Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesederhanaan Jenderal Hoegeng: Jadi Pelayanan Resto hingga Tinggal di Rumah Sempit

Kompas.com - 15/07/2020, 09:54 WIB
Fitria Chusna Farisa,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

"Tidak pak," aku si pedagang.

Hoegeng yang tak lagi kuasa menahan amarahnya pun berteriak bahwa wanita yang ada di hadapan orang India itu adalah istrinya.

"Lalu, bagaimana bisa istri saya ini kau hadiahi cincin berlian?" tukas Hoegeng.

Orang India itu terlihat gelagapan, takut, dan malu. Hoegeng sampai memaki dan melemparkan asbak karena tidak terima mendapat fitnah keji itu.

Baca juga: Kisah Kesederhanaan Hoegeng, Menolak Pengawalan dan Mobil Dinas

Tak sampai di situ saja, keluarga Hoegeng sempat pula dihadiahi barang-barang mewah, mulai dari mesin cuci, pakaian bermerk, hingga alat elektronik yang dikirim ke rumah.

Mengetahui adanya pemberian hadiah, istri Hoegeng tak mau begitu saja menerima. Ia langsung melapor ke suami mengenai hadiah tersebut.

Sadar hadiah tersebut adalah bentuk suap, Hoegeng dan istri memutuskan untuk mengembalikan seluruh barang-barang itu.

Keteguhan Hoegeng dalam menjaga harga diri ternyata bentuk keteladanannya terhadap sosok Bung Hatta.

Hoegeng tahu betul bahwa setelah mundur dari Wakil Presiden RI, Bung Hatta hanya memiliki uang tabungan Rp 200.

"Orang hidup lurus, apakah musti kurus di zaman ini?" demikian salah satu kutipan yang ada dalam buku "Hoegeng Polisi Idaman dan Kenyataan".

Baca juga: Mengenang Jenderal Hoegeng, Kapolri Jujur dan Teladan Bhayangkara...

Namun demikian, atas sikap keras dan lurusnya, Hoegeng harus menerima kenyataan bahwa dirinya "dipensiunkan" di usia muda.

Di umurnya yang baru menginjak 49 tahun, Hoegeng "dipensiunkan" Presiden Soeharto karena bersikeras mengusut dugaan keterlibatan anak pejabat dalam pemerkosaan kasus Sam Kuning.

Memori pemecatan Hoegeng di usia muda itu terus melekat di benak Merry.

Usai tak menjadi polisi, Hoegeng pulang ke kampung halamannya di Pekalongan untuk bertemu sang ibu.

Di sana, Hoegeng menyatakan tak lagi memiliki pekerjaan.

"Saya tidak bisa lupakan itu. Dia sungkem katanya, 'saya tidak punya pekerjaan lagi, Bu'.

Ibunya mengatakan, 'kalau kamu jujur melangkah, kami masih bisa makan nasi sama garam.' Itu yang bikin kita kuat semua," kenang Merry saat peluncuran buku "Hoegeng: Polisi dan Menteri Teladan" pada 2013 silam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com