Suka atau tidak, kita akan bertemu lagi dengan rezim neo-ultraliberalisme yang akan semakin keras dalam skala yang belum diketahui hingga skala yang tidak bisa diterima. Mengapa?
Sebab sistem ini akan memaksa semua orang untuk “menghidupkan kembali mesin ekonomi.”
Mereka akan menyuruh Anda mencari lagi uang yang hilang.
Mendidik Anda melakukan hal itu dengan “pelajaran agung” tentang solidaritas kolektif sambil tidak lupa menyalahkan dan menghukum para pemalas buruk yang berusaha melarikan diri dari “usaha suci” penggemukan kembali paha kurus “sapi emas” kapitalisme.
Kondisi kehidupan sosial dan kerja juga akan menjadi lebih sulit, memperbudak, tidak bermoral, dan keras. Hal ini akan mengakibatkan kehancuran manusia di semua tingkatan, dan tentu saja masyarakat paling lemah, yang jumlahnya selalu terbanyak. Mereka akan membayar dengan harga paling tinggi.
Jalan pembebasan
jadi sesungguhnya, dari jalan mana kita akan keluar?
Menghadapi sistem hegemonik yang ada, berapa besar kekuatan kita untuk melakukan perlawanan? Apakah perlu menunggu kegilaan merusak itu bertambah parah dan mempercepat kita semua masuk dalam kekacauan global supaya reruntuhan romantisme bangunan dunia lama bangkit lagi?
Semua orang sesungguhnya mencintai kebebasan, tetapi tak seorang pun yang menginginkannya sekarang.
Hukum dunia selalu sama dari masa ke masa. Ketika manusia dilanda ketakutan luar biasa, maka mereka akan menyerahkan diri secara mutlak untuk diperbudak oleh segelintir orang yang mengaku dapat melindunginya.
Siapa di antara kita yang dapat melawan ketakutan, tetap menegakkan kepala dan menjaga ketenangan jiwa, mengembangkan sumber daya imajinasi kreatif dan daya juang untuk memikirkan pembangunan sebuah dunia baru secara bersama-sama?
Apakah sekumpuluan manusia yang saat ini kian rajin berkicauan di dunia maya, esok hari mampu memunculkan suatu gagasan alternatif?
Alih-alih mengharapkan dapat keluar dari krisis ini dengan kelegaan, semua kekuatan perubahan harus dapat menyiapkan diri dalam menghadapi tahun-tahun panjang perjuangan yang kelam dalam “gerilya”.
Tahun-tahun panjang kerendahan hati. Tahun-tahun panjang perjuangan senyap dalam menabur benih pembaharuan di atas tanah kering yang semoga berkecambah pada suatu hari nanti, tentu setelah momok virus durjana ini lindap.