Sekarang ini, kita perlu berjejaring, secara virtual maupun nyata. Kitalah yang menjadi absurditas peradaban berikut skandalnya, tetapi kita jualah yang harus mengambil keputusan melawan dengan segenap tenaga, kendati kita takkan melihat secara langsung hasil perjuangan ini nanti.
Kita juga perlu menyambung lagi hubungan dekat dan rasa hormat pada alam semesta, ikatan solidaritas dan kasih sayang kita pada sesama, dan juga pertautan kita dengan diri sendiri dalam kehidupan yang kian superfisial ini.
Kehidupan yang terhubung akan menyadarkan kita bersama agar memperbaiki kain dunia yang robek. Kita telah berutang budi pada para penenun perubahan kehidupan yang kini kita rusak. Kita bisa memintal hari ini demi esok hari, secara terang lagi nyata.
Mari kita temukan peradaban waktu yang bebas. Mari kita ambil alih waktu kita yang telah dirampas baron kapitalisme untuk kita jadikan sebagai fondasi bagi rumah waktu yang merdeka agar kita bisa mengalami sebuah kehidupan baru.
“Waktu yang ditemukan kembali” ini akan membuka banyak ruang: untuk saling berbicara dan membantu supaya setiap orang menemukan “tempat terbaiknya” dalam proyek bersama memperbaiki tatanan yang rusak.
Hidup kita akan menggerakan proyek pemulihan keluarga besar manusia dengan keluarga lain di semesta yang jauh lebih besar dan luas.
Ajining manungsa iku kapurba ing pakartine dhewe, ora kagawa saka keturunan, kepinteran lan kasugihane. Nanging gumantung saka enggone nanjakake kapinteran lan kasugihane, sarta matrapake wewatekane kanggo keperluan bebrayan. Kabeh mau yen mung katanjakake kanggo keperluwane dhewe, tanpa paedah.
(Nilai seorang manusia ditentukan oleh perbuatannya sendiri, tidak dibawa melalui keturunan, kepandaian, dan kekayaannya. Tetapi bergantung bagaimana ia menerapkan kepandaian, kekayaan, dan wataknya dalam bermasyarakat. Semua hal jikalau diarahkan untuk kepentingan sendiri, takkan bermanfaat).
Melampaui itu, kita perlu melatih kerendahan hati meski dalam ketakutan dan kekalutan bahwa ada begitu banyak hal yang tak kita ketahui dan membiarkannya tetap dalam keentahan, jauh lebih menenangkan jiwa. Risalah ini dihaturkan kepada Sosrokartono
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.