PTUN Jalan Terus, PDI-P Bantah Belum 'Move On'

Gugatan di PTUN Jalan Terus, PDI-P Bantah Belum "Move On"

Nasional
Menlu Singapura Temui Jokowi, Bahas Kunjungan PM untuk Leader's Retreat

Menlu Singapura Temui Jokowi, Bahas Kunjungan PM untuk Leader's Retreat

Nasional
Hasto Sebut Ganjar dan Mahfud Akan Dapat Tugas Baru dari Megawati

Hasto Sebut Ganjar dan Mahfud Akan Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Kejagung Sita 2 Ferrari dan 1 Mercedes-Benz dari Harvey Moies

Kejagung Sita 2 Ferrari dan 1 Mercedes-Benz dari Harvey Moies

Nasional
Gerindra Dukung Waketum Nasdem Ahmad Ali Maju ke Pilkada Sulteng

Gerindra Dukung Waketum Nasdem Ahmad Ali Maju ke Pilkada Sulteng

Nasional
Tepati Janji, Jokowi Kirim Mobil Listrik ke SMK 1 Rangas Sulbar

Tepati Janji, Jokowi Kirim Mobil Listrik ke SMK 1 Rangas Sulbar

Nasional
Konsumsi Avtur Naik 10 Persen Selama Ramadhan dan Idul Fitri 2024

Konsumsi Avtur Naik 10 Persen Selama Ramadhan dan Idul Fitri 2024

Nasional
Kekuatan Koalisi Vs Oposisi jika PDI-P dan PKS Tak Merapat ke Prabowo-Gibran

Kekuatan Koalisi Vs Oposisi jika PDI-P dan PKS Tak Merapat ke Prabowo-Gibran

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com