JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Yohana Yembise mengatakan, pihaknya melakukan pendekatan psikologis bagi perempuan anak-anak di Papua yang terkena dampak kerusuhan.
"Kebanyakan mereka merasa takut, jadi kami tetap mempersiapkan untuk melakukan trauma healing. Misalnya ada yang takut bisa dilakukan pendekatan psikologis," ujar Yohana di kawasan Slipi, Jakarta Barat, Senin (2/9/2019).
Selain itu, pihaknya juga memastikan kepada kementerian-kementerian terkait melalui surat tertulis bahwa perempuan dan anak-anak di Papua harus tetap mendapatkan rasa aman.
Baca juga: Wiranto Sebut Tersangka Kerusuhan di Papua dan Papua Barat 46 Orang
Khususnya bagi anak-anak, kata dia, mereka harus tetap mendapatkan haknya untuk tetap bersekolah.
"Jangan sampai mereka tidak bersekolah, harus sekolah!" tegas dia.
Diketahui, kerusuhan di Papua kembali pecah setelah pertama kali terjadi di Papua dan Papua Barat pada 19 Agustus 2019 lalu.
Baca juga: Wiranto: Benny Wenda Bagian dari Konspirasi Kerusuhan Papua
Kerusuhan tersebut merupakan respons atas tindakan rasisme yang dilakukan oknum TNI dan aktivis terhadap mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur.
Setelah sempat kondusif, kerusuhan pun kembali terjadi di hari-hari berikutnya, tepatnya pada 29 Agustus 2019.
Aksi yang semula merupakan unjuk rasa itu berubah menjadi anarkis karena massa membakar sejumlah fasilitas layanan publik.