Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Pemerintah Mengeklaim Sudah Benar Tangani Pandemi Covid-19...

Kompas.com - 29/09/2020, 08:20 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Icha Rastika

Tim Redaksi

"Makanya, pemerintah mempertimbangkan bahwa 5 bulan melakukan hibernasi ekonomi cukup dan saatnya kita bangkit melakukan pemulihan ekonomi walaupun Covid-19 masih ada," kata dia.

Baca juga: Menko PMK Sebut Ekonomi Indonesia 5 Bulan Alami Hibernasi

Oleh karena itu, saat ini pemerintah pun berupaya menyeimbangkannya antara penanggulangan Covid-19 dan pemulihan ekonomi.

Keduanya, kata dia, harus berjalan seimbang agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

"Sekarang pemerintah mulai ke pemulihan ekonomi. Apakah pemerintah mengabaikan penanganan Covid-19? Sama sekali tidak. Tetap penanganan Covid-19 jadi prioritas utama, tapi tidak boleh sama sekali mengabaikan pentingnya pemulihan ekonomi," kata dia.

Sebelumnya, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 akan terkontraksi hingga minus 3 persen.

Kontraksi ekonomi ini sebagai dampak pandemi Covid-19 yang melanda 215 negara, termasuk Indonesia.

"Pandemi covid juga berakibat pada kuartal kemarin kontraksi minus 5,32 persen. Kuartal ketiga kira-kira 1 minggu lagi diperkirakan outlook di kuartal ketiga adalah minus 3 hingga minus 1," katanya di Bintan, Jumat (25/9/2020).

Dengan demikian, sebut Airlangga, outlook perekonomian RI hingga akhir tahun mencapai minus 1,7 persen hingga positif 0,6 persen.

"Dan forecast tahun depan, berbagai lembaga sudah menilai ekonomi kita akan kembali positif, yaitu 4,5 sampai 5 persen," ucap dia.

Baca juga: Menko Airlangga: Diharapkan Desember atau Awal Januari 2021 Sudah Bisa Mulai Vaksin

Perlu solusi

Sementara itu, pengamat kebijakan publik Universitas Padjadjaran (Unpad) Yogi Suprayogi Sugandi mengatakan, perbandingan yang disampaikan Muhadjir tentang posisi Indonesia dalam penanganan Covid-19 sedianya disertai dengan solusi.

Meskipun ia menilai perbandingan yang dilakukan tersebut sah-sah saja dilakukan untuk mengetahui posisi Indonesia di mana dalam masa pandemi Covid-19 ini.

"Apakah (posisinya) parah atau tidak? Cuma sebetulnya harusnya di situ ada solusi. Solusinya itu harusnya disampaikan," kata dia.

Sebab, Yogi menilai bahwa saat ini masih ada banyak kelemahan dari pemerintah.

Contohnya, rapid test dan test swab untuk masyarakat yang harganya masih sangat mahal.

"Padahal masyarakat membutuhkan sekali. Oleh karena itu sebetulnya selain membanding-bandingkan tapi harus ada posisi bagaimana solusinya dari itu," kata dia.

"Jangan sampai kita masih di posisi 20 besar dianggapnya bagus, padahal kan harusnya bisa kurang dari situ," kata dia.

Baca juga: 2 Minggu Ditangani Luhut, Bagaimana Kondisi Covid-19 di 9 Provinsi?

Meskipun demikian, komparasi tersebut dinilainya tidak menjadi masalah, terutama untuk bisa meniru bagaimana strategi negara-negara yang jumlah kasus Covid-19-nya di bawah dilakukan di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Spesifikasi Rudal Exocet MM40 dan C-802 yang Ditembakkan TNI AL saat Latihan di Bali

Spesifikasi Rudal Exocet MM40 dan C-802 yang Ditembakkan TNI AL saat Latihan di Bali

Nasional
Dubes Palestina Yakin Dukungan Indonesia Tak Berubah Saat Prabowo Dilantik Jadi Presiden

Dubes Palestina Yakin Dukungan Indonesia Tak Berubah Saat Prabowo Dilantik Jadi Presiden

Nasional
Gambarkan Kondisi Terkini Gaza, Dubes Palestina: Hancur Lebur karena Israel

Gambarkan Kondisi Terkini Gaza, Dubes Palestina: Hancur Lebur karena Israel

Nasional
Ada Isu Kemensos Digabung KemenPPPA, Khofifah Menolak: Urusan Perempuan-Anak Tidak Sederhana

Ada Isu Kemensos Digabung KemenPPPA, Khofifah Menolak: Urusan Perempuan-Anak Tidak Sederhana

Nasional
DPR Disebut Dapat KIP Kuliah, Anggota Komisi X: Itu Hanya Metode Distribusi

DPR Disebut Dapat KIP Kuliah, Anggota Komisi X: Itu Hanya Metode Distribusi

Nasional
Komisi II DPR Sebut Penambahan Kementerian Perlu Revisi UU Kementerian Negara

Komisi II DPR Sebut Penambahan Kementerian Perlu Revisi UU Kementerian Negara

Nasional
Pengamat Dorong Skema Audit BPK Dievaluasi, Cegah Jual Beli Status WTP

Pengamat Dorong Skema Audit BPK Dievaluasi, Cegah Jual Beli Status WTP

Nasional
Maju Nonpartai, Berapa KTP yang Harus Dihimpun Calon Wali Kota dan Bupati Independen?

Maju Nonpartai, Berapa KTP yang Harus Dihimpun Calon Wali Kota dan Bupati Independen?

Nasional
Pengamat: Status WTP Diperjualbelikan karena BPK Minim Pengawasan

Pengamat: Status WTP Diperjualbelikan karena BPK Minim Pengawasan

Nasional
DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik Penyelenggara Pemilu hingga Mei

DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik Penyelenggara Pemilu hingga Mei

Nasional
DKPP Keluhkan Anggaran Minim, Aduan Melonjak Jelang Pilkada 2024

DKPP Keluhkan Anggaran Minim, Aduan Melonjak Jelang Pilkada 2024

Nasional
Jawab Prabowo, Politikus PDI-P: Siapa yang Klaim Bung Karno Milik Satu Partai?

Jawab Prabowo, Politikus PDI-P: Siapa yang Klaim Bung Karno Milik Satu Partai?

Nasional
Pengamat Sarankan Syarat Pencalonan Gubernur Independen Dipermudah

Pengamat Sarankan Syarat Pencalonan Gubernur Independen Dipermudah

Nasional
Komnas Haji Minta Masyarakat Tak Mudah Tergiur Tawaran Haji Instan

Komnas Haji Minta Masyarakat Tak Mudah Tergiur Tawaran Haji Instan

Nasional
Libur Panjang, Korlantas Catat Peningkatan Arus Lalu Lintas

Libur Panjang, Korlantas Catat Peningkatan Arus Lalu Lintas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com