"Beliau tokoh nasional yang mempunyai banyak sisi. Tentu yang pertama sisi wartawan senior. Jurnalis hebat. Kedua memimpin perusahaan. Dia juga budayawan. Dia juga pemersatu," kata Kalla sebagaimana dikutip dari Kompas TV, Rabu (9/9/2020).
"Tapi satu yang mungkin belum dibicarakan di sini, ia seorang entrepreneur hebat. Tidak mungkin seorang Jakob tanpa entrepreneur hebat dapat memimpin Kompas Gramedia group sebesar ini tanpa suatu semangat entrepreneur dan manajerial," lanjut Kalla.
Sementara Bambang Soesatyo mengenang sosok Jakob bukan sekadar guru, melainkan juga menjadi ayah ideologis. Menurutnya, Jakob merupakan wujud nyata dari perpaduan idealisme dan integritas.
Hal itu terlihat dari cara Jakob membesarkan Kompas bersama sahabatnya, PK Ojong yang mencerminkan semangat gotong royong.
"Terlalu banyak cerita baik tentang beliau yang telah saya dengar dari para wartawan Kompas," ucapnya.
Kemudian, sosok Jakob Oetama juga ia pandang sebagai pejuang demokrasi dan simbol perlawanan terhadap otoritarianisme. Pada 2 hingga 5 Oktober 1965, serta 21 Januari 1978, Kompas pernah dilarang terbit. Namun Jakob Oetama tak bergeming.
"Baginya, memberikan informasi yang akurat tentang kondisi bangsa dan negara merupakan bagian dari tanggungjawab pers dalam mencerdaskan kehidupan bangsa," kata Bambang.
Bambang mengatakan, Jakob Oetama tidak memperlakukan wartawan maupun karyawannya sebagai pekerja, melainkan sebagai aset berharga yang dirawat, dijaga, dan dikembangkan.
Jakob pun menempatkan wartawan Kompas sebagai wartawan yang paling sejahtera.
Baca juga: Ketua MPR: Terlalu Banyak Cerita Baik tentang Jakob Oetama yang Saya Dengar
Bambang meyakini, semangat Jakob Oetama akan tetap menemani dan menjadi inspirasi bagi generasi muda.
"Bangsa Indonesia kehilangan salah satu putera terbaiknya. Namun kepergiannya tak akan sia-sia. Semasa hidupnya, peraih Bintang Mahaputera dari pemerintah Indonesia pada tahun 1973 ini telah mencurahkan diri dan pemikirannya untuk memajukan dunia jurnalistik," kata Bambang.
Menurut Ketua DPR Puan Maharani, Jakob Oetama adalah tokoh pers yang menginspirasi, memegang teguh integritas dan memiliki keterkaitan sejarah dengan Presiden Soekarno.
"Duka mendalam buat saya, buat kita semua, atas berpulangnya Pak Jakob Oetama, tokoh yang sangat berintegritas dan menginspirasi bagi pers nasional. Selamat jalan, Pak Jakob," kata Puan dalam keterangan tertulis, Rabu (9/9/2020).
Menurut Puan, sosok Jakob Oetama sangat lekat dengan Presiden Soekarno, karena sang Proklamator itu yang memberikan nama Kompas pada 1965.
"Waktu itu Bung Karno mengatakan 'Tahu apa itu kompas? Pemberi arah dan jalan dalam mengarungi lautan dan hutan rimba'," ujar Puan, mengutip ucapan Bung Karno.
Baca juga: Ketua DPR: Jakob Oetama Tokoh Pers Inspiratif, Memiliki Keterkaitan Sejarah dengan Bung Karno
Bagi Puan, Jakob merupakan figur teladan dan mampu menginspirasi semua insan pers Indonesia.
Selain itu, konsistensi Jakob dalam memegang jurnalisme yang benar dan berimbang menjadi bukti pers berperan penting sebagai pilar demokrasi dan media pendidikan bagi masyarakat.
“Pak Jakob konsisten dengan nilai jurnalisme yang dipegangnya, jurnalisme yang berdiri di atas semua golongan, dan berdasarkan kemajemukan Indonesia,” ucapnya.
Mengenal Jakob begitu dekat, Chairul menilai sosok wartawan senior itu sebagai tokoh panutan semua orang khususnya masyarakat Indonesia.