Akhirnya, pada tahun 2007, PT DI mengembangkan proyek pembuatan pesawat baru.
Pemberitaan Kompas.com, 29 Oktober 2015, menyebutkan, alasan pengembangan ini dikarenakan rerata usia pesawat perintis di Indonesia sudah mencapai 25 tahun.
Usia tersebut tergolong tua dan akan segera pensiun.
Untuk itu, Chef Engineer pesawat N219, Palmana Bhanandhi mengatakan, mengingat usia pesawat yang semakin tua, maka kebutuhan pesawat perintis Indonesia pun menjadi tinggi.
"Peminatnya banyak. Hal itu seiring dengan pertumbuhan pesawat perintis di Indonesia," kata dia.
Baca juga: Meksiko Minati Pesawat N-219 Nurtanio yang Baru Diresmikan Jokowi
Desain pesawat dibuat pada tahun 2014, sementara komponennya dirakit pada tahun 2015.
Berbeda dengan pesawat N250 yang semua komponennya dibuat oleh PT DI, kali ini, LAPAN dilibatkan dalam hal riset dan pengembangan.
Adapun biaya pengembangan N219 hanya 3-4 persen pengembangan N250 atau sekitar Rp 60 juta dollar AS hingga 80 juta dollar AS.
(Sumber: Kompas.com/Ihsanuddin, Putra Prima Perdana, Reni Susanti, Harian Kompas)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.