Heboh dugaan adanya penempatan valuta asing setara 50 miliar rupiah dalam rekening kasino di luar negeri, muncul dari penelusuran PPATK terhadap transaksi mencurigakan yang melibatkan sejumlah kepala daerah.
Seperti kami kutip dari laman republika.co.id, Ketua Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Kiagus Ahmad Badaruddin, menduga ada tindak pencucian uang. Menurut Kiagus, ada indikasi uang yang diduga diperoleh secara tidak sah, ditukar dengan chip dan masuk ke dalam rekening kasino di luar negeri, kemudian ditukar kembali dengan uang.
Indonesia Coruption Watch meminta penegak hukum menindak lanjuti informasi dugaan tindak pencucian uang yang disampaikan PPATK. Menurut Peneliti ICW Tama S Langkun, modus penempatan dana kejahatan di luar negeri bukan hal baru. Untuk itu, penyelidikan harus menyoroti sumber dana kepala daerah yang disimpan dalam rekening kasino.
Wakil Ketua KPK Saut Situmorang memilih berhati-hati terkait laporan dana mencurigakan milik kepala daerah dalam rekening kasino di luar negeri. Asal muasal dana perlu ditelusuri karena sumber dana bisa saja bukan hasil kejahatan.
Saut mengatakan, ia enggan mengonfirmasi ada tidaknya KPK menerima laporan itu. Sebab, laporan itu bersifat rahasia dan digunakan sebagai data intelijen oleh penegak hukum.
"Tapi intinya kita dari awal model komunikasi kita dengan PPATK itu kan sangat intens, banyak membantu. Jadi artinya gini, pesan-pesan itu sudah benar disampaikan, dan kalau buat KPK itu menjadi informasi intelijen nanti kita dalami, mungkin disimpan dulu. Kita bisa dalami dari situ," ujar dia.
Baca juga: Komisi II Minta PPATK Ungkap Identitas Kepala Daerah Pemilik Rekening Kasino
Saut kembali menegaskan, temuan PPATK ini menjadi peringatan bagi kepala daerah dan penyelenggara negara lainnya untuk tak melakukan hal semacam itu.
Di sisi lain, temuan ini bisa saja membuat penegak hukum semakin jeli mendalami modus tersebut.
"Pak Badar itu lebih kepada mengingatkan bahwa ada modus baru, Anda-anda harus aware, berhenti melakukan itu. Jangan lupa di lain sisi banyak orang-orang profesional juga, mereka orang-orang pintar yang bisa menduga, memperkirakan, mereka juga belajar dari banyak negara," kata dia.
"Sense-nya itu, mereka (PPATK) bisa melihat bahwa yang ini punya potensi korupsi, ini enggak, itu sebabnya kita happy bekerja sama dengan mereka. Tapi kita tunggu, di situ saya belum bisa lebih spesifik karena informasi intelijen," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.